Kisah Putra Pendiri Hamas Jadi Agen Israel 10 Tahun
A
A
A
TEL AVIV - Pengakuan mengejutkan muncul dari putra pendiri Hamas, bahwa dia selama 10 tahun menjadi agen top intelijen Israel, Shin Bet.
Mosab Hassan Yousef, putra pendiri Hamas, Sheikh Hassan Yousef, mengungkapkan pergolakan batin mengapa dia “membelot” ke Israel dengan menjadi agen mata-mata dari tahun 1997 hingga 2007.
Pengakuan dan kisah Mosab Hassan Yousef itu muncul dalam sebuah dokumenter berjudul “The Green Prince".
Putra pendiri Hamas itu, bersedia tampil di program HuffPost Live, untuk menceritakan pergolakan batinnya itu. Dalam siaran langsung, dia sejatinya sependapat bahwa sebagai seorang anak, seperti ribuan orang Palestina lainnya, ia menyalahkan Israel karena kemiskinan dan kekerasan di Palestina.
Mosab Hassan Yousef, pernah menghabiskan lebih dari satu tahun di sebuah penjara Israel. Tak hanya itu, dia juga terkena hukuman yang brutal dari kelompok Hamas yang didirikan ayahnya sendiri. Sejak itu, dia mulai mempertanyakan pola asuhan Hamas.
”Orang-orang Hamas menyiksa anggota Hamas lainnya karena dicurigai bekerja sama dengan Israel," kata Mosab Hassan.
”Ketika saya melihat kebrutalan Hamas, pada dasarnya saya memutuskan untuk mempertanyakan sifat gerakan kelompok ini dan ini adalah awal dari sebuah perjalanan baru, yakni bekerja dengan Israel untuk menyelamatkan nyawa manusia,” ungkapnya, yang dilansir media Inggris itu semalam.
Gonen Ben Itzhak, agen keamanan Israel yang bekerja dengan Mosab akhirnya memecat putra pendiri Hamas itu, karena melanggar protokol. Itzhak juga bersedia mengungkap, soal perekrutan orang-orang Hamas menjadi agen intelijen Israel.
”Kami memiliki tujuan, dan tujuannya adalah untuk menghentikan pembunuhan. Kami tidak mengerti Hamas pada saat itu, kita tidak tahu cara kerjanya, kita tidak tahu tahu rahasia Hamas," kata Itzhak.
Itzhak menjelaskan kesulitan merekrut informan. Dia berusaha keras meyakinkan seseorang untuk mengkhianati bangsanya sendiri.
Saat merekrut Mosab, Itzhak mati-matian meyakinkan putra pendiri Hamas itu tentang misi yang dianggap mulia. ”Untuk menyelamatkan nyawa manusia,” kata Itzhak.
Menurutnya pembom bunuh diri Hamas tidak hanya membunuh dirinya sendiri, tapi juga warga Israel dan semua orang di sekitarnya. Doktrin-doktrin “menyelamatkan orang” itu terus disampaikan ke Mosab sampai dia bekerja menjadi agen intelijen Israel.
Mosab Hassan Yousef, putra pendiri Hamas, Sheikh Hassan Yousef, mengungkapkan pergolakan batin mengapa dia “membelot” ke Israel dengan menjadi agen mata-mata dari tahun 1997 hingga 2007.
Pengakuan dan kisah Mosab Hassan Yousef itu muncul dalam sebuah dokumenter berjudul “The Green Prince".
Putra pendiri Hamas itu, bersedia tampil di program HuffPost Live, untuk menceritakan pergolakan batinnya itu. Dalam siaran langsung, dia sejatinya sependapat bahwa sebagai seorang anak, seperti ribuan orang Palestina lainnya, ia menyalahkan Israel karena kemiskinan dan kekerasan di Palestina.
Mosab Hassan Yousef, pernah menghabiskan lebih dari satu tahun di sebuah penjara Israel. Tak hanya itu, dia juga terkena hukuman yang brutal dari kelompok Hamas yang didirikan ayahnya sendiri. Sejak itu, dia mulai mempertanyakan pola asuhan Hamas.
”Orang-orang Hamas menyiksa anggota Hamas lainnya karena dicurigai bekerja sama dengan Israel," kata Mosab Hassan.
”Ketika saya melihat kebrutalan Hamas, pada dasarnya saya memutuskan untuk mempertanyakan sifat gerakan kelompok ini dan ini adalah awal dari sebuah perjalanan baru, yakni bekerja dengan Israel untuk menyelamatkan nyawa manusia,” ungkapnya, yang dilansir media Inggris itu semalam.
Gonen Ben Itzhak, agen keamanan Israel yang bekerja dengan Mosab akhirnya memecat putra pendiri Hamas itu, karena melanggar protokol. Itzhak juga bersedia mengungkap, soal perekrutan orang-orang Hamas menjadi agen intelijen Israel.
”Kami memiliki tujuan, dan tujuannya adalah untuk menghentikan pembunuhan. Kami tidak mengerti Hamas pada saat itu, kita tidak tahu cara kerjanya, kita tidak tahu tahu rahasia Hamas," kata Itzhak.
Itzhak menjelaskan kesulitan merekrut informan. Dia berusaha keras meyakinkan seseorang untuk mengkhianati bangsanya sendiri.
Saat merekrut Mosab, Itzhak mati-matian meyakinkan putra pendiri Hamas itu tentang misi yang dianggap mulia. ”Untuk menyelamatkan nyawa manusia,” kata Itzhak.
Menurutnya pembom bunuh diri Hamas tidak hanya membunuh dirinya sendiri, tapi juga warga Israel dan semua orang di sekitarnya. Doktrin-doktrin “menyelamatkan orang” itu terus disampaikan ke Mosab sampai dia bekerja menjadi agen intelijen Israel.
(mas)