Kerusuhan di Libya Lebih Parah Ketimbang Era Khaddafi

Sabtu, 02 Agustus 2014 - 16:58 WIB
Kerusuhan di Libya Lebih...
Kerusuhan di Libya Lebih Parah Ketimbang Era Khaddafi
A A A
TRIPOLI - Rakyat Libya dan penduduk asing yang tinggal di negara itu merasa perang saudara di negaranya saat ini jauh lebih buruk dibanding era penggulingan ditaktor Muammar Khaddafi tahun 2011.

Keluhan itu muncul di saat sejumlah rakyat Libya melarikan diri dari negaranya, Sabtu (2/8/2014). ”Kami telah melalui (perang) sebelumnya dengan Khaddafi, tapi sekarang jauh lebih buruk,” keluh Paraskevi Athineou, seorang wanita Yunani yang tinggal di Libya, kepada AFP.

”Situasi keos. Tidak ada pemerintahan, kami tidak memiliki makanan, tidak ada bahan bakar, tidak ada air, dan tidak ada listrik selama berjam-jam,” lanjut dia.

Athineou adalah bagian dari 186 orang yang dievakuasi dari Tripoli oleh angkatan laut kapal Yunani menuju pelabuhan Piraeus hari ini.

Selain 77 warga negara Yunani, ada 78 China, 10 warga Inggris, 12 warga Siprus, tujuh warga Belgia, satu warga Albania dan satu warga Rusia. Di antara mereka juga ada beberapa diplomat, termasuk duta besar China untuk Libya.

Libya telah mengalami krisis keamanan sejak penggulingan Khaddafi pada tahun 2011. DItaktor Libya itu lengser dan dibunuh rakyatnya setelah para milisi melakukan pemberontakan bersamaan dengan invasi Amerika Serikat.

”Begitu banyak orang mati untuk membuat negara ini lebih baik. Tapi sekarang kami mulai saling membunuh dalam perang saudara,” kata Osama Monsour, 35, pria yang bekerja di sebuah organisasi non-pemerintah di Tripoli.

Pertempuran antar-milisi di Tripoli telah memaksa bandara internasional di kota itu tutup. ”Perang ada di kota. Dan kita warga sipil berada di bawah ancaman baku tembak dari kedua belah pihak,” ujarnya.

”Ini lebih buruk dari 2011,” imbuh Ali Gariani, warga Libya yang menikah dengan wanita Yunani. ”Waktu itu bom menakutkan oleh NATO. Tapi sekarang kita sedang dibom oleh suadara di Libya sendiri, dan ini yang benar-benar memalukan,” kesalnya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0663 seconds (0.1#10.140)