Pesawat Aljazair Ditemukan di Mali, Semua Penumpang Tewas
A
A
A
BAMAKO - Puing-puing pesawat Air Algerie AH5017 yang jatuh kemarin telah ditemukan di padang pasir wilayah Mali utara, Jumat (25/7/2014). Pejabat setempat memastikan tidak ada orang yang selamat dalam tragedi pesawat Aljazair itu.
Ini adalah tragedi pesawat ketiga dalam seminggu terakhir setelah jatuhnya Malaysia Airlines MH17 yang merenggut nyawa 298 orang, dan disusul kecelakaan pesawat TransAsia Airways di Taiwan, di mana 48 orang dinyatakan tewas.
Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius, kepada CNN, mengatakan bahwa Prancis telah membantu mencari pesawat Air Algerie bersama dengan personel Aljazair dan petugas PBB di wilayah tersebut. (Baca: Pesawat Aljazair Dipastikan Jatuh)
Pesawat dengan nomor penerbangan AH5017 itu, membawa 116 orang. Pesawat semula dilaporkan hilang dari pantauan radar pada pukul 01.38 waktu setempat atau 09.38 WIB kemarin. Pesawat dilaporkan hilang setelah muncul badai di wilayah Mali.
Dari 116 orang yang ada di pesawat itu, 50 di antaranya merupakan warga negara Prancis. Mali akan memimpin penyelidikan tragedi jatuhnya pesawat Air Algerie.
“Pihak berwenang kehilangan kontak dengan pesawat sekitar 50 menit setelah lepas landas dari Burkina Faso, pukul 01.17 waktu setempat, dan seharusnya mendarat di Algerie pada pukul 05.10 waktu setempat,” kata pihak maskapai dalam sebuah pernyataan.
Mali merupakan wilayah yang terletak di antara Burkina Faso dan Aljazair. Ahli meteorologi terkemuka, Mari Ramos, mengatakan, pesawat itu nekat terbang di wilayah yang diterjang badai.
Manajer masakapi Air Algerie, Zoheir Houaoui, mengatakan pesawat itu membawa 110 penumpang dan enam awak.
Dari daftar manifest penumpang yang dirilis, 50 orang tercatat sebafai warga Perancis; 24 orang warga Burkina Faso; delapan warga Libanon; enam warga Aljazair; lima warga Kanada; empat Jerman; dan dua warga Luksemburg. Kemudian warga Mali; Kamerun; Belgia; Ukraina; Rumania; Swiss; Nigeria; dan Mesir masing-masing satu orang.
Ini adalah tragedi pesawat ketiga dalam seminggu terakhir setelah jatuhnya Malaysia Airlines MH17 yang merenggut nyawa 298 orang, dan disusul kecelakaan pesawat TransAsia Airways di Taiwan, di mana 48 orang dinyatakan tewas.
Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius, kepada CNN, mengatakan bahwa Prancis telah membantu mencari pesawat Air Algerie bersama dengan personel Aljazair dan petugas PBB di wilayah tersebut. (Baca: Pesawat Aljazair Dipastikan Jatuh)
Pesawat dengan nomor penerbangan AH5017 itu, membawa 116 orang. Pesawat semula dilaporkan hilang dari pantauan radar pada pukul 01.38 waktu setempat atau 09.38 WIB kemarin. Pesawat dilaporkan hilang setelah muncul badai di wilayah Mali.
Dari 116 orang yang ada di pesawat itu, 50 di antaranya merupakan warga negara Prancis. Mali akan memimpin penyelidikan tragedi jatuhnya pesawat Air Algerie.
“Pihak berwenang kehilangan kontak dengan pesawat sekitar 50 menit setelah lepas landas dari Burkina Faso, pukul 01.17 waktu setempat, dan seharusnya mendarat di Algerie pada pukul 05.10 waktu setempat,” kata pihak maskapai dalam sebuah pernyataan.
Mali merupakan wilayah yang terletak di antara Burkina Faso dan Aljazair. Ahli meteorologi terkemuka, Mari Ramos, mengatakan, pesawat itu nekat terbang di wilayah yang diterjang badai.
Manajer masakapi Air Algerie, Zoheir Houaoui, mengatakan pesawat itu membawa 110 penumpang dan enam awak.
Dari daftar manifest penumpang yang dirilis, 50 orang tercatat sebafai warga Perancis; 24 orang warga Burkina Faso; delapan warga Libanon; enam warga Aljazair; lima warga Kanada; empat Jerman; dan dua warga Luksemburg. Kemudian warga Mali; Kamerun; Belgia; Ukraina; Rumania; Swiss; Nigeria; dan Mesir masing-masing satu orang.
(mas)