Ukraina Nyatakan Perang Lagi dengan Separatis Pro-Rusia
A
A
A
KIEV - Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, mengatakan pemerintah mengerahkan pasukan besar-besaran untuk memperbarui operasi militer. Menurutnya, batas waktu gencatan senjata sudah habis dan saatnya berperang melawan separatis pro-Rusia untuk membebaskan Tanah Air-nya.
Keputusan itu diambil tak lama setelah Poroshenko melakukan pembicaraan via telepon dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, serta pemimpin Jerman dan Prancis. Poroshenko menyalahkan kubu separatis pro-Rusia yang gagal menjaga gencatan senjata.
”Kami akan menyerang dan membebaskan tanah kami. Keputusan untuk tidak melanjutkan gencatan senjata adalah jawaban kami untuk teroris, militan dan perampok,” katanya dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi Ukraina.
”Kesempatan yang unik untuk melaksanakan rencana perdamaian tidak direalisasikan. Hal itu terjadi karena tindakan pidana para militan. Mereka secara terbuka menyatakan keengganan untuk mendukung rencana perdamaian secara keseluruhan, dan khususnya gencatan senjata,” lanjut Poroshenko, seperti dikutip Reuters, Selasa (1/7/2014).
Kementerian Luar Negeri Ukraina, kemarin, mengkonfirmasi bahwa 27 pasukan Ukraina tewas sejak gencatan senjata dimulai pada 20 Juni 2014. Gencatan senjata resmi berakhir pada pukul 22.00 waktu Ukraina semalam.
Menjelang pengumuman dimulainya operasi militer terbaru, Poroshenko bertemu dengan kepala keamanan Ukraina untuk membahas kerugian militer setelah melakukan gencatan senjata dengan kubu separatis pro-Rusia.
Dia khawatir, gencatan senjata itu justru dimanfaatkan kelompok separatis pro-Rusia untuk menggalang kekuatan dan senjata.
Keputusan itu diambil tak lama setelah Poroshenko melakukan pembicaraan via telepon dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, serta pemimpin Jerman dan Prancis. Poroshenko menyalahkan kubu separatis pro-Rusia yang gagal menjaga gencatan senjata.
”Kami akan menyerang dan membebaskan tanah kami. Keputusan untuk tidak melanjutkan gencatan senjata adalah jawaban kami untuk teroris, militan dan perampok,” katanya dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi Ukraina.
”Kesempatan yang unik untuk melaksanakan rencana perdamaian tidak direalisasikan. Hal itu terjadi karena tindakan pidana para militan. Mereka secara terbuka menyatakan keengganan untuk mendukung rencana perdamaian secara keseluruhan, dan khususnya gencatan senjata,” lanjut Poroshenko, seperti dikutip Reuters, Selasa (1/7/2014).
Kementerian Luar Negeri Ukraina, kemarin, mengkonfirmasi bahwa 27 pasukan Ukraina tewas sejak gencatan senjata dimulai pada 20 Juni 2014. Gencatan senjata resmi berakhir pada pukul 22.00 waktu Ukraina semalam.
Menjelang pengumuman dimulainya operasi militer terbaru, Poroshenko bertemu dengan kepala keamanan Ukraina untuk membahas kerugian militer setelah melakukan gencatan senjata dengan kubu separatis pro-Rusia.
Dia khawatir, gencatan senjata itu justru dimanfaatkan kelompok separatis pro-Rusia untuk menggalang kekuatan dan senjata.
(mas)