Rusia Melunak Dukung Pemilu Ukraina, AS Tak Percaya
A
A
A
MOSKOW-Pemerintah Rusia akhirnya melunak dan akan menghormati pelaksanaan pemilu presiden Ukraina, setelah sebelumnya bersikeras menyatakan pemilu Ukraina ilegal. Namun, sikap baru Rusia itu masih diragukan Amerika Serikat (AS).
Melunaknya Rusia dalam krisis Ukraina itu diungkapkan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Dia menyatakan, negaranya ingin menjalin hubungan baik dengan Barat dan memberi sinyal untuk menerima hasil pemilu presiden Ukraina. Selama Rusia menganggap pemerintah baru Ukraina ilegal, karena diperoleh dengan mengkudeta sekutu mereka, yakni Viktor Yanukovych.
”Kami akan memperlakukan pemilu Ukraina dengan hormat,” kata Putin, ketika ditanya apakah dia akan mengakui legitimasi pemilu Ukraina yang akan digelar Minggu (25/5/2014) besok.
Pernyataan Putin itu diragukan pihak Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat. ”Kita harus melihat kenyataan (sebelumnya), Rusia tidak mengakui dan kemudian mengambil langkah-langkah untuk terlibat dengan pemerintah Ukraina dan pemenang dari pemilu presiden (Ukraina),” kata juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, seperti dikutip Reuters, Sabtu (24/5/2014).
Carney pun ingin bukti dari Rusia yang ingin menerima Ukraina. ”Kami lebih lanjut mendesak Rusia untuk menggunakan pengaruhnya guna membujuk separatis di Ukraina timur dan di tempat lain untuk mengosongkan bangunan yang sudah mereka ditempati, meletakkan senjata, dan menghentikan aksi yang memicu kekerasan dan ketidakstabilan,” lanjut Carney.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Marie Harf, juga meragukan sikap baru Rusia itu. Dia bahkan mengklaim memiliki bukti jika separatis pro-Rusia di Ukraina mencoba untuk menganggu pemungutan suara di Ukraina besok.
”Kami telah melihat, terutama di beberapa tempat di wilayah timur (Ukraina), separatis ini sengaja mencoba untuk mengganggu pemilu dengan kekerasan, mengambil alih gedung-gedung pemerintah, mengambil kotak suara, mengambil daftar pendaftaran pemilih,” katanya.
Melunaknya Rusia dalam krisis Ukraina itu diungkapkan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Dia menyatakan, negaranya ingin menjalin hubungan baik dengan Barat dan memberi sinyal untuk menerima hasil pemilu presiden Ukraina. Selama Rusia menganggap pemerintah baru Ukraina ilegal, karena diperoleh dengan mengkudeta sekutu mereka, yakni Viktor Yanukovych.
”Kami akan memperlakukan pemilu Ukraina dengan hormat,” kata Putin, ketika ditanya apakah dia akan mengakui legitimasi pemilu Ukraina yang akan digelar Minggu (25/5/2014) besok.
Pernyataan Putin itu diragukan pihak Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat. ”Kita harus melihat kenyataan (sebelumnya), Rusia tidak mengakui dan kemudian mengambil langkah-langkah untuk terlibat dengan pemerintah Ukraina dan pemenang dari pemilu presiden (Ukraina),” kata juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, seperti dikutip Reuters, Sabtu (24/5/2014).
Carney pun ingin bukti dari Rusia yang ingin menerima Ukraina. ”Kami lebih lanjut mendesak Rusia untuk menggunakan pengaruhnya guna membujuk separatis di Ukraina timur dan di tempat lain untuk mengosongkan bangunan yang sudah mereka ditempati, meletakkan senjata, dan menghentikan aksi yang memicu kekerasan dan ketidakstabilan,” lanjut Carney.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Marie Harf, juga meragukan sikap baru Rusia itu. Dia bahkan mengklaim memiliki bukti jika separatis pro-Rusia di Ukraina mencoba untuk menganggu pemungutan suara di Ukraina besok.
”Kami telah melihat, terutama di beberapa tempat di wilayah timur (Ukraina), separatis ini sengaja mencoba untuk mengganggu pemilu dengan kekerasan, mengambil alih gedung-gedung pemerintah, mengambil kotak suara, mengambil daftar pendaftaran pemilih,” katanya.
(mas)