AS tak akui referendum Ukraina timur
A
A
A
Sindonews.com – Amerika Serikat (AS) mengaku referendum yang diadakan akhir pekan lalu di timur Ukraina yang menyerukan untuk melepaskan diri dari Kiev. AS menganggap referendum itu sebagai sesuatu yang ilegal.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki mengatakan, pemungutan suara yang diselenggarakan oleh elemen-elemen pro-Rusia di Donetsk dan Luhansk merupakan upaya untuk menciptakan perpecahan dan gangguan lebih lanjut di Ukraina.
"Kami tidak mengakui referendum tersebut. Itu (referendum) merupakan tindakan yang ilegal menurut hukum Ukraina," ungkap Psaki. Seperti dilansir Channel News Asia, Selasa (13/5/2014).
Massa pro-Rusia mengklaim kemenangan besar di dua wilayah Ukraina timur yaitu di Donets dan Luhansk dengan suara bulat mencapai 90 persen yang mengingnkan pemisahan diri, sedangkan Kiev menysebut pemungutan suara itu sebagai lelucon.
"Metodologi pemilihan juga penuh dengan kecurangan, dengan laporan surat suara yang sudah ditandai, anak-anak ikut melakukan voting, suara mereka ada walaupun orangnya tidak hadir, dan bahkan ada pemilihan di Moskow dan St Petersburg." tambah Psaki.
Psaki juga menyatakan menurut laporan yang dia terima salah satu bentuk keganjilan lainnya adalah terdapat beberapa orang yang melakukan pemilihan dari satu kali. AS dan sekutunya akan tetap fokus mendukung pemilu di Ukraina, dan mengindahkan referendum di timur.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki mengatakan, pemungutan suara yang diselenggarakan oleh elemen-elemen pro-Rusia di Donetsk dan Luhansk merupakan upaya untuk menciptakan perpecahan dan gangguan lebih lanjut di Ukraina.
"Kami tidak mengakui referendum tersebut. Itu (referendum) merupakan tindakan yang ilegal menurut hukum Ukraina," ungkap Psaki. Seperti dilansir Channel News Asia, Selasa (13/5/2014).
Massa pro-Rusia mengklaim kemenangan besar di dua wilayah Ukraina timur yaitu di Donets dan Luhansk dengan suara bulat mencapai 90 persen yang mengingnkan pemisahan diri, sedangkan Kiev menysebut pemungutan suara itu sebagai lelucon.
"Metodologi pemilihan juga penuh dengan kecurangan, dengan laporan surat suara yang sudah ditandai, anak-anak ikut melakukan voting, suara mereka ada walaupun orangnya tidak hadir, dan bahkan ada pemilihan di Moskow dan St Petersburg." tambah Psaki.
Psaki juga menyatakan menurut laporan yang dia terima salah satu bentuk keganjilan lainnya adalah terdapat beberapa orang yang melakukan pemilihan dari satu kali. AS dan sekutunya akan tetap fokus mendukung pemilu di Ukraina, dan mengindahkan referendum di timur.
(esn)