Aksi heroik bocah pengirim sinyal bahaya feri Sewol bikin haru
A
A
A
Sindonews.com – Bocah laki-laki yang pertama kali mengirim sinyal bahaya kapal feri Sewol, Korea Selatan, diketahui bermarga Choi. Setelah aksi heroiknya, bocah itu hilang dan ditemukan tewas Rabu lalu.
Publik di Korea Selatan merasa haru dengan aksi bocah yang masih lugu itu. Perasaan orangtua bocah itu bahkan campur aduk setelah jenazah anaknya ditemukan sudah tidak bernyawa. Dia ditemukan tewas bersama para ratusan pelajar dan guru yang menjadi penumpang kapal Sewol untuk melakukan perjalanan wisata ke pulau Jeju pada 16 April 2014.
Bocah itu pertama kali menelepon 119 dan terhubung petugas pemadam kebakaran. Dengan nada gemetar, bocah itu minta tolong karena kapal mulai tenggelam. Oleh petugas pemadam kebakaran telepon bocah itu langsung disambungkan ke penjaga pantai.
Kemudian penjaga pantai memintanya agar telepon itu diberikan kepada kapten kapal. Saking lugunya, dia bahkan menganggap kapten yang dimaksud petugas itu adalah guru sekolah. Maklum, dalam bahasa Korea penyebutan kapten dan guru memang hampir sama.
“Saya begitu marah pada kenyataan ini. Karena yang bisa saya lakukan hanya melihat laut dan berdoa, tapi saya bersyukur bahwa dia ditemukan, dan dia telah kembali,” ucap ayah bocah itu kepada surat kabar Kukmin Ilbo, Sabtu (26/4/2014).
”Kalau saja dia mengenakan jaket pelampung, saya tidak akan patah hati seperti ini. Dia bahkan tidak punya waktu untuk menelepon ibunya dan ayahnya. Dia menelepon ke 119 dan dia telah kembali sekarang. Saya sangat bangga pada dia,” lanjut ayah bocah itu.
Orangtua bocah tersebut terus meratapi nasib putranya yang tidak bisa dia bayangkan, bahwa bocah sekecil itu harus berhadapan dengan hujan dan angin kencang di laut. Seorang warga setempat mengatakan, ibu bocah itu menangis dan menatap ke langit. ”Ini air mata saya untuk seorang anak,” kata warga itu menirukan ucapan ibu bocah tersebut.
Publik di Korea Selatan merasa haru dengan aksi bocah yang masih lugu itu. Perasaan orangtua bocah itu bahkan campur aduk setelah jenazah anaknya ditemukan sudah tidak bernyawa. Dia ditemukan tewas bersama para ratusan pelajar dan guru yang menjadi penumpang kapal Sewol untuk melakukan perjalanan wisata ke pulau Jeju pada 16 April 2014.
Bocah itu pertama kali menelepon 119 dan terhubung petugas pemadam kebakaran. Dengan nada gemetar, bocah itu minta tolong karena kapal mulai tenggelam. Oleh petugas pemadam kebakaran telepon bocah itu langsung disambungkan ke penjaga pantai.
Kemudian penjaga pantai memintanya agar telepon itu diberikan kepada kapten kapal. Saking lugunya, dia bahkan menganggap kapten yang dimaksud petugas itu adalah guru sekolah. Maklum, dalam bahasa Korea penyebutan kapten dan guru memang hampir sama.
“Saya begitu marah pada kenyataan ini. Karena yang bisa saya lakukan hanya melihat laut dan berdoa, tapi saya bersyukur bahwa dia ditemukan, dan dia telah kembali,” ucap ayah bocah itu kepada surat kabar Kukmin Ilbo, Sabtu (26/4/2014).
”Kalau saja dia mengenakan jaket pelampung, saya tidak akan patah hati seperti ini. Dia bahkan tidak punya waktu untuk menelepon ibunya dan ayahnya. Dia menelepon ke 119 dan dia telah kembali sekarang. Saya sangat bangga pada dia,” lanjut ayah bocah itu.
Orangtua bocah tersebut terus meratapi nasib putranya yang tidak bisa dia bayangkan, bahwa bocah sekecil itu harus berhadapan dengan hujan dan angin kencang di laut. Seorang warga setempat mengatakan, ibu bocah itu menangis dan menatap ke langit. ”Ini air mata saya untuk seorang anak,” kata warga itu menirukan ucapan ibu bocah tersebut.
(mas)