Ukraina timur kian memanas, tank-tank tempur bermunculan
A
A
A
Sindonews.com – Waktu ultimatum selama 48 jam agar ketegangan di wilayah Ukraina timur berhenti akan segera habis. Hal itu membuat situasi semakin memanas, terlebih kendaraan tank-tank tempur mulai berdatangan di kota Donetsk.
Ultimatum itu berisi agar ketegangan untuk menuntut referendum pemisahan diri dari Ukraina berhenti dalam tempo 48 jam sejak kemarin. Jika menolak instruksi Pemerintah Ukraina itu, tindakan militer akan diterapkan.
Ultimatum itu tidak main-main. Sejumlah warga dilaporkan terluka ketika menghalau beberapa kendaraan tank yang mulai memasuki kota Donetsk. ”Pada sekitar 02.00(waktu Ukraina)kami menerima informasi bahwa perangkat keras militer telah tiba di stasiun kereta api lokal kami,” kata Lyudmila, warga setempat seperti dikutip Rusia Today, Kamis (10/4/2014).
”Kami pergi ke sana dan melihatnya.Adakendaraan dan pasukanmiliter.Seluruhwargakota berkumpul di dekatnya.Paratentaramencoba untuk mulai bergerak, dan orang-orang mencoba untuk menghentikan lajukendaraanitu,” lanjut dia.
Dalam sebuah dekrit, presiden interim Ukraina,Aleksandr Turchinov,mengatakan,gedung pemerintah daerah di Donetsk dan wilayah sekitarnyamerupakan fasilitas penting pemerintah yang wajib dilindungi.
Sedangkan Menteri Dalam Negeri Ukraina,Arsen Avakov, mengatakan polisi khusus telah tiba di tiga kota di Ukraina timur yang menuntut referendum untuk memisahkan diri dari Ukraina. Tiga kota itu antara lain,Donetsk, Lugansk dan Kharkov.
Dia pun mengeluarkan ultimatum agar dalam 48 jam semua ketegangan di kota itu berhenti atau pemerintah menggunakan kekuatan militer untuk menghentikannya. Ultimatum itu ditanggapi dingin para demonstran penuntut referendum. Mereka bahkan minta bantuan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
”Kami akan bertugas di sini sepanjang malam, karena serangan bisa dimulai kapan saja,” kata seorang demonstran kepada kantor beritaRia Novosti.Ribuanorang, katanya, akan berdiri dan melawan pasukan yang akan menyerang wilayah mereka.
Ultimatum itu berisi agar ketegangan untuk menuntut referendum pemisahan diri dari Ukraina berhenti dalam tempo 48 jam sejak kemarin. Jika menolak instruksi Pemerintah Ukraina itu, tindakan militer akan diterapkan.
Ultimatum itu tidak main-main. Sejumlah warga dilaporkan terluka ketika menghalau beberapa kendaraan tank yang mulai memasuki kota Donetsk. ”Pada sekitar 02.00(waktu Ukraina)kami menerima informasi bahwa perangkat keras militer telah tiba di stasiun kereta api lokal kami,” kata Lyudmila, warga setempat seperti dikutip Rusia Today, Kamis (10/4/2014).
”Kami pergi ke sana dan melihatnya.Adakendaraan dan pasukanmiliter.Seluruhwargakota berkumpul di dekatnya.Paratentaramencoba untuk mulai bergerak, dan orang-orang mencoba untuk menghentikan lajukendaraanitu,” lanjut dia.
Dalam sebuah dekrit, presiden interim Ukraina,Aleksandr Turchinov,mengatakan,gedung pemerintah daerah di Donetsk dan wilayah sekitarnyamerupakan fasilitas penting pemerintah yang wajib dilindungi.
Sedangkan Menteri Dalam Negeri Ukraina,Arsen Avakov, mengatakan polisi khusus telah tiba di tiga kota di Ukraina timur yang menuntut referendum untuk memisahkan diri dari Ukraina. Tiga kota itu antara lain,Donetsk, Lugansk dan Kharkov.
Dia pun mengeluarkan ultimatum agar dalam 48 jam semua ketegangan di kota itu berhenti atau pemerintah menggunakan kekuatan militer untuk menghentikannya. Ultimatum itu ditanggapi dingin para demonstran penuntut referendum. Mereka bahkan minta bantuan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
”Kami akan bertugas di sini sepanjang malam, karena serangan bisa dimulai kapan saja,” kata seorang demonstran kepada kantor beritaRia Novosti.Ribuanorang, katanya, akan berdiri dan melawan pasukan yang akan menyerang wilayah mereka.
(mas)