Sarang militan di Tunisia digerebek, 3 orang tewas
A
A
A
Sindonews.com - Seorang polisi dan dua militan tewas, dalam penggerebekan di wilayah sarang para militan di Tunisia. Kementerian Dalam Negeri Tunisia, pada Selasa (4/2/2014), mengatakan, sabuk bom bunuh diri disita dalam penggerebekan tersebut.
Baku tembak mewarnai penggerebekan yang berlangsung semalam, di wilayah pinggiran ibukota. ”Mereka memiliki sabuk bom bunuh diri dan bahan peledak. Mereka (para militan) bersenjata,” kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Mohamed Ali Aroui, seperti dikutip Reuters.
Sejak tahun lalu , angkatan bersenjata Tunisia telah menindak tegas kelompok garis keras dari faksi Islam Ansar al-Sharia. Kelompok itu telah dinyatakan Washington sebagai salah satu organisasi teroris, di mana pemimpinnya menyatakan setia kepada al-Qaeda.
Tunisia secara resmi merayakan konstitusi baru pada Jumat pekan lalu, sekaligus menandai kehidupan demokrasi baru di negara Afrika Utara tersebut. Tiga tahun setelah pemberontakan yang terinspirasi oleh gejolak politi di Dunia Arab, Tunisia sempat dipimpin oleh pejabat sementara yang mengambil alih kepemimpinan dari tokoh Partai Islam Ennahda yang mengundurkan diri.
Menurut Kementerian itu, para militan Tunisia diduga mendapatkan senjata dari Libya, setelah menjalani pelatihan di negara yang pernah dipimpin Moammar Khadafi itu. Beberapa orang dari kelompok militan Tunisia juga disebut-sebut telah ikut berperang di Suriah.
Baku tembak mewarnai penggerebekan yang berlangsung semalam, di wilayah pinggiran ibukota. ”Mereka memiliki sabuk bom bunuh diri dan bahan peledak. Mereka (para militan) bersenjata,” kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Mohamed Ali Aroui, seperti dikutip Reuters.
Sejak tahun lalu , angkatan bersenjata Tunisia telah menindak tegas kelompok garis keras dari faksi Islam Ansar al-Sharia. Kelompok itu telah dinyatakan Washington sebagai salah satu organisasi teroris, di mana pemimpinnya menyatakan setia kepada al-Qaeda.
Tunisia secara resmi merayakan konstitusi baru pada Jumat pekan lalu, sekaligus menandai kehidupan demokrasi baru di negara Afrika Utara tersebut. Tiga tahun setelah pemberontakan yang terinspirasi oleh gejolak politi di Dunia Arab, Tunisia sempat dipimpin oleh pejabat sementara yang mengambil alih kepemimpinan dari tokoh Partai Islam Ennahda yang mengundurkan diri.
Menurut Kementerian itu, para militan Tunisia diduga mendapatkan senjata dari Libya, setelah menjalani pelatihan di negara yang pernah dipimpin Moammar Khadafi itu. Beberapa orang dari kelompok militan Tunisia juga disebut-sebut telah ikut berperang di Suriah.
(mas)