China tuduh Jepang kobarkan propaganda perang
A
A
A
Sindonews.com – Pemerintah China menuduh Jepang mengobarkan propaganda perang, dan mengadukannya ke PBB. Tuduhan itu, merujuk pada kunjungan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe ke kuil Yasukuni, yang membuat rakyat China marah.
Kemarahan China belum mereda, sejak Abe mengunjungi kuil yang dianggap China sebagai simbol kejahatan Perang Dunia II, pada 26 Desember 2013 lalu. Selain China, Korea Selatan yang juga menjadi korban Perang Dunia II, juga memprotes sikap Abe itu.
”Itu semua bermuara pada para pemimpin negara. Haruskah PBB berpihak pada penjahat perang?,” kata Duta Besar China untuk PBB, Liu Jieyi, kepada wartawan, seperti dikutip Reuters, Kamis (9/1/2014).
Di era Perang Dunia II, militer Jepang menduduki China tahun 1930-an. Jepang juga menjajah Korea Selatan dari 1910-1945. Kuil Yasukuni, dibangun Jepang untuk mengenang kejayaan militer Jepang, namun menyakiti rakyat China dan Korea Selatan.
Sejak itu, kedua negara itu selalu mengutuk setiap pejabat Jepang yang nekat mengunjungi kuil Yasukuni. ”Pertanyaan yang muncul, apa sebenarnya niat Abe itu?,” ujar Liu.
”Masyarakat internasional harus tetap waspada dan memberi peringatan kepada Abe untuk memperbaiki pandangan sejarahnya yang keliru, agar dia tidak tergelincir ke jalan yang salah.”
Sementara itu, Duta Besar Jepang untuk PBB, Motohide Yoshikawa, dalam sebuah pernyataan, meluruskan tuduhan China tersebut. Menurutnya, tindakan Abe mengunjungi kuil Yasukuni, bukan untuk memberikan penghormatan kepada penjahat perang atau memuji militerisme Jepang di masa silam.
”Perdana Menteri Abe mengunjungi kuil Yasukuni untuk menghormati dan berdoa bagi setiap orang yang tewas dalam perang. Dia memperbarui janji Jepang untuk tidak akan pernah berperang lagi,” kata Yoshikawa.
Hubungan antara Jepang dan China kian memanas. Selain masalah sengketa pulau di Laut China Timur, Jepang dan China juga terlibat saling ejek di media.
Di mana, kedua pejabat negara saling menyebut lawannya masing-masing dengan sebutan Voldemort, tokoh penyihit jahat dalam serial Harry Potter, karya JK Rowling. Saling ejek itu dalam bentuk artikel yang dimuat di media Inggris.
Kemarahan China belum mereda, sejak Abe mengunjungi kuil yang dianggap China sebagai simbol kejahatan Perang Dunia II, pada 26 Desember 2013 lalu. Selain China, Korea Selatan yang juga menjadi korban Perang Dunia II, juga memprotes sikap Abe itu.
”Itu semua bermuara pada para pemimpin negara. Haruskah PBB berpihak pada penjahat perang?,” kata Duta Besar China untuk PBB, Liu Jieyi, kepada wartawan, seperti dikutip Reuters, Kamis (9/1/2014).
Di era Perang Dunia II, militer Jepang menduduki China tahun 1930-an. Jepang juga menjajah Korea Selatan dari 1910-1945. Kuil Yasukuni, dibangun Jepang untuk mengenang kejayaan militer Jepang, namun menyakiti rakyat China dan Korea Selatan.
Sejak itu, kedua negara itu selalu mengutuk setiap pejabat Jepang yang nekat mengunjungi kuil Yasukuni. ”Pertanyaan yang muncul, apa sebenarnya niat Abe itu?,” ujar Liu.
”Masyarakat internasional harus tetap waspada dan memberi peringatan kepada Abe untuk memperbaiki pandangan sejarahnya yang keliru, agar dia tidak tergelincir ke jalan yang salah.”
Sementara itu, Duta Besar Jepang untuk PBB, Motohide Yoshikawa, dalam sebuah pernyataan, meluruskan tuduhan China tersebut. Menurutnya, tindakan Abe mengunjungi kuil Yasukuni, bukan untuk memberikan penghormatan kepada penjahat perang atau memuji militerisme Jepang di masa silam.
”Perdana Menteri Abe mengunjungi kuil Yasukuni untuk menghormati dan berdoa bagi setiap orang yang tewas dalam perang. Dia memperbarui janji Jepang untuk tidak akan pernah berperang lagi,” kata Yoshikawa.
Hubungan antara Jepang dan China kian memanas. Selain masalah sengketa pulau di Laut China Timur, Jepang dan China juga terlibat saling ejek di media.
Di mana, kedua pejabat negara saling menyebut lawannya masing-masing dengan sebutan Voldemort, tokoh penyihit jahat dalam serial Harry Potter, karya JK Rowling. Saling ejek itu dalam bentuk artikel yang dimuat di media Inggris.
(mas)