Saksi: Pembantaian etnis terjadi di Sudan Selatan
A
A
A
Sindonews.com – Krisis politik di Sudan Selatan telah berubah menjadi kerusuhan etnis. Sejumlah saksi menyebut, ratusan orang dari etnis Nuer tewas ditembak.
Wartawan di Sudan Selatan, yang mewawancarai sejumlah saksi melaporkan, di Ibukota Juba, lebih dari 200 orang, yang sebagian besar dari kelompok etnis Nuer, ditembak kelompok bersenjata dari Were.
Kekerasan itu terjadi di tengah perebutan kekuasaan antara Presiden Salva Kiir yang merupakan etnis Dinka Were dengan mantan wakilnya, Riek Machar dari etnis Nuer.
Meski sejumlah saksi menyebut terjadi pembantaian etnis, namun Pemerintah Sudan Selatan membantah apa yang terjadi di negara itu sebagai kekerasan etnis.
Wartawan di Juba, Hannah McNeish, mengatakan kepada BBC, Selasa (24/12/2013), bahwa ia telah mewawancarai seorang warga bernama Simon, yang ditembak empat kali. Namun, pria itu berhasil bertahan hidup dalam aksi pembantaian massal.
”Dia (Simon) bercerita, bahwa 250 laki-laki dibawa ke sebuah kantor polisi, di salah satu pinggiran kota tersibuk Juba. Mereka mengalami siksaan selama dua hari, kemudian ditembak. Semua dibunuh, kecuali 12 orang laki-laki,” ujar Neish.
Warga lain, yang diwawancarai di kamp PBB di Juba, menceritakan, bahwa orang-orang bersenjata dari suku Dinka, menembaki orang-orang suku Nuer di beberapa distrik. Orang-orang yang tidak bisa berbicara dengan bahasa Dinka menjadi sasaran tembak.
Koordinator urusan kemanusiaan PBB, Toby Lanzer, yang berada di Kota Bor, mengatakan, situasi di kota itu mencekam. Sebuah laporan lain menyebut korban tewas akibat kekerasan di negara itu mencapai 1.000 orang. Sedangkan 40 ribu warga sipil telah mengungsi. Kekerasan terjadi, setelah kudeta yang dipimpin mantan Wakil Presiden Riek Machar gagal.
Wartawan di Sudan Selatan, yang mewawancarai sejumlah saksi melaporkan, di Ibukota Juba, lebih dari 200 orang, yang sebagian besar dari kelompok etnis Nuer, ditembak kelompok bersenjata dari Were.
Kekerasan itu terjadi di tengah perebutan kekuasaan antara Presiden Salva Kiir yang merupakan etnis Dinka Were dengan mantan wakilnya, Riek Machar dari etnis Nuer.
Meski sejumlah saksi menyebut terjadi pembantaian etnis, namun Pemerintah Sudan Selatan membantah apa yang terjadi di negara itu sebagai kekerasan etnis.
Wartawan di Juba, Hannah McNeish, mengatakan kepada BBC, Selasa (24/12/2013), bahwa ia telah mewawancarai seorang warga bernama Simon, yang ditembak empat kali. Namun, pria itu berhasil bertahan hidup dalam aksi pembantaian massal.
”Dia (Simon) bercerita, bahwa 250 laki-laki dibawa ke sebuah kantor polisi, di salah satu pinggiran kota tersibuk Juba. Mereka mengalami siksaan selama dua hari, kemudian ditembak. Semua dibunuh, kecuali 12 orang laki-laki,” ujar Neish.
Warga lain, yang diwawancarai di kamp PBB di Juba, menceritakan, bahwa orang-orang bersenjata dari suku Dinka, menembaki orang-orang suku Nuer di beberapa distrik. Orang-orang yang tidak bisa berbicara dengan bahasa Dinka menjadi sasaran tembak.
Koordinator urusan kemanusiaan PBB, Toby Lanzer, yang berada di Kota Bor, mengatakan, situasi di kota itu mencekam. Sebuah laporan lain menyebut korban tewas akibat kekerasan di negara itu mencapai 1.000 orang. Sedangkan 40 ribu warga sipil telah mengungsi. Kekerasan terjadi, setelah kudeta yang dipimpin mantan Wakil Presiden Riek Machar gagal.
(mas)