Inggris kirim pesawat kedua untuk evakuasi warganya di Sudan Selatan
A
A
A
Sindonews.com – Inggris mengirim pesawat kedua untuk mengevakuasi warga negaranya dari Sudan Selatan. Pesawat angkut militer C-17 milik Royal Air Force mengevakuasi 93 orang dari ibu kota Sudan Selatan, Juba, ke Uganda, Jumat (20/12/2013).
Pesawat ini dipenuhi oleh pejabat konsuler yang telah menunggu di Bandara Entebbe, Juba. Satu hari sebelumnya, Kamis (19/12/2013), pesawat C-17 pertama yang dikirim Inggris mengevakuasi 182 orang, termasuk 53 warga Inggris ke Uganda.
"Saya telah resmi memerintahkan penerbangan kedua yang membawa warga negara Inggris, yang kini telah berangkat ke Juba," kata Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague, seperti dikutip dari AFP.
"Saya menyarankan setiap warga negara Inggris yang tinggal di Sudan Selatan dan ingin meninggalkan negara itu untuk secepatnya menghubungi Kementerian Luar Negeri. Saya prihatin dengan kekerasan yang terus berlanjut di Sudan Selatan,” lanjutnya.
“Semua pemimpin harus menahan diri. Keselamatan dan keamanan warga sipil adalah yang terpenting. Saya telah mendesak Wakil Presiden (James) Wani Igga untuk memastikan, bahwa perbedaan dapat diselesaikan melalui cara-cara politik," paparnya.
Pada akhir pekan lalu, Pemerintah Sudan Selatan menyatakan, bahwa mereka telah menggagalkan sebuah kudeta. Namun, situasi tegang masih menyelimuti negara itu. Ratusan warga sipil dilaporkan telah tewas di Juba akibat aksi kekerasan.
Pesawat ini dipenuhi oleh pejabat konsuler yang telah menunggu di Bandara Entebbe, Juba. Satu hari sebelumnya, Kamis (19/12/2013), pesawat C-17 pertama yang dikirim Inggris mengevakuasi 182 orang, termasuk 53 warga Inggris ke Uganda.
"Saya telah resmi memerintahkan penerbangan kedua yang membawa warga negara Inggris, yang kini telah berangkat ke Juba," kata Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague, seperti dikutip dari AFP.
"Saya menyarankan setiap warga negara Inggris yang tinggal di Sudan Selatan dan ingin meninggalkan negara itu untuk secepatnya menghubungi Kementerian Luar Negeri. Saya prihatin dengan kekerasan yang terus berlanjut di Sudan Selatan,” lanjutnya.
“Semua pemimpin harus menahan diri. Keselamatan dan keamanan warga sipil adalah yang terpenting. Saya telah mendesak Wakil Presiden (James) Wani Igga untuk memastikan, bahwa perbedaan dapat diselesaikan melalui cara-cara politik," paparnya.
Pada akhir pekan lalu, Pemerintah Sudan Selatan menyatakan, bahwa mereka telah menggagalkan sebuah kudeta. Namun, situasi tegang masih menyelimuti negara itu. Ratusan warga sipil dilaporkan telah tewas di Juba akibat aksi kekerasan.
(esn)