Penerjemah di acara Mandela dituduh palsu, Afsel minta maaf
A
A
A
Sindonews.com – Pemerintah Afrika Selatan (Afsel) meminta maaf atas karena menggunakan Thmasanqa Jantjie sebagai penerjemah bahasa isyarat di acara Nelson Mandela. Sebab, Jantjie, dituduh para ahli bahasa isyarat sebagai penerjemah palsu atau gadungan.
Ulah Jantjie itu telah memicu kemarahan warga penyandang tunarungu di seluruh dunia. Kemarin, Jantjie mengaku menyesal. Dia bahkan, mengaku menderita skizofrenia, sehingga melakukan kesalahan yang disaksikan masyarakat di seluruh dunia.
”Janjtie mengakui, dia bukan penerjemah bahasa isyarat profesional,” kata wakil menteri untuk urusan difable, Hendrietta Bogopane – Zulu, seperti dikutip Reuters, Jumat (13/12/2013). ”Kita hanya bisa meminta maaf kepada masyarakat tunarungu,” katanya lagi.
Bruno Druchen , direktur nasional dari Federasi Tunarungu Afsel, mengatakan kepada Associated Press, bahwa gerakan tangan Jantjie, di acara penghormatan untuk Mandela, tidak berarti apa-apa. Ahli bahasa isyarat lainnya terang-terangan menyebut, Jantjie adalah penerjemah bahasa isyarat palsu. ”Dia melakukan penipuan lengkap,” kata Cara Loening, Direktur Pendidikan dan Pengembangan Bahasa di Cape Town, Afsel.
Namun, Jantjie, membantah disebut penerjemah bahasa isyarat palsu. Dia mengklaim memenuhi syarat, bahkan menjadi “juara bahasa iyarat”. Menurutnya, tindakan yang memicu kemarahan warga penyandang tunarungu di seluruh dunia itu, karena penyakit skizofrenia yang ia alami mendadak.
”Tidak ada yang bisa kulakukan. Saya sendirian dalam situasi yang sangat berbahaya,” katanya, kepada The Star. Dia mengaku mendengar suara-suara aneh dan berhalusinasi saat terserang gejala skizofrenia.
”Saya mencoba untuk mengendalikan diri dan tidak menunjukkan kepada dunia apa yang sedang terjadi. Saya sangat menyesal,” imbuh dia.
Ulah Jantjie itu telah memicu kemarahan warga penyandang tunarungu di seluruh dunia. Kemarin, Jantjie mengaku menyesal. Dia bahkan, mengaku menderita skizofrenia, sehingga melakukan kesalahan yang disaksikan masyarakat di seluruh dunia.
”Janjtie mengakui, dia bukan penerjemah bahasa isyarat profesional,” kata wakil menteri untuk urusan difable, Hendrietta Bogopane – Zulu, seperti dikutip Reuters, Jumat (13/12/2013). ”Kita hanya bisa meminta maaf kepada masyarakat tunarungu,” katanya lagi.
Bruno Druchen , direktur nasional dari Federasi Tunarungu Afsel, mengatakan kepada Associated Press, bahwa gerakan tangan Jantjie, di acara penghormatan untuk Mandela, tidak berarti apa-apa. Ahli bahasa isyarat lainnya terang-terangan menyebut, Jantjie adalah penerjemah bahasa isyarat palsu. ”Dia melakukan penipuan lengkap,” kata Cara Loening, Direktur Pendidikan dan Pengembangan Bahasa di Cape Town, Afsel.
Namun, Jantjie, membantah disebut penerjemah bahasa isyarat palsu. Dia mengklaim memenuhi syarat, bahkan menjadi “juara bahasa iyarat”. Menurutnya, tindakan yang memicu kemarahan warga penyandang tunarungu di seluruh dunia itu, karena penyakit skizofrenia yang ia alami mendadak.
”Tidak ada yang bisa kulakukan. Saya sendirian dalam situasi yang sangat berbahaya,” katanya, kepada The Star. Dia mengaku mendengar suara-suara aneh dan berhalusinasi saat terserang gejala skizofrenia.
”Saya mencoba untuk mengendalikan diri dan tidak menunjukkan kepada dunia apa yang sedang terjadi. Saya sangat menyesal,” imbuh dia.
(mas)