Snowden belum bongkar total, AS khawatir kiamat spionase
A
A
A
Sindonews.com - Para pejabat intelijen Amerika Serikat (AS) dan Inggris ketar-ketir dengan kemungkinan terjadinya “kiamat” spionase. Sebab, secuil bocoran dari whistleblower NSA, Edward Joseph Snowden saja bisa memicu ketegangan diplomatik berbagai negara termasuk Indonesia dan Australia.
Padahal, bekas kontraktor National Security Agency (NSA) AS berusia 30 tahun itu telah mengunduh sekitar 50 ribu hingga 200 ribu file rahasia penyadapan NSA. Josh Frydenberg, sekretaris parlemen Australia kepada The Guardian, mengatakan bocoran penyadapan ponsel Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan para pejabat Indonesia oleh intelijen Australia tahun 2009 itu hanya satu persen dari materi yang dibocorkan Snowden.
”Ini bisa menjadi luka bakar sangat lambat. Hari ini bisa jadi Indonesia,” kata Frydenberg kepada ABC, Selasa (26/11/2013).
Laporan Reuters, kemarin, mengungkap, dokumen penyadapan NSA yang diunduh Snowden, sejatinya berasal dari penyadapan intelijen AS banyak sekutunya, termasuk Australia. Data NSA itu dilindungi dengan enkripsi yang canggih.
Menurut sumber intelijen AS, setidakn butuh beberapa password untuk membuka dokumen rahasia yang diyakini bisa menyulut ketegangan diplomatik sejumlah negara itu. Password itu, lanjut sumber tersebut dimiliki oleh setidaknya tiga orang yang berbeda dan hanya berlaku dalam waktu yang singkat. Identitas orang-orang yang memiliki password itu pun tidak diketahui.
Juru bicara untuk NSA menolak mengomentari laporan itu. Namun, seorang mantan pejabat AS meyakini dokumen yang dipegang Snowden berbahaya."Yang terburuk belum datang,” kata mantan pejabat AS tersebut.
Frydenberg justru khawatir dokumen Snowden itu bisa jatuh ke tangan Rusia. Sebab, saat ini Snowden berada di sana, setelah memperoleh suaka dari Presiden Rusia Vladimir Putin selama setahun.
Padahal, bekas kontraktor National Security Agency (NSA) AS berusia 30 tahun itu telah mengunduh sekitar 50 ribu hingga 200 ribu file rahasia penyadapan NSA. Josh Frydenberg, sekretaris parlemen Australia kepada The Guardian, mengatakan bocoran penyadapan ponsel Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan para pejabat Indonesia oleh intelijen Australia tahun 2009 itu hanya satu persen dari materi yang dibocorkan Snowden.
”Ini bisa menjadi luka bakar sangat lambat. Hari ini bisa jadi Indonesia,” kata Frydenberg kepada ABC, Selasa (26/11/2013).
Laporan Reuters, kemarin, mengungkap, dokumen penyadapan NSA yang diunduh Snowden, sejatinya berasal dari penyadapan intelijen AS banyak sekutunya, termasuk Australia. Data NSA itu dilindungi dengan enkripsi yang canggih.
Menurut sumber intelijen AS, setidakn butuh beberapa password untuk membuka dokumen rahasia yang diyakini bisa menyulut ketegangan diplomatik sejumlah negara itu. Password itu, lanjut sumber tersebut dimiliki oleh setidaknya tiga orang yang berbeda dan hanya berlaku dalam waktu yang singkat. Identitas orang-orang yang memiliki password itu pun tidak diketahui.
Juru bicara untuk NSA menolak mengomentari laporan itu. Namun, seorang mantan pejabat AS meyakini dokumen yang dipegang Snowden berbahaya."Yang terburuk belum datang,” kata mantan pejabat AS tersebut.
Frydenberg justru khawatir dokumen Snowden itu bisa jatuh ke tangan Rusia. Sebab, saat ini Snowden berada di sana, setelah memperoleh suaka dari Presiden Rusia Vladimir Putin selama setahun.
(mas)