Di Tacloban, pasien bermunculan, dokter tak punya obat
A
A
A
Sindonews.com – Para pasien yang jadi korban topan Haiyan di Filipina terus berdatangan pada Kamis (14/11/2013). Sementara itu, para dokter di sana tidak memiliki obat-obatan.
Hal itu diperparah dengan kondisi rumah sakit yang nyaris tidak bisa beroperasi penuh, karena jaringan listrik terputus.
Katrina Catabay, seorang dokter di Tacloban, menceritakan tangisan bergema di lantai klinik. Sedangkan, pasien terus berdatangan meminta obat.
”Kami tidak memiliki obat-obatan. Kami tidak memiliki persediaan apapun. Kami memiliki infus, tapi itu (harus) berjalan keluar,” kata Catabay kepada CNN.
”Sebagian besar orang tidak memiliki air dan makanan. Itulah sebabnya mereka datang ke sini. Sebagian besar anak-anak mengalami dehidrasi. Mereka yang menderita diare dan muntah,” lanjut dokter itu. ”Kami kebanyakan membutuhkan makanan dan air, itulah yang paling penting. Kami membutuhkan pasokan itu," imbuh dia.
Di salah satu klinik, seorang perwira militer Filipina, meirilis nama-nama korban yang akan diterbangkan ke luar Kota Tacloban. ”Orang tua, dan anak-anak yang sakit adalah prioritas,” kata petugas itu.
Pemandangan yang memilukan juga terjadi di klinik itu. Di mana seorang pria meninggal, karena tidak mendapat tempat untuk perawatan. Hingga Kamis pagi, jumlah korban versi Pemerintah Filipina tercatat sebanyak 2.357 orang. Kemudian 3.853 orang terluka, dan 77 orang dinyatakan hilang.
Hal itu diperparah dengan kondisi rumah sakit yang nyaris tidak bisa beroperasi penuh, karena jaringan listrik terputus.
Katrina Catabay, seorang dokter di Tacloban, menceritakan tangisan bergema di lantai klinik. Sedangkan, pasien terus berdatangan meminta obat.
”Kami tidak memiliki obat-obatan. Kami tidak memiliki persediaan apapun. Kami memiliki infus, tapi itu (harus) berjalan keluar,” kata Catabay kepada CNN.
”Sebagian besar orang tidak memiliki air dan makanan. Itulah sebabnya mereka datang ke sini. Sebagian besar anak-anak mengalami dehidrasi. Mereka yang menderita diare dan muntah,” lanjut dokter itu. ”Kami kebanyakan membutuhkan makanan dan air, itulah yang paling penting. Kami membutuhkan pasokan itu," imbuh dia.
Di salah satu klinik, seorang perwira militer Filipina, meirilis nama-nama korban yang akan diterbangkan ke luar Kota Tacloban. ”Orang tua, dan anak-anak yang sakit adalah prioritas,” kata petugas itu.
Pemandangan yang memilukan juga terjadi di klinik itu. Di mana seorang pria meninggal, karena tidak mendapat tempat untuk perawatan. Hingga Kamis pagi, jumlah korban versi Pemerintah Filipina tercatat sebanyak 2.357 orang. Kemudian 3.853 orang terluka, dan 77 orang dinyatakan hilang.
(mas)