Korsel & Rusia tolak kemampuan nuklir Korut
Rabu, 13 November 2013 - 20:42 WIB

Korsel & Rusia tolak kemampuan nuklir Korut
A
A
A
Sindonews.com - Presiden Korea Selatan Park Geun-hye dan mitranya Presiden Rusia, Vladimir Putin menegaskan, bahwa kedua negara tersebut sepakat tidak akan menerima kekuatan nuklir Korea Utara (Korut) Rabu, (13/11/2013). Pernyataan bersama itu datang setelah kedua pemimpin mengadakan pertemuan bersama di kantor kepresidenan Cheong Wa Dae.
"Keputusan Korut untuk membangun kemampuan nuklir dan rudal itu tidak dapat diterima, Korut tidak dapat menjadi negara yang memiliki kemampuan tenaga nuklir," ungkap kedua presiden dalam pernyataan bersama.
Putin tiba di Seoul pada Rabu pagi untuk mengadakan pertemuan tingkat tinggi dengan Presiden Park. Pembicaran itu merupakan tindak lanjut atas pertemuan di sela-sela KTT Kelompok 20 pada September lalu di Saint Petersburg, kota terbesar kedua Rusia.
Keduanya mengatakan, Korut harus kembalu mematuhi kewajiban internasional dan janji-janjinya, termasuk Pernyataan Bersama mereka 19 September 2005, bahwa mereka akan mewujudkan denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Hingga kini tidak ada satupun dari negara kelompok enam bersedia melanjutkan pembahasan nuklir Korut, setelah mereka melakukan uji coba roket jarak jauh dan melakukan uju coba nukir bawah tanah ketiga pada Februari lalu. Seperti diketahui, bahwa perundingan nuklir antara Korut dalam kelompok enam (Korsel, Korut, China, Rusia, AS dan Jepang) telah ditangguhkan sejak akhir 2008.
Sementara, pada April 2009, Korut memutuskan untuk menarik diri dari perundingan sebagai bentuk protes terhadap sanksi baru PBB, namun baru-baru negara komunis tersebut menyatakan kesediaanya untuk kembali ke meja perundingan.
"Keputusan Korut untuk membangun kemampuan nuklir dan rudal itu tidak dapat diterima, Korut tidak dapat menjadi negara yang memiliki kemampuan tenaga nuklir," ungkap kedua presiden dalam pernyataan bersama.
Putin tiba di Seoul pada Rabu pagi untuk mengadakan pertemuan tingkat tinggi dengan Presiden Park. Pembicaran itu merupakan tindak lanjut atas pertemuan di sela-sela KTT Kelompok 20 pada September lalu di Saint Petersburg, kota terbesar kedua Rusia.
Keduanya mengatakan, Korut harus kembalu mematuhi kewajiban internasional dan janji-janjinya, termasuk Pernyataan Bersama mereka 19 September 2005, bahwa mereka akan mewujudkan denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Hingga kini tidak ada satupun dari negara kelompok enam bersedia melanjutkan pembahasan nuklir Korut, setelah mereka melakukan uji coba roket jarak jauh dan melakukan uju coba nukir bawah tanah ketiga pada Februari lalu. Seperti diketahui, bahwa perundingan nuklir antara Korut dalam kelompok enam (Korsel, Korut, China, Rusia, AS dan Jepang) telah ditangguhkan sejak akhir 2008.
Sementara, pada April 2009, Korut memutuskan untuk menarik diri dari perundingan sebagai bentuk protes terhadap sanksi baru PBB, namun baru-baru negara komunis tersebut menyatakan kesediaanya untuk kembali ke meja perundingan.
(esn)