Warga Libanon protes kelambanan evakuasi kapal karam di Indonesia
A
A
A
Sindonews.com - Sejumlah warga Kota Akkar, Libanon, turun ke jalan untuk memprotes kelambanan pejabat untuk mengungkapkan nasib warga Libanon yang menjadi korban kapal tenggelam di perairan Agrabina, Cianjur Selatan, Selasa (1/10/2013).
Para warga Kota Akkar menuntut pejabat bertanggungjawab untuk mengungkapkan kejelasan nasib para kerabat mereka yang hilang. Aksi unjuk rasa dikuti pemblokiran sejumlah ruas jalan di Kota Akkar hingga menyebabkan kemacetan.
Sejumlah perahu tim penyelamat dikerahkan untuk mencari para korban di tengah gelombang ombak setinggi empat sampai enam meter. Hingga kemarin, proses penyelamatan telah berhasil menemukan 39 jasad korban tewas dan 29 orang selamat.
Kapal tersebut diperkirakan membawa 80-120 imigran gelap dari Timur Tengah dari pulau Jawa menuju Pulau Christmas Australia, untuk mencari suaka.
Menurut laporan Kementerian Luar Negeri Libanon, kapal tersebut juga mengangkut 68 warga Libanon, termasuk anak-anak. Kapal nahas tersebut dikabarkan kehabisan bahan bakar solar di tengah perjalanan. Akibatnya, mereka terombang-ambing di tengah laut selama lima hari. Diduga, saat terombang-ambing itulah perahu terkena hantaman ombak hingga menyebabkan perahu terbelah.
Korban selamat mengatakan kepada wartawan bahwa mereka mengirim GPS koordinat kepada tim penyelamat Australia untuk membantu mereka, tapi tidak ada yang datang membantu mereka.
Para warga Kota Akkar menuntut pejabat bertanggungjawab untuk mengungkapkan kejelasan nasib para kerabat mereka yang hilang. Aksi unjuk rasa dikuti pemblokiran sejumlah ruas jalan di Kota Akkar hingga menyebabkan kemacetan.
Sejumlah perahu tim penyelamat dikerahkan untuk mencari para korban di tengah gelombang ombak setinggi empat sampai enam meter. Hingga kemarin, proses penyelamatan telah berhasil menemukan 39 jasad korban tewas dan 29 orang selamat.
Kapal tersebut diperkirakan membawa 80-120 imigran gelap dari Timur Tengah dari pulau Jawa menuju Pulau Christmas Australia, untuk mencari suaka.
Menurut laporan Kementerian Luar Negeri Libanon, kapal tersebut juga mengangkut 68 warga Libanon, termasuk anak-anak. Kapal nahas tersebut dikabarkan kehabisan bahan bakar solar di tengah perjalanan. Akibatnya, mereka terombang-ambing di tengah laut selama lima hari. Diduga, saat terombang-ambing itulah perahu terkena hantaman ombak hingga menyebabkan perahu terbelah.
Korban selamat mengatakan kepada wartawan bahwa mereka mengirim GPS koordinat kepada tim penyelamat Australia untuk membantu mereka, tapi tidak ada yang datang membantu mereka.
(esn)