Presiden Turki: Kesepakatan rudal dengan China belum final
Selasa, 01 Oktober 2013 - 00:38 WIB

Presiden Turki: Kesepakatan rudal dengan China belum final
A
A
A
Sindonews.com – Presiden Turki, Abdullah Gul, mengatakan pada Senin (30/9/2013), bahwa keputusan Turki untuk bersama-sama menghasilkan rudal udara jarak jauh dan sistem pertahanan rudal dengan perusahaan China, masih belum final.
"Pembelian tersebut belum pasti," kata Gul, seperti dikutip dari harian Turki berbahasa Inggris, Hurriyet Daily News. "Ini adalah masalah multi-dimensi, ada teknis, dan dimensi ekonomi. Dan, di sisi lain ada aliansi dimensi. Ini sedang dievaluasi, soal kebutuhan sistem pertahanan Turki,” lanjut Gul.
Pekan lalu, Kementerian Pertahanan Turki yang juga anggota aliansi militer NATO, mengumumkan, bahwa pihaknya telah memilih sistem pertahanan rudal FD -2000 dari China Precision Machinery Impor dan Ekspor Corp (CPMIEC). Amerika Serikat (AS) telah menyatakan "keprihatinan serius" atas keputusan Turki ini.
CPMIEC berada di bawah sanksi AS atas pelanggaran Non proliferasi Act ke Iran, Korea Utara, dan Suriah. Beberapa analis pertahanan Barat mengatakan, mereka terkejut dengan keputusan Turki itu. Semula, banyak analis menduga, Turki akan menjalin kontrak dengan Raytheon Co, sebuah perusahaan AS yang membangun rudal Patriot.
"Pembelian tersebut belum pasti," kata Gul, seperti dikutip dari harian Turki berbahasa Inggris, Hurriyet Daily News. "Ini adalah masalah multi-dimensi, ada teknis, dan dimensi ekonomi. Dan, di sisi lain ada aliansi dimensi. Ini sedang dievaluasi, soal kebutuhan sistem pertahanan Turki,” lanjut Gul.
Pekan lalu, Kementerian Pertahanan Turki yang juga anggota aliansi militer NATO, mengumumkan, bahwa pihaknya telah memilih sistem pertahanan rudal FD -2000 dari China Precision Machinery Impor dan Ekspor Corp (CPMIEC). Amerika Serikat (AS) telah menyatakan "keprihatinan serius" atas keputusan Turki ini.
CPMIEC berada di bawah sanksi AS atas pelanggaran Non proliferasi Act ke Iran, Korea Utara, dan Suriah. Beberapa analis pertahanan Barat mengatakan, mereka terkejut dengan keputusan Turki itu. Semula, banyak analis menduga, Turki akan menjalin kontrak dengan Raytheon Co, sebuah perusahaan AS yang membangun rudal Patriot.
(esn)