Korut kecam tindakan Korsel yang menembak mati calon pembelot
A
A
A
Sindonews.com – Korea Utara (Korut) pada Kamis (26/9/2013), mengecam tindakan penjaga perbatasan Korea Selatan (Korsel) yang menembak mati calon pembelot Korsel yang berniat melarikan diri ke Korut. Pemerintah Korut menyebut hal ini sebagai tindakan “barbar”.
Korut pun mendesak Seoul untuk menegakkan kebenaran di balik tindakan "pembunuhan tanpa ampun” dan dengan tegas menghukum mereka yang terlibat dalam peristiwa penembakan ini.
Komite Reunifikasi Damai Korut, dalam sebuah pernyataan di kantor berita resmi Pyongyang, mengatakan, pria yang diidentifikasi sebagai Nam Yong-ho (47) itu tak lagi kerasan tinggal di Korsel. Namun, Jepang dan sejumlah negara lain tak mau memberinya suaka.
"Rezim (Seoul) rezim bertindak barbar dalam bentuk manusia, karena mereka dengan kejam membunuh penduduk tak berdosa yang mencoba memasuki bagian utara dari Korea dalam pencarian jalan hidup," sebut pernyataan Komite Reunifikasi Damai Korut, seperti dikutip dari Xinhua.
Seperti diketahui sebelumnya, pada 16 September silam, tentara penjaga perbatasan Korsel menembak mati Yong-ho yang mencoba berenang melintasi sungai perbatasan Imjin. Ini adalah peristiwa yang tidak lazim. Biasanya, justru warga Korut yang coba melarikan diri ke Korsel.
Militer Korsel menyatakan, tentara yang berjaga di pos penjagaan terdekat telah berulang kali mengeluarkan peringatan pada Yong-ho untuk kembali, namun pria itu mengabaikan peringatan tersebut. Militer dan Kementerian Pertahanan Korsel membela tindakan prajurit yang menembak Yong-ho, sebab secara teknis Korsel dan Korut masih dalam status perang.
Korut pun mendesak Seoul untuk menegakkan kebenaran di balik tindakan "pembunuhan tanpa ampun” dan dengan tegas menghukum mereka yang terlibat dalam peristiwa penembakan ini.
Komite Reunifikasi Damai Korut, dalam sebuah pernyataan di kantor berita resmi Pyongyang, mengatakan, pria yang diidentifikasi sebagai Nam Yong-ho (47) itu tak lagi kerasan tinggal di Korsel. Namun, Jepang dan sejumlah negara lain tak mau memberinya suaka.
"Rezim (Seoul) rezim bertindak barbar dalam bentuk manusia, karena mereka dengan kejam membunuh penduduk tak berdosa yang mencoba memasuki bagian utara dari Korea dalam pencarian jalan hidup," sebut pernyataan Komite Reunifikasi Damai Korut, seperti dikutip dari Xinhua.
Seperti diketahui sebelumnya, pada 16 September silam, tentara penjaga perbatasan Korsel menembak mati Yong-ho yang mencoba berenang melintasi sungai perbatasan Imjin. Ini adalah peristiwa yang tidak lazim. Biasanya, justru warga Korut yang coba melarikan diri ke Korsel.
Militer Korsel menyatakan, tentara yang berjaga di pos penjagaan terdekat telah berulang kali mengeluarkan peringatan pada Yong-ho untuk kembali, namun pria itu mengabaikan peringatan tersebut. Militer dan Kementerian Pertahanan Korsel membela tindakan prajurit yang menembak Yong-ho, sebab secara teknis Korsel dan Korut masih dalam status perang.
(esn)