Pemberontak Suriah marah kepada AS
A
A
A
Sindonews.com – Kesepakatan Amerika Serikat (AS) dan Rusia soal pelucutan senjata kimia Suriah, telah membuat kubu pemberontak Suriah marah kepada AS. Mereka kecewa, karena AS tidak lagi fokus kepada pelengseran Presiden Bashar al-Assad seperti yang mereka inginkan, melainkan sibuk dengan urusan senjata kimia.
Seorang pejabat senior oposisi mengakui, ada pertemuan Koalisi Oposisi Suriah pada Senin lalu. Dalam pertemuan itu, mereka menganggap kesepakatan AS dan Rusia soal pelucutan senjata kimia Suriah itu, sebagai “tamparan” bagi mereka.
”Orang-orang Amerika bahkan tidak perlu repot-repot untuk mengirim diplomat tunggalnya, untuk menginformasikan kepada kami, apa yang mereka lakukan dengan Rusia,” kata pejabat oposisi Suriah, yang diwawancarai dengan syarat anonim, seperti dikutip Reuters, Jumat (20/9/2013).
"Amerika-Teluk tidak bisa mengatakan secara terbuka, tapi ada kecenderungan untuk mengabaikan Amerika. Kesenjangan yang besar sekarang antara Amerika, Saudi, Turki dan Emirat,” lanjut pejabat oposisi Suriah itu.
”Bahkan, Qatar tidak senang dengan kesepakatan (AS dan Rusia) itu. Seolah-olah masalah adalah senjata kimia, bukan lagi rezim Assad,” imbuh pejabat oposisi anti-Assad tersebut. Selama ini, negara-negara Teluk telah menjadi penyokong dana utama dari gerakan oposisi.
Seorang sumber di oposisi menyebut, Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, telah meminta agar pimpinan Koalisi Oposisi Suriah, Ahmad Jarba, agar tidak mengejar masalah itu pada saat ini.
Para diplomat Barat yang berbasis di Timur Tengah, mengatakan, oposisi Suriah, takut, jika Assad tidak serius dalam diplomasi politik. Tapi para pejabat itu, minta oposisi memaklumi posisi AS pada saat ini. ”Pihak oposisi perlu menyadari bahwa AS siap untuk menyerang Suriah, jika Assad mengingkari kesepakatan AS dan Rusia. Mereka (AS) perlu mengembangkan strategi,” kata salah satu pejabat itu.
Fawaz Tello, juru kampanye oposisi, mengatakan, jika kesepakatan AS dan Rusia itu kredibel, maka ada perrtanyaan: Apa yang akan terjadi di Suriah tanpa Assad? Bagaimana seharusnya menangani krisis kemanusiaan, dan bagaimana hal itu dapat menyatukan perjuangan militer untuk melawan Assad?.
”Pihak oposisi berperilaku seperti seorang suami bereaksi, ketika melihat istrinya (AS) berselingkuh. Itu bukan strategi,” tegas Tello, yang kecewa dengan AS.
Seorang pejabat senior oposisi mengakui, ada pertemuan Koalisi Oposisi Suriah pada Senin lalu. Dalam pertemuan itu, mereka menganggap kesepakatan AS dan Rusia soal pelucutan senjata kimia Suriah itu, sebagai “tamparan” bagi mereka.
”Orang-orang Amerika bahkan tidak perlu repot-repot untuk mengirim diplomat tunggalnya, untuk menginformasikan kepada kami, apa yang mereka lakukan dengan Rusia,” kata pejabat oposisi Suriah, yang diwawancarai dengan syarat anonim, seperti dikutip Reuters, Jumat (20/9/2013).
"Amerika-Teluk tidak bisa mengatakan secara terbuka, tapi ada kecenderungan untuk mengabaikan Amerika. Kesenjangan yang besar sekarang antara Amerika, Saudi, Turki dan Emirat,” lanjut pejabat oposisi Suriah itu.
”Bahkan, Qatar tidak senang dengan kesepakatan (AS dan Rusia) itu. Seolah-olah masalah adalah senjata kimia, bukan lagi rezim Assad,” imbuh pejabat oposisi anti-Assad tersebut. Selama ini, negara-negara Teluk telah menjadi penyokong dana utama dari gerakan oposisi.
Seorang sumber di oposisi menyebut, Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, telah meminta agar pimpinan Koalisi Oposisi Suriah, Ahmad Jarba, agar tidak mengejar masalah itu pada saat ini.
Para diplomat Barat yang berbasis di Timur Tengah, mengatakan, oposisi Suriah, takut, jika Assad tidak serius dalam diplomasi politik. Tapi para pejabat itu, minta oposisi memaklumi posisi AS pada saat ini. ”Pihak oposisi perlu menyadari bahwa AS siap untuk menyerang Suriah, jika Assad mengingkari kesepakatan AS dan Rusia. Mereka (AS) perlu mengembangkan strategi,” kata salah satu pejabat itu.
Fawaz Tello, juru kampanye oposisi, mengatakan, jika kesepakatan AS dan Rusia itu kredibel, maka ada perrtanyaan: Apa yang akan terjadi di Suriah tanpa Assad? Bagaimana seharusnya menangani krisis kemanusiaan, dan bagaimana hal itu dapat menyatukan perjuangan militer untuk melawan Assad?.
”Pihak oposisi berperilaku seperti seorang suami bereaksi, ketika melihat istrinya (AS) berselingkuh. Itu bukan strategi,” tegas Tello, yang kecewa dengan AS.
(esn)