Suriah minta PBB halangi agresi AS
A
A
A
Sindonews.com – Pemerintah Suriah telah meminta PBB untuk mencegah AS dan negara mana pun melakukan agresi militer. Permintaan Pemerintah Suriah itu muncul, setelah Presiden AS, Barack Obama berencana menyerang Suriah atas tuduhan serangan senjata kimia di dekat Damaskus 21 Agustus 2013 lalu.
Washington mengatakan, lebih dari 1.400 orang, yang sebagian anak-anak tewas dalam serangan di dekat Damaskus itu. Pemerintah AS menyebut, serangan senjata kimia itu terburuk di dunia setelah Saddam Hussein menggunakan gas sarin untuk membunuh ribuan orang suku Kurdi di Irak pada 1988.
Dalam sebuah surat kepada Sekjen PBB Ban Ki -moon dan Presiden Dewan Keamanan PBB, Maria Cristina Perceval, Duta Besar Suriah untuk PBB, Bashar Ja'afari menyerukan PBB menghentikan ambisi AS untuk menyerang negaranya.
”Sekjen PBB untuk memikul tanggung jawabnya untuk mencegah agresi apapun pada Suriah, dan mendorong upaya untuk mencapai solusi politik guna menyelesaikan krisis di Suriah,” tulis kantor berita negara Suriah, SANA, pada Senin (2/9/2013), mengutip pernyataan Ja’afari.
Ja’fari menyerukan kepada Dewan Keamanan PBB untuk menunjukkan perannya. ”Mempertahankan perannya sebagai katup pengaman untuk mencegah prasangka yang tidak jelas, yang memaksa keluar dari frame legitimasi internasional,” ujar Ja’afari.
Ja'afari mengatakan, AS harus memainkan perannya, sebagai sponsor perdamaian dan sebagai mitra Rusia yang sedang menyiapkan konferensi internasional untuk penyelesaian masalah Suriah. ”Bukan sebagai sebuah negara yang menggunakan kekuatan terhadap siapa pun yang menentang kebijakannya,” imbuh dia.
Suriah telah membantah menggunakan senjata kimia dan menuduh kelompok pemberontaklah yang menggunakannya dalam perang sipil selama 2,5 tahun tahun terakhir. Data PBB menyebut, setidaknya 100 ribu orang tewas di Suriah sejak konflik yang dimulai Maret 2011.
Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, kemarin, mengatakan, dari hasil uji sampel yang diambil di dekat Damaskus menunjukkan bahwa, gas sarin positif digunakan di Suriah. Ia menuduh penggunanya rezim pemerintah Bashar al-Assad.
Namun, Ja'afari menyebut, tuduhan Kerry, penuh kebohongan. Data yang dipakai, katanya, merupakan cerita lama rekaan dari kelompok pemberontak yang diolah dari foto palsu di internet.
AS sendiri masih menunggu keputusan Kongres pada 9 September 2013 nanti untuk memastikan, apakah Kongres menyetujui agresi militer ke Suriah atau sebaliknya. Namun, Obama sendiri tengah gencar melobi Kongres guna mendukung rencananya untuk menyerang Suriah.
Washington mengatakan, lebih dari 1.400 orang, yang sebagian anak-anak tewas dalam serangan di dekat Damaskus itu. Pemerintah AS menyebut, serangan senjata kimia itu terburuk di dunia setelah Saddam Hussein menggunakan gas sarin untuk membunuh ribuan orang suku Kurdi di Irak pada 1988.
Dalam sebuah surat kepada Sekjen PBB Ban Ki -moon dan Presiden Dewan Keamanan PBB, Maria Cristina Perceval, Duta Besar Suriah untuk PBB, Bashar Ja'afari menyerukan PBB menghentikan ambisi AS untuk menyerang negaranya.
”Sekjen PBB untuk memikul tanggung jawabnya untuk mencegah agresi apapun pada Suriah, dan mendorong upaya untuk mencapai solusi politik guna menyelesaikan krisis di Suriah,” tulis kantor berita negara Suriah, SANA, pada Senin (2/9/2013), mengutip pernyataan Ja’afari.
Ja’fari menyerukan kepada Dewan Keamanan PBB untuk menunjukkan perannya. ”Mempertahankan perannya sebagai katup pengaman untuk mencegah prasangka yang tidak jelas, yang memaksa keluar dari frame legitimasi internasional,” ujar Ja’afari.
Ja'afari mengatakan, AS harus memainkan perannya, sebagai sponsor perdamaian dan sebagai mitra Rusia yang sedang menyiapkan konferensi internasional untuk penyelesaian masalah Suriah. ”Bukan sebagai sebuah negara yang menggunakan kekuatan terhadap siapa pun yang menentang kebijakannya,” imbuh dia.
Suriah telah membantah menggunakan senjata kimia dan menuduh kelompok pemberontaklah yang menggunakannya dalam perang sipil selama 2,5 tahun tahun terakhir. Data PBB menyebut, setidaknya 100 ribu orang tewas di Suriah sejak konflik yang dimulai Maret 2011.
Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, kemarin, mengatakan, dari hasil uji sampel yang diambil di dekat Damaskus menunjukkan bahwa, gas sarin positif digunakan di Suriah. Ia menuduh penggunanya rezim pemerintah Bashar al-Assad.
Namun, Ja'afari menyebut, tuduhan Kerry, penuh kebohongan. Data yang dipakai, katanya, merupakan cerita lama rekaan dari kelompok pemberontak yang diolah dari foto palsu di internet.
AS sendiri masih menunggu keputusan Kongres pada 9 September 2013 nanti untuk memastikan, apakah Kongres menyetujui agresi militer ke Suriah atau sebaliknya. Namun, Obama sendiri tengah gencar melobi Kongres guna mendukung rencananya untuk menyerang Suriah.
(esn)