Tunisia keluarkan ancaman pada demonstran anti-pemerintah
A
A
A
Sindonews.com - Perdana Menteri Tunisia, Ali Larayedh, mengeluarkan ancaman terhadap para demonstran anti-pemerintah, jika mereka nekat beraksi. Ancaman itu dikeluarkan, setelah muncul informasi akan adanya demonstrasi anti-pemerintah di negara Afrika Utara itu pada akhir pekan ini.
Larayedh tidak akan mentolerir setiap aksi kekerasan selama protes yang direncanakan oleh oposisi, dengan tujuan meronggoyang pemerintahan yang sah.
”Ali Larayedh mengatakan, ia tidak akan tidak ragu-ragu atau menahan diri untuk berhadapan dengan orang-orang yang melakukan aksi terorisme, anarki atau pemberontakan terhadap institusi negara,” kantor berita negara, TAP dikutip Press TV, Rabu (21/8/2013).
Peringatan keras itu muncul, setelah pihak oposisi, yakni Front Keselamatan Nasional merencanakan aksi yang mereka sebut "minggu kemarahan" mulai Sabtu Sabtu (24/8/2013) nanti.
Negara it uterus dihantui demonstrasi protes besar-besaran sejak pemimpin sayap kiri Partai Gerakan Populer, Mohamed Brahmi, dibunuh pada tanggal 25 Juli 2013. Pemimpin oposisi, Chokri Belaid, juga dibunuh pada bulan Februari 2013.
Setelah pembunuhan pada bulan lalu, sebuah koalisi kelompok oposisi menyerukan pembentukan pemerintah persatuan nasional non-partisan. Pihak oposisi menuduh pejabat gagal untuk mengambil tindakan atas pembunuhan Brahmi.
Larayedh tidak akan mentolerir setiap aksi kekerasan selama protes yang direncanakan oleh oposisi, dengan tujuan meronggoyang pemerintahan yang sah.
”Ali Larayedh mengatakan, ia tidak akan tidak ragu-ragu atau menahan diri untuk berhadapan dengan orang-orang yang melakukan aksi terorisme, anarki atau pemberontakan terhadap institusi negara,” kantor berita negara, TAP dikutip Press TV, Rabu (21/8/2013).
Peringatan keras itu muncul, setelah pihak oposisi, yakni Front Keselamatan Nasional merencanakan aksi yang mereka sebut "minggu kemarahan" mulai Sabtu Sabtu (24/8/2013) nanti.
Negara it uterus dihantui demonstrasi protes besar-besaran sejak pemimpin sayap kiri Partai Gerakan Populer, Mohamed Brahmi, dibunuh pada tanggal 25 Juli 2013. Pemimpin oposisi, Chokri Belaid, juga dibunuh pada bulan Februari 2013.
Setelah pembunuhan pada bulan lalu, sebuah koalisi kelompok oposisi menyerukan pembentukan pemerintah persatuan nasional non-partisan. Pihak oposisi menuduh pejabat gagal untuk mengambil tindakan atas pembunuhan Brahmi.
(esn)