Mesir ricuh, Venezuela tarik dubesnya
A
A
A
Sindonews.com - Presiden Venezuela Nicolas Maduro memanggil pulang duta besarnya untuk Kairo, Jumat (17/8/2013). Hingga kemarin, aksi kekerasaan yang dilakukan oleh aparat keamanan kepada sejumlah pendukung presiden terguling Mohamed Morsi terus belanjut di Kairo dan sejumlah kota di Mesir, lebih dari seratus orang dilaporkan tewas sepanjang hari.
Maduro menyerukan Pemerintah Mesir untuk mengaktifkan kembali Morsi yang digulingkan pada 3 Juli lalu. Maduro juga mendesak Pemerintah Mesir, mengaktifkan kembali konstitusional Mesir. Dalam kesempatan itu, Maduro juga menuduh, Amerika Serikat dan Israel ikut campur dalam upaya penggulingan Morsi dan sejumlah aksi pemberontakan di sejumlah negara, termasuk Suriah.
Venezuela telah menjalin kerjasama dengan sejumlah negara di Timur Tengah dan memiliki hubungan kuat dengan Iran. Saat mantan Presiden Venezuela Hugo Chavez menjabat, Venezuela menjalin hubungan dekat dengan mantan Presiden Libya, Moamer Kadhafi yang tewas dalam pemberontakan pada 2011 lalu
Kementerian Kesehatan Mesir dalam sebuah pernyataan sebelumnya menyatakan, sudah lebih dari 600 orang tewas sejak pasukan keamanan meluncurkan operasi pembersihan pendukung Morsi daru dua kamp utama. Aksi kekerasan itu mendorong bentrokan di tempat lain di Kairo dan kota-kota lainnya di Mesir. Tidak hanya menyerang untuk mengusir dari darat tapi serangan juga dilancarkan aparat dari udara.
Seorang pengunjuk rasa, Said Mohammed, mengatakan kepada Al Jazeera, bahwa banyak demonstran yang ditembak oleh orang-orang yang berada di atas helikopter. "Helikopter mulai menembaki kami saat kami berjalan. Teman saya terkena tembakan di leher dan dia meninggal," kata Mohammed.
Tindakan keras aparat Mesir ini telah memicu kecaman dari berbagi pihak di dunia. Keapala HAM PBB, Navi Pillay, telah menuntut digelarnya penyelidikan luas terhadap operasi brutal aparat keamanan Mesir saat membubarkan kamp pengungsi pendukung Morsi.
Maduro menyerukan Pemerintah Mesir untuk mengaktifkan kembali Morsi yang digulingkan pada 3 Juli lalu. Maduro juga mendesak Pemerintah Mesir, mengaktifkan kembali konstitusional Mesir. Dalam kesempatan itu, Maduro juga menuduh, Amerika Serikat dan Israel ikut campur dalam upaya penggulingan Morsi dan sejumlah aksi pemberontakan di sejumlah negara, termasuk Suriah.
Venezuela telah menjalin kerjasama dengan sejumlah negara di Timur Tengah dan memiliki hubungan kuat dengan Iran. Saat mantan Presiden Venezuela Hugo Chavez menjabat, Venezuela menjalin hubungan dekat dengan mantan Presiden Libya, Moamer Kadhafi yang tewas dalam pemberontakan pada 2011 lalu
Kementerian Kesehatan Mesir dalam sebuah pernyataan sebelumnya menyatakan, sudah lebih dari 600 orang tewas sejak pasukan keamanan meluncurkan operasi pembersihan pendukung Morsi daru dua kamp utama. Aksi kekerasan itu mendorong bentrokan di tempat lain di Kairo dan kota-kota lainnya di Mesir. Tidak hanya menyerang untuk mengusir dari darat tapi serangan juga dilancarkan aparat dari udara.
Seorang pengunjuk rasa, Said Mohammed, mengatakan kepada Al Jazeera, bahwa banyak demonstran yang ditembak oleh orang-orang yang berada di atas helikopter. "Helikopter mulai menembaki kami saat kami berjalan. Teman saya terkena tembakan di leher dan dia meninggal," kata Mohammed.
Tindakan keras aparat Mesir ini telah memicu kecaman dari berbagi pihak di dunia. Keapala HAM PBB, Navi Pillay, telah menuntut digelarnya penyelidikan luas terhadap operasi brutal aparat keamanan Mesir saat membubarkan kamp pengungsi pendukung Morsi.
(esn)