Tolak cukur kumis, pria Pakistan ini akan dibunuh teroris

Sabtu, 10 Agustus 2013 - 16:00 WIB
Tolak cukur kumis, pria...
Tolak cukur kumis, pria Pakistan ini akan dibunuh teroris
A A A
Sindonews.com - Seorang ayah di Pakistan, menceritakan tentang ancaman dari teroris yang akan membunuhnya, gara-gara ia tidak mau mencukur kumisnya yang panjangnya mencapai 30 inci. Malik Amir Mohammad Khan Afridi diculik dan ditahan kelompok esktremis di sebuah gua selama sebulan, sampai ia mau mencukur kumisnya itu.

Semula ia menolak mencukur kumisnya itu, meski beberapa kali berkelahi dengan kelompok ekstremis. Ia meyakini, kumis panjangnya itu sebagai simbol kejantanan dan kemamuran pria Peshwar, Pakistan. Kini, setelah bebas kumis dari ayah 10 anak tu telah tumbuh lagi. Ia bahkan bersumpah tidak akan pernah membungkuk terhadap kelompok preman lagi demi kumis panjangnya.

”Saya tidak suka merokok. Saya tidak menyukai tembakau, atau minum. Ini adalah satu-satunya pilihan dalam hidup saya. Saya bahkan akan mengorbankan makanan, tapi tidak untuk kumis. Ini hidup saya,” kata Afridi, seperti dikutip Daily Mail, kemarin.

Afridi mengatakan, berkat kumis panjangnya itu ia dihormati banyak orang. ”Orang-orang memberi saya banyak rasa hormat. Ini identitas saya,” ucapnya.

Kumis Afridi tumbuh, sejak ia berusia 22 tahun. Saban hari, ia menghabiskan waktu 30 menit sehari untuk membelai dan menggunting untuk merapikan kumis. Ia juga mengeluarkan banyak biaya untuk membeli minyak dan sabun untuk merawat kumisnya itu.

Tapi, meskipun biaya, ancaman kematian, serangan dan banyak waktu yang dikorbankan, termasuk tidak bertemu keluarganya dalam waktu yang lama demi mempertahankan kumisnya itu, Afridi merasa tidak masalah.

”Saya merasa senang. Ketika (kumis) itu biasa, tidak ada yang memberi saya perhatian. Saya terbiasa dengan semua perhatian dan saya sangat menyukainya,” imbuh dia.

Afridi yang kini berusia 48 tahun bisa mencari suaka yang nyaman untuk menjauh dari kelompok teroris yang akan membunuhnya, karena masih memelihara kumis.

”Pilihan pertama saya, negara Islam seperti Dubai. Tapi saya juga bersedia untuk pergi ke negara-negara seperti Amerika Serikat, Kanada, atau Inggris. Saya ingin mengajukan permohonan kepada pemerintah Inggris untuk membantu saya.”
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1084 seconds (0.1#10.140)