Bomber Boston terlacak belajar ekstremis sayap kanan

Senin, 05 Agustus 2013 - 13:58 WIB
Bomber Boston terlacak belajar ekstremis sayap kanan
Bomber Boston terlacak belajar ekstremis sayap kanan
A A A
Sindonews.com – Tamerlan Tsarnaev, salah satu pelaku pemboman di arena marathon di Boston beberapa waktu lalu, diketahui belajar teori konsiprasi ekstremis sayap kanan AS. Dia memiliki beberapa catatan sastra ekstremis sayap kanan AS.

Dia diduga membaca materi teori itu, sebelum melakukan pemboman. Namun, sejumlah pihak menganggap Tsarnaev sebagai jihadis radikal gadungan. Terungkapnya literatur yang dipelajari pelaku bom Boston itu berdasarkan investigasi Panorama BBC, yang dilansir Senin (5/8/2013).

Panorama telah menghabiskan beberapa bulan untuk wawancara secara eksklusif dengan teman-teman Tsarnaev. Tujuannya, untuk mengetahui akar radikalisasi yang dianut pemuda itu. Hasilnya, Tamerlan Tsarnaev diketahui memiliki artikel yang menyimpulkan, bahwa serangan 11 September, dan pemboman tahun 1995 di Oklahoma City, adalah konspirasi pemerintah.

Tamerlan Tsarnaev juga memiliki sastra yang mengeksplorasi tentang pembunuhan massal, dan motivasi melakukan tindakan seperti itu. Ada juga materi tentang pesawat tak berawak AS yang membunuh warga sipil, dan tentang nasib mereka yang masih dipenjarakan di Teluk Guantanamo.

Selain Tamerlan Tsarnaev, 26, tersangka bom Boston lainnya adalah, Dzhokhar Tsarnaev, 19. Tsarnaev bersaudara adalah warga etnis Chechnya. Mereka pernah tinggal di sekitar wilayah Rusia yang kacau akibat pemberontakan kelompok Islam garis keras. Namun, selama 10 tahun terakhir, mereka tinggal di Cambridge, dekat Boston.

”Dia (Tamerlan) hanya tidak suka Amerika. Dia merasa Amerika pada dasarnya hanya menyerang semua negara Timur Tengah. Anda tahu, (AS) mencoba untuk mengambil minyak mereka,” kata teman Tamerlan Tsarnaev yang dalam wawancaranya diidentifikasi dengan nama samara Mike.

Seorang juru bicara masjid di Cambridge, Nicole Mossalam, mengatakan, Tamerlan Tsarnaev sesekali berdoa di masjid itu. Menurutnya, dia adalah seorang pemuda yang marah terkait penindasan terhadap umat Islam. ”Saya akan mengatakan, dia hanya seorang Muslim yang nyaman,” kata Mossalam.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4685 seconds (0.1#10.140)