Myanmar janji bebaskan tahanan politik pada akhir 2013
A
A
A
Sindonews.com - Presiden Myanmar Thein Sein mengatakan, semua tahanan politik akan dibebaskan pada akhir tahun 2013. Sementara gencatan senjata dengan sejumlah kelompok etnis Myanamr akan segera terwujud dalam beberapa pekan ke depan, Selasa, (16/7/2013).
"Saya jamin, pada akhir tahun ini tidak akan ada lagi orang yang ditahan karena mengikuti suara hati mereka," ungkap Sein di Chatham House, London, Inggris."Tujuan kami tidak lain adalah melakukan transisi dari sistem pemerintahan yang militer dan otoriter menjadi demokratis," terang Sein.
Dalam kesempatan itu, Sein optimis bahwa pemerintahannya akan membantu mengakhiri konflik politik antara pemerintahannya dan selusin kelompok etnik yang telah berlasung beberapa dekade, sejak Myanmar merdeka dari jajahan Inggris.
"Sangat memungkinkan, dalam beberapa pekan mendatang kesepakatan gencatan senjata akan terwujud dan situasi di Myanmar dimana pun, untuk pertama kalinya itu akan terjadi setelah 60 tahun," ujarnya.
Menyikapi masalah yang dihadapi muslim Rohingya, Sein berjanji menggunakan pendekatan yang tidak akan memberikan tolerasi kepada pihak manapun yang sengaja menyulut kebencian etnis. Ungkapan itu datang setelah Perdana Menteri Inggris David Cameron mendesak Sein untuk membela hak asasi manusia di Myanmar.
"Kami sangat prihatin atas apa yang menimpa muslim Rohingya di Provinsi Rakhine," ungkap Cameron.
"Saya jamin, pada akhir tahun ini tidak akan ada lagi orang yang ditahan karena mengikuti suara hati mereka," ungkap Sein di Chatham House, London, Inggris."Tujuan kami tidak lain adalah melakukan transisi dari sistem pemerintahan yang militer dan otoriter menjadi demokratis," terang Sein.
Dalam kesempatan itu, Sein optimis bahwa pemerintahannya akan membantu mengakhiri konflik politik antara pemerintahannya dan selusin kelompok etnik yang telah berlasung beberapa dekade, sejak Myanmar merdeka dari jajahan Inggris.
"Sangat memungkinkan, dalam beberapa pekan mendatang kesepakatan gencatan senjata akan terwujud dan situasi di Myanmar dimana pun, untuk pertama kalinya itu akan terjadi setelah 60 tahun," ujarnya.
Menyikapi masalah yang dihadapi muslim Rohingya, Sein berjanji menggunakan pendekatan yang tidak akan memberikan tolerasi kepada pihak manapun yang sengaja menyulut kebencian etnis. Ungkapan itu datang setelah Perdana Menteri Inggris David Cameron mendesak Sein untuk membela hak asasi manusia di Myanmar.
"Kami sangat prihatin atas apa yang menimpa muslim Rohingya di Provinsi Rakhine," ungkap Cameron.
(esn)