Korsel realisasikan ancamannya terhadap Korut
A
A
A
Sindonews.com - Korea Selatan (Korea Selatan) merealisasikan ancaman terbarunya terhadap Korea Utara (Korut). Setelah ajakan dialog untuk membahas operasional zona industri gabungan Kaesong dimentahkan oleh Korut, Korsel mengumumkan bahwa mereka akan menarik semua pekerja yang tersisa di kawasan industri tersebut, Jumat (26/4/2013).
Presiden Korsel Park Geun-hye, usai mengadakan pertemuan dengan petinggi militer dan sejumlah menteri mengumumkan keputusan bahwa pemerintah Korsel akan menarik semua staf dari industri gabungan Kaesong. "Saya sangat prihatin terhadap keselamatan para pekerja di zona industri tersebut," ungkap Geun-hye.
"Kami memutuskan untuk menarik semua pekerja yang tersisa, karena situasi di kompleks industri tersebut semakin sulit," ungkap Ryoo Kihl-jae, Menteri Unifikasi Korsel, seperti dilansir Yonhap, kantor berita Korsel.
"Keputusan ini harus diambil, sebab Korut tidak mengizinkan Korsel untuk mengirimkan bantuan makanan dan obat-oabatan kepada para pekerja, tindakan itu sama sekali tidak dapat dibenarkan," terang Kihl-jae.
Kihl-jae kemudian menuduh Korut telah mengingari semua perjanjian kesepakatan kerjasama ekonomi pada 2004 lalu. "Karena keputusan Korut menolak ajakan dialog, perusahaan yang berinvestasi di kompleks industri gabungan tersebut menghadapi kerugian serius," tutur Kihl-jae.
Kemarin, menanggapi ajakan dialok Korsel untuk membahas zona industri, Korut malah menyebut ajakan tersebut sebagai sebuah tipuan. Sebaliknya, Pemerintah Korut malah menantang Korsel untuk menarik semua staf yang masih tetap berada di Kaesong.
Komisi Pertahanan Nasional (NDC) dalam sebuah pernyataan lantas menantang Korsel untuk terus maju dengan ancamannya untuk menarik semua stafnya. NDC menilai, keputusan itu sebagai sebuah tindakan kemanusiaan untuk menjamin keamanan setiap warga Korsel.
NDC bersikeras, bahwa pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas kebuntuan masalah industri gabungan Kaesong adalah Korsel, bukan Korut.
"Keasong saat ini diambang kehancuran dan pihak yang sepenuhnya disalahkan adalah rezim boneka Korsel, sebagai pihak yang telah menyebabkan histeria perang," ujarnya.
Presiden Korsel Park Geun-hye, usai mengadakan pertemuan dengan petinggi militer dan sejumlah menteri mengumumkan keputusan bahwa pemerintah Korsel akan menarik semua staf dari industri gabungan Kaesong. "Saya sangat prihatin terhadap keselamatan para pekerja di zona industri tersebut," ungkap Geun-hye.
"Kami memutuskan untuk menarik semua pekerja yang tersisa, karena situasi di kompleks industri tersebut semakin sulit," ungkap Ryoo Kihl-jae, Menteri Unifikasi Korsel, seperti dilansir Yonhap, kantor berita Korsel.
"Keputusan ini harus diambil, sebab Korut tidak mengizinkan Korsel untuk mengirimkan bantuan makanan dan obat-oabatan kepada para pekerja, tindakan itu sama sekali tidak dapat dibenarkan," terang Kihl-jae.
Kihl-jae kemudian menuduh Korut telah mengingari semua perjanjian kesepakatan kerjasama ekonomi pada 2004 lalu. "Karena keputusan Korut menolak ajakan dialog, perusahaan yang berinvestasi di kompleks industri gabungan tersebut menghadapi kerugian serius," tutur Kihl-jae.
Kemarin, menanggapi ajakan dialok Korsel untuk membahas zona industri, Korut malah menyebut ajakan tersebut sebagai sebuah tipuan. Sebaliknya, Pemerintah Korut malah menantang Korsel untuk menarik semua staf yang masih tetap berada di Kaesong.
Komisi Pertahanan Nasional (NDC) dalam sebuah pernyataan lantas menantang Korsel untuk terus maju dengan ancamannya untuk menarik semua stafnya. NDC menilai, keputusan itu sebagai sebuah tindakan kemanusiaan untuk menjamin keamanan setiap warga Korsel.
NDC bersikeras, bahwa pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas kebuntuan masalah industri gabungan Kaesong adalah Korsel, bukan Korut.
"Keasong saat ini diambang kehancuran dan pihak yang sepenuhnya disalahkan adalah rezim boneka Korsel, sebagai pihak yang telah menyebabkan histeria perang," ujarnya.
(esn)