Penyidik: Bom Boston Marathon disembunyikan dalam tas ransel
A
A
A
Sindonews.com – Penyidik yang menangani kasus serangan bom di even olahraga Boston Marathon meyakini, bahwa bom tersebut disembunyikan di dalam ransel dan dilengkapi dengan pengatur waktu. Demikian dilaporkan NBC News, Selasa (6/4/2013).
Kesimpulan ini didapat, setelah aparat mengamati sejumlah rekaman video dan foto-foto yang didapat dari para penonton Boston Marathon. Memang cukup banyak penonton yang hadir menyaksikan even olahraga ini dengan membawa alat perekam. Hal ini jelas membantu para penyidik untuk mengungkap apa yang sesungguhnya terjadi.
Aparat penegak hukum mengatakan kepada NBC News, bahwa bahan peledak diklasifikasikan sebagai bom berdaya ledak rendah dan hanya bisa menciptakan daya ledak di bawah 3.300 meter per detik. Itu tidak cukup untuk menciptakan gelombang ledakan, yang bisa membunuh orang dari kompresi udara dan memecahkan jendela.
Namun, bom itu bisa mendorong pecahan besi atau logam lainnya ke jarak yang cukup jauh. Ini pula sebabnya, sebagian korban mengalami luka parah di bagian kaki. Bahkan, sejumlah korban terpaksa mengalami amputasi kaki.
Saat ini, aparat masih terus meminta bantuan dari para penonton yang memiliki rekaman kejadian untuk mengirimkannya ke pihak berwenang, demi terungkapnya lebih banyak fakta seputar dua ledakan yang terjadi itu.
Presiden AS Barack Obama telah menegaskan, bahwa pemboman di Boston Marathon adalah aksi terorisme. Label aksi terorisme meluncur dari mulut Obama, setelah ia melakukan pembicaraan dengan Kepala FBI Robert S. Mueller, Sekretaris Keamanan Dalam Negeri Janet Napolitano, dan Kepala Penasihat Kontraterorisme, Lisa Monaco.
Dalam pembicaraan itu disimpulkan, bahwa bukti-bukti yang ada menunjukan kalau bom Boston adalah aksi terorisme. Sebelumnya, saat kali pertama memberikan komentar atas aksi mematikan ini, Obama tidak menggunakan kata terorisme.
Kesimpulan ini didapat, setelah aparat mengamati sejumlah rekaman video dan foto-foto yang didapat dari para penonton Boston Marathon. Memang cukup banyak penonton yang hadir menyaksikan even olahraga ini dengan membawa alat perekam. Hal ini jelas membantu para penyidik untuk mengungkap apa yang sesungguhnya terjadi.
Aparat penegak hukum mengatakan kepada NBC News, bahwa bahan peledak diklasifikasikan sebagai bom berdaya ledak rendah dan hanya bisa menciptakan daya ledak di bawah 3.300 meter per detik. Itu tidak cukup untuk menciptakan gelombang ledakan, yang bisa membunuh orang dari kompresi udara dan memecahkan jendela.
Namun, bom itu bisa mendorong pecahan besi atau logam lainnya ke jarak yang cukup jauh. Ini pula sebabnya, sebagian korban mengalami luka parah di bagian kaki. Bahkan, sejumlah korban terpaksa mengalami amputasi kaki.
Saat ini, aparat masih terus meminta bantuan dari para penonton yang memiliki rekaman kejadian untuk mengirimkannya ke pihak berwenang, demi terungkapnya lebih banyak fakta seputar dua ledakan yang terjadi itu.
Presiden AS Barack Obama telah menegaskan, bahwa pemboman di Boston Marathon adalah aksi terorisme. Label aksi terorisme meluncur dari mulut Obama, setelah ia melakukan pembicaraan dengan Kepala FBI Robert S. Mueller, Sekretaris Keamanan Dalam Negeri Janet Napolitano, dan Kepala Penasihat Kontraterorisme, Lisa Monaco.
Dalam pembicaraan itu disimpulkan, bahwa bukti-bukti yang ada menunjukan kalau bom Boston adalah aksi terorisme. Sebelumnya, saat kali pertama memberikan komentar atas aksi mematikan ini, Obama tidak menggunakan kata terorisme.
(esn)