Kebakaran, 13 murid pesantren di Myanmar tewas
A
A
A
Sindonews.com - Kebakaran melanda sebuah asrama pesantren di daerah Botataung, Yangon, Myanmar, Selasa (2/4/2013) pagi. Pihak sekolah dan warga sekitar mengatakan, kebakaran tersebut menewaskan 13 dari 78 murid yang tinggal di asrama.
Pihak asrama mengatakan, api mulai membakar asrama murid laki-laki pada pukul 2.40 pagi. Saat itu juga pengurus asrama langsung berupaya memadamkan api dan meminta bantuan petugas pemadam kebakaran. Setelah api berhasil dipadamkan, ditemukan 13 jasad murid laki-laki yang kemungkinan mati lemas karena menghirup asap.
"Belasan murid meninggal karena mereka tidak dapat melompat keluar dari jendela. Sebab, jendela tersebut dilapisi teralis besi," ungkap Ye Naung Thein, warga yang mengamati proses pemadaman kebakaran.
Sebuah sumber mengatakan, kebakaran dipicu oleh panas yang dihasilkan oleh generator yang terpasang di dalam masjid. Namun, petugas pemadam kebakaran mengaku belum mengetahui asal-usul kebakaran.
"Kobaran api berhasil dipadamkan pagi ini juga. Tapi, kami tidak tahu apa penyebab kebakaran ini," ungkap Myint Aung, seorang petugas pemadam kebakaran, seperti dilansir Reuters.
Saat proses pemadaman terjadi, sejumlah polisi anti huru hara mengepung pesantren tersebut. Di luar perantren kerumunan orang yang antusias melihat upaya pemadaman api. Tapi, banyak warga muslim curiga, kebakaran tersebut bukan kecelakaan, melainkan sengaja dilakukan oleh oknum tertentu.
"Kami sangat khwatir dan sedih, sebab kebakaran tersebut menewaskan anak-anak yang tidak berdosa," ungkap Mya Aye, anggota kelompok Mahasiswa pro-demokrasi Generasi 88.
Seperti diketahui, awal Maret lalu bentrokan antara umat Budha dan Muslim tidak terbendung di Meikhtila, yang terletak 540 km sebelah utara Yangon. Menurut PBB, bentrok yang bergulir selama beberapa pekan itu telah menewaskan 43 orang dan menghancurkan 1.300 rumah dan sejumlah bangunan lainnya.
Bentrok tersebut dipicu perselisihan antara beberapa umat Budha dengan seorang Muslim pemilik toko emas. “Perselisihan itu meningkat menjadi kerusuhan yang melibatkan ratusan orang,” kata polisi Myanmar.
Pihak asrama mengatakan, api mulai membakar asrama murid laki-laki pada pukul 2.40 pagi. Saat itu juga pengurus asrama langsung berupaya memadamkan api dan meminta bantuan petugas pemadam kebakaran. Setelah api berhasil dipadamkan, ditemukan 13 jasad murid laki-laki yang kemungkinan mati lemas karena menghirup asap.
"Belasan murid meninggal karena mereka tidak dapat melompat keluar dari jendela. Sebab, jendela tersebut dilapisi teralis besi," ungkap Ye Naung Thein, warga yang mengamati proses pemadaman kebakaran.
Sebuah sumber mengatakan, kebakaran dipicu oleh panas yang dihasilkan oleh generator yang terpasang di dalam masjid. Namun, petugas pemadam kebakaran mengaku belum mengetahui asal-usul kebakaran.
"Kobaran api berhasil dipadamkan pagi ini juga. Tapi, kami tidak tahu apa penyebab kebakaran ini," ungkap Myint Aung, seorang petugas pemadam kebakaran, seperti dilansir Reuters.
Saat proses pemadaman terjadi, sejumlah polisi anti huru hara mengepung pesantren tersebut. Di luar perantren kerumunan orang yang antusias melihat upaya pemadaman api. Tapi, banyak warga muslim curiga, kebakaran tersebut bukan kecelakaan, melainkan sengaja dilakukan oleh oknum tertentu.
"Kami sangat khwatir dan sedih, sebab kebakaran tersebut menewaskan anak-anak yang tidak berdosa," ungkap Mya Aye, anggota kelompok Mahasiswa pro-demokrasi Generasi 88.
Seperti diketahui, awal Maret lalu bentrokan antara umat Budha dan Muslim tidak terbendung di Meikhtila, yang terletak 540 km sebelah utara Yangon. Menurut PBB, bentrok yang bergulir selama beberapa pekan itu telah menewaskan 43 orang dan menghancurkan 1.300 rumah dan sejumlah bangunan lainnya.
Bentrok tersebut dipicu perselisihan antara beberapa umat Budha dengan seorang Muslim pemilik toko emas. “Perselisihan itu meningkat menjadi kerusuhan yang melibatkan ratusan orang,” kata polisi Myanmar.
(esn)