Indonesia & Jepang galang kerja sama konkrit bagi Palestina
A
A
A
Sindonews.com - Sebagai salah satu bentuk nyata dukungan Indonesia bagi perjuangan bangsa Palestina, hari ini di Tokyo, Jepang, Menlu RI Marty Natalegawa telah menghadiri Konferensi Negara-Negara Asia Timur bagi Pembangunan Palestina (CEAPAD).
Konferensi CEAPAD dimaksudkan untuk memperluas kerja sama di antara negara-negara di Asia dalam rangka meningkatkan pembangunan ekonomi dan sosial di Palestina dan melengkapi inisiatif kerja sama Triangular Indonesia-Jepang-Palestina.
Konferensi dihadiri pula oleh Perdana Menteri Palestina, Y.M. Salam Fayyad, yang bertindak sebagai co-host bersama Menlu Jepang, Y.M. Fumio Kishida. Konferensi menghasilkan Joint Statement yang meletakkan kerangka bagi pelaksanaan kerjasama konkrit ke depan.
Pada Konferensi tersebut, Menlu RI Marty Natalegawa menekankan pentingnya negara peserta Konferensi CEAPAD untuk memusatkan perhatian pada empat hal utama, agar bantuan pembangunan kepada Palestina dapat lebih efektif.
Pertama, bantuan yang diberikan harus benar-benar didasarkan pada kebutuhan nyata dan “national ownership” Palestina. Kedua, bantuan yang diberikan negara-negara Asia Timur adalah area keunggulan (expertise) dari pihak pemberi bantuan. Ketiga, adanya koordinasi yang baik antara berbagai program yang diberikan. Dan keempat pelaksanaan program harus berkesinambungan.
Menlu Marty juga menekankan kembali apa yang disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada saat menghadiri KTT OKI di Kairo, Mesir, Januari lalu, bahwa dukungan masyarakat internasional bagi rakyat Palestina harus lebih dari sekedar pernyataan simpati melainkan dalam bentuk bantuan konkrit.
Dalam hal ini, dalam 4 tahun terakhir ini, Indonesia telah memfasilitasi 101 program pelatihan bagi 842 warga Palestina, dengan target untuk melatih tidak kurang dari 1.000 warga Palestina hingga 2013 ini. Indonesia juga membantu pembangunan pusat perawatan kardiologi di RS Al Shifa di Gaza.
Dalam konferensi CEAPAD tersebut, Menlu Marty juga menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk melanjutkan pemberian bantuan peningkatan kapasitas kepada Palestina. Sebagaimana ditekankan Presiden SBY pada saat KTT OKI, jadi hal yang mendesak untuk mewujudkan dukungan terhadap Palestina secara nyata, yaitu dalam bentuk dukungan pengembangan kapasitas.
Marty juga menggarisbawahi kesulitan keuangan yang dihadapi Otoritas Palestina akibat tindakan Israel. “Penahanan penerimaan pajak Palestina oleh Israel mengakibatkan terjadinya krisis keuangan dan juga menghambat Otoritas Palestina dalam memberikan pelayanan-pelayanan sosial yang vital. Oleh karena itu, Indonesia dalam kerangka OKI telah mengusulkan adanya modalitas safety net untuk mengatasi krisis keuangan Palestina”, ujar Marty.
Marty juga menegaskan pentingnya untuk melibatkan sektor swasta, termasuk yayasan dan philanthropists. “Kita perlu melibatkan seluruh aktor yang dapat menghasilkan sumber daya, membantu memperbaiki kondisi kehidupan penduduk Palestina, serta juga meningkatkan perdamaian,” lanjut Menlu Marty.
Konferensi CEAPAD dimaksudkan untuk memperluas kerja sama di antara negara-negara di Asia dalam rangka meningkatkan pembangunan ekonomi dan sosial di Palestina dan melengkapi inisiatif kerja sama Triangular Indonesia-Jepang-Palestina.
Konferensi dihadiri pula oleh Perdana Menteri Palestina, Y.M. Salam Fayyad, yang bertindak sebagai co-host bersama Menlu Jepang, Y.M. Fumio Kishida. Konferensi menghasilkan Joint Statement yang meletakkan kerangka bagi pelaksanaan kerjasama konkrit ke depan.
Pada Konferensi tersebut, Menlu RI Marty Natalegawa menekankan pentingnya negara peserta Konferensi CEAPAD untuk memusatkan perhatian pada empat hal utama, agar bantuan pembangunan kepada Palestina dapat lebih efektif.
Pertama, bantuan yang diberikan harus benar-benar didasarkan pada kebutuhan nyata dan “national ownership” Palestina. Kedua, bantuan yang diberikan negara-negara Asia Timur adalah area keunggulan (expertise) dari pihak pemberi bantuan. Ketiga, adanya koordinasi yang baik antara berbagai program yang diberikan. Dan keempat pelaksanaan program harus berkesinambungan.
Menlu Marty juga menekankan kembali apa yang disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada saat menghadiri KTT OKI di Kairo, Mesir, Januari lalu, bahwa dukungan masyarakat internasional bagi rakyat Palestina harus lebih dari sekedar pernyataan simpati melainkan dalam bentuk bantuan konkrit.
Dalam hal ini, dalam 4 tahun terakhir ini, Indonesia telah memfasilitasi 101 program pelatihan bagi 842 warga Palestina, dengan target untuk melatih tidak kurang dari 1.000 warga Palestina hingga 2013 ini. Indonesia juga membantu pembangunan pusat perawatan kardiologi di RS Al Shifa di Gaza.
Dalam konferensi CEAPAD tersebut, Menlu Marty juga menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk melanjutkan pemberian bantuan peningkatan kapasitas kepada Palestina. Sebagaimana ditekankan Presiden SBY pada saat KTT OKI, jadi hal yang mendesak untuk mewujudkan dukungan terhadap Palestina secara nyata, yaitu dalam bentuk dukungan pengembangan kapasitas.
Marty juga menggarisbawahi kesulitan keuangan yang dihadapi Otoritas Palestina akibat tindakan Israel. “Penahanan penerimaan pajak Palestina oleh Israel mengakibatkan terjadinya krisis keuangan dan juga menghambat Otoritas Palestina dalam memberikan pelayanan-pelayanan sosial yang vital. Oleh karena itu, Indonesia dalam kerangka OKI telah mengusulkan adanya modalitas safety net untuk mengatasi krisis keuangan Palestina”, ujar Marty.
Marty juga menegaskan pentingnya untuk melibatkan sektor swasta, termasuk yayasan dan philanthropists. “Kita perlu melibatkan seluruh aktor yang dapat menghasilkan sumber daya, membantu memperbaiki kondisi kehidupan penduduk Palestina, serta juga meningkatkan perdamaian,” lanjut Menlu Marty.
(esn)