Mesir terancam hancur

Rabu, 30 Januari 2013 - 19:52 WIB
Mesir terancam hancur
Mesir terancam hancur
A A A
Sindonews.com - Menteri Pertahanan Mesir Jenderal Abdel Fattah al-Sissi memperingatkan bahwa krisis politik yang menggoyang Mesir saat ini bakal memicu kehancuran negara tersebut.

Sissi memaparkan kekhawatirannya tersebut pada akun Facebook-nya, kemarin. ”Kegagalan menyelesaikan situasi dapat memicu akibat buruk jika kekuatan politik tidak bertindak untuk menanganinya,” kata Sissi dikutip AFP.

Menurut Sissi, jika konflik terus berlanjut di antara kekuatan politik dan perbedaan mereka dalam hal pengelolaan negara ini terus berlangsung, bakal memicu kehancuran negara dan mengancam generasi mendatang.

Komentar Sissi tersebut sebenarnya merupakan rangkuman pidatonya di depan para taruna di akademi militer. Sissi yang juga menjabat Panglima Militer Mesir memperingatkan bahwa permasalahan politik, ekonomi, sosial dan keamanan yang dihadapi Mesir merupakan ancaman terhadap stabilitas dan keamanan negara.

Saat ini militer Mesir menugaskan sejumlah pasukan untuk mengamankan sejumlah kota yang diguncang ke-kerasan. Salah satu fokus utamanya berada di Port Said dan Suez. Langkah ini dilakukan untuk melindungi kepentingan strategis negara di garis utama perbatasan Terusan Suez.

”Militer tetap solid untuk mengamankan wilayah-wilayah yang rusuh. Militer milik semua rakyat Mesir tanpa memperhitungkan faksi atau afiliasi politik,”paparnya.

Sissi juga menegaskan bahwa tugas militer sangat sulit. ”Di satu sisi, kita tidak boleh konfrontasi langsung dengan rakyat Mesir yang memiliki hak untuk berdemonstrasi. Tapi, di sisi lain kita memilih tugas untuk melindungi institusi vital,” katanya.

Dia pun meminta aksi demonstrasi dilaksanakan dengan damai. Kota-kota di sekitar Terusan Suez sempat memanas setelah pemberlakuan jam malam dan kondisi darurat oleh Presiden Mesir Muhammad Mursi.Para demonstran menyerang beberapa kantor polisi sepanjang Terusan Suez.

Bahkan, kerusuhan terbaru di sejumlah kota sepanjang Terusan Suez telah menewaskan dua orang. Serangkaian aksi kekerasan di Negeri Piramida itu telah menewaskan sedikitnya 52 orang. Mursi mengundang para kubu oposisi untuk menggelar dialog nasional dengan kubu Islam pada Senin (28/1) lalu. Namun, undangan Mursi itu hanya dianggap sebagai “kosmetik” semata oleh kubu oposisi.

Hanya Ayman Nour,politisi liberal yang ikut menghadiri pertemuan tersebut. Nour menjelaskan, Mursi berjanji mempertimbangkan perubahan konstitusi seperti yang diminta oposisi. Tapi,Mursi menolak permintaan pembentukan pemerintahan nasional seperti yang diinginkan oposisi.

Sebelumnya Mursi mengumumkan kondisi darurat pada Minggu (27/1) waktu setempat. “Melindungi bangsa merupakan tanggung jawab semua orang.Kami akan menghadapi berbagai ancaman keamanan dengan militer dan tidak bakal memberi toleransi terhadap pelanggaran hukum,” kata Mursi.

Front Penyelamat Nasional (NSF), koalisi utama oposisi yang terdiri atas kubu liberal dan gerakan kiri,menyerukan demonstrasi di seluruh Mesir pada Jumat (1/2) mendatang. “Kami tidak akan berpartisipasi dalam dialog karena isinya kosong,”kata Mohamed El- Baradei,pemimpin NSF. Beberapa aktivis menyatakan, langkah Mursi yang berusaha mengatasi kekerasan justru bakal menjadi serangan balik.

Oposisi menuding Mursi memberlakukan bentuk baru pemerintahan otoriter dan memicu gelombang kerusuhan di berbagai kota di Mesir. Ketidakstabilan Mesir membuat kekhawatiran negara- negara Barat.Amerika Serikat (AS) mengutuk kerusuhan berdarah dan meminta pemimpin Mesir untuk memastikan bahwa kekerasan tidak boleh dilakukan
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5410 seconds (0.1#10.140)