Lima sandera masih hilang di Aljazair

Kamis, 24 Januari 2013 - 17:52 WIB
Lima sandera masih hilang...
Lima sandera masih hilang di Aljazair
A A A
Sindonews.com - Pemerintah Aljazair masih mencari lima warga negara asing yang dikabarkan hilang sejak penyanderaan. Otoritas juga sedang mengidentifikasi lima jenazah korban tragedi itu.

”Masih belum ada berita mengenai lima warga asing yang hilang,” ujar sumber pemerintahan Aljazair kepada AFP. Pejabat itu menjelaskan fasilitas tambang gas itu sangat besar sehingga proses pencarian jenazah memerlukan waktu.

Perdana Menteri (PM) Aljazair Abdelmalek Sellal tidak menjelaskan secara spesifik kewarganegaraan korban yang masih hilang.

Sebanyak 37 warga negara asing dari delapan negara tewas dalam tragedi penyanderaan mengerikan itu. Para penyandera menginginkan pertukaran antara sandera dan para gerilyawan yang ditahan serta diakhirinya intervensi militer Prancis di Mali.

Sebuah pesawat yang mengangkut para pakar dari Norwegia tiba di Aljazair Selasa (22/1) lalu. Mereka membantu identifikasi para korban asal Norwegia yang belum ada kejelasan hingga saat ini.

Di kamar jenazah rumah sakit di dekat kompleks tambang itu hanya terdapat 29 jenazah penculik dan tiga penculik lainnya ditangkap saat militer menyerbu ke fasilitas itu. Pejabat keamanan menegaskan ada beberapa penculik yang ditangkap dalam kondisi hidup yakni dua warga Aljazair dan satu warga Tunisia.

Seorang sumber yang dekat dengan kelompok gerilyawan mengungkapkan para penculik memasuki Aljazair dari Libya.Mereka juga menggunakan senjata dari Libya. ”Dukungan logistik disediakan dari Libya,” ujar sumber itu.

Namun, dia tidak menyebutkan bantuan seperti apa yang diberikan gerilyawan Libya terhadap para pelaku penyanderaan. Pemerintah Aljazair mengklaim pasukan khusus mereka berhasil menyelamatkan sandera yang terdiri atas 685 warga Aljazair dan 107 warga asing.

Sebagian besar diselamatkan saat operasi pembebasan pada Kamis (17/1) lalu. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Malaysia kemarin menyatakan seorang warganya tewas dalam krisis penculikan di Aljazair. Selain itu, satu warga Malaysia juga masih hilang.

Mereka berusaha menerbangkan jenazah pria yang diidentifikasi bernama Chong Chung Ngen kembali ke Malaysia. Menteri Luar Negeri Malaysia Anifah Aman mengeluhkan minimnya informasi dari Pemerintah Aljazair dalam upaya menemukan warganya yang masih hilang yakni Tan Ping Wee.

”Pernyataan resmi dari Pemerintah Aljazair tidak detail mengenai operasi penyelamatan untuk melengkapi daftar sandera yang hilang,” kata Aman.

Dua pekerja Malaysia yang berhasil selamat telah diungsikan ke Algier untuk kembali ke tanah airnya. Sementara satu teman mereka secara sukarela tetap tinggal di Algier untuk membantu mencari informasi keberadaan Tan.

Sementara itu,Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Shunichi Suzuki kemarin tiba di Aljazair dan langsung bertemu Perdana Menteri (PM) Aljazair untuk berkoordinasi mengenai warganya yang tewas dalam penyanderaan tersebut.

Sedikitnya tujuh warga Jepang tewas dalam penyanderaan tersebut. Tiga warga Jepang lainnya masih belum diketahui nasibnya. Menurut Ketua Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga, Suzuki membawa surat dari PM Jepang Shinzo Abe kepada Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika.

”Pemerintah bakal menggunakan cara apapun untuk mendapatkan konfirmasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi terhadap tiga orang yang masih belum diketahui nasibnya,” tutur Suga.

Suga telah meminta Aljazair melakukan investigasi menyeluruh mengenai peristiwa di tambang gas dan bagaimana para sandera tewas. ”Aljazair telah berjanji bekerja sama sedapat mungkin, ”kata Suga.

Pernyataan Suga itu sebagai bentuk kebijakan Pemerintah Jepang yang mengikuti Inggris, Amerika Serikat (AS),dan negara lainnya untuk menggunakan demarche untuk Aljazair. Demarche merupakan langkah diplomatik formal untuk menyampaikan pesan melalui orang dibandingkan menggunakan catatan.

Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Minoru Kiuchi meminta Menlu Aljazair Mourad Medelci agar saat operasi pembebasan para sandera selamat. ”Jepang sangat peduli mengenai tindakan-tindakan untuk menyelamatkan para sandera. Pemerintah Aljazair justru menggunakan operasi penyelamatan militer!” ujar Kiuchi.

Tak ingin tragedi terulang di Aljazair,Tokyo telah mengumumkan penutupan kedutaannya di Mali.Jepang langsung mengevakuasi diplomat dan menyarankan warganya meninggalkan Mali karena alasan keamanan.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7222 seconds (0.1#10.140)