Perundingan gagal, demonstran Syiah tolak penguburan jenazah
A
A
A
Sindonews.com – Pasca ledakan bom yang menewaskan lebih dari 100 orang di di lingkungan Syiah, Ibu Kota Provinsi Quetta, Pakistan, telah menimbulkan gelombang protes kaum Syiah di Pakistan. Sebagian besar korban tewas memang berasal dari kaum Syiah.
Perundingan antara pemerintah Pakistan dan pemimpin Syiah gagal membubarkan aksi protes, Sabtu (12/1/2013). Hingga akhir pekan ini, jumlah pemrotes terus bertambah, dari 2.000 menjadi sekitar 5.000 orang. Mereka menggeluhkan sikap ketidakpedulian sebagian besar politisi Pakistan atas penderitaan kaum Syiah.
"Pembicaraan tersebut tidak menghasilkan sebuah keputusan dan aksi protes akan tetap berlanjut sampai militer mengambil alih kekuasaan dan memecat Pemerintah Provinsi Quetta dan Balochistan," ungkap Qayyum Changazi, ketua Dewan Yakjehti, aliansi nasional yang didominasi kaum Syiah.
Sejumlah pemimpin Syiah Pakistan bersumpah tidak menguburkan jasad korban tewas akibat serangan bom tersebut, sampai pemerintah berjanji untuk melindungi mereka dari gelombang serangan sektarian. Mereka juga berjanji akan terus melancarakan aksi ujuk rasa sampai pemerintah pusat memecat pejabat Provinsi Quetta dan Balochistan, serta memerintahkan militer mengambil alih wilayah tersebut.
Sementara itu, Bushra Gohar, seorang anggota Parlemen Pakistan dari Awami National Party (ANP) mengatakan, ada tiga alasan mengapa pejabat lamban mengatasi serangan pemboman tersebut. "Mereka mendukung, takut, atau tidak perduli sama sekali atas serangan yang dilancarakan oleh gerilyawan," ungkap Gohar seperti diberitakan dalam Reuters Minggu (13/1/2013).
Meski hujan, ribuan pengunjuk rasa tetap setia menjaga jasad korban tewas. Jasad tersebut dikembalikan ke lokasi pemboman dalam keadaan terbungkus plastik. Sejumlah orang membuat api unggun dan menyalakan lilin guna menghangatkan badan. Beberapa pengunjuk rasa yang masih kerabat korban tewas, duduk sambil meratapi jasad tersebut. Tindakan mereka bertentangan dengan tradisi islam yang mewajibkan penguburan jenazah dilakukan secepat mungkin.
Aksi protes dalam jumlah kecil juga digelar di beberapa kota di Pakistan, seperti Lahore, Karachi, dan Ibu Kota Islamabad. Sekitar 200 orang pengunjuk rasa memegang lilin dan sebuah papan yang berisi tuntutan terhadap pemerintah Pakistan untuk mengakhiri serangan terhadap penduduk Syiah Pakistan.
Perundingan antara pemerintah Pakistan dan pemimpin Syiah gagal membubarkan aksi protes, Sabtu (12/1/2013). Hingga akhir pekan ini, jumlah pemrotes terus bertambah, dari 2.000 menjadi sekitar 5.000 orang. Mereka menggeluhkan sikap ketidakpedulian sebagian besar politisi Pakistan atas penderitaan kaum Syiah.
"Pembicaraan tersebut tidak menghasilkan sebuah keputusan dan aksi protes akan tetap berlanjut sampai militer mengambil alih kekuasaan dan memecat Pemerintah Provinsi Quetta dan Balochistan," ungkap Qayyum Changazi, ketua Dewan Yakjehti, aliansi nasional yang didominasi kaum Syiah.
Sejumlah pemimpin Syiah Pakistan bersumpah tidak menguburkan jasad korban tewas akibat serangan bom tersebut, sampai pemerintah berjanji untuk melindungi mereka dari gelombang serangan sektarian. Mereka juga berjanji akan terus melancarakan aksi ujuk rasa sampai pemerintah pusat memecat pejabat Provinsi Quetta dan Balochistan, serta memerintahkan militer mengambil alih wilayah tersebut.
Sementara itu, Bushra Gohar, seorang anggota Parlemen Pakistan dari Awami National Party (ANP) mengatakan, ada tiga alasan mengapa pejabat lamban mengatasi serangan pemboman tersebut. "Mereka mendukung, takut, atau tidak perduli sama sekali atas serangan yang dilancarakan oleh gerilyawan," ungkap Gohar seperti diberitakan dalam Reuters Minggu (13/1/2013).
Meski hujan, ribuan pengunjuk rasa tetap setia menjaga jasad korban tewas. Jasad tersebut dikembalikan ke lokasi pemboman dalam keadaan terbungkus plastik. Sejumlah orang membuat api unggun dan menyalakan lilin guna menghangatkan badan. Beberapa pengunjuk rasa yang masih kerabat korban tewas, duduk sambil meratapi jasad tersebut. Tindakan mereka bertentangan dengan tradisi islam yang mewajibkan penguburan jenazah dilakukan secepat mungkin.
Aksi protes dalam jumlah kecil juga digelar di beberapa kota di Pakistan, seperti Lahore, Karachi, dan Ibu Kota Islamabad. Sekitar 200 orang pengunjuk rasa memegang lilin dan sebuah papan yang berisi tuntutan terhadap pemerintah Pakistan untuk mengakhiri serangan terhadap penduduk Syiah Pakistan.
(esn)