Venezuela tak menentu tanpa Chavez
A
A
A
Sindonews.com – Masa depan Venezuela seperti bakal semakin tidak jelas setelah Hugo Chavez kemarin tidak menghadiri pelantikannya sebagai presiden negara itu.
Skenario terburuk pun bakal dimainkan ketika Venezuela tanpa kehadiran seorang Chavez. Berdasarkan konstitusi Venezuela, jika Chavez meninggal atau pemerintah menjelaskan bahwa dia tidak mampu menjalankan tugas, Ketua Parlemen harus mengambil alih jabatan presiden dan menggelar pemilu dalam kurun waktu 30 hari. Namun, sistem politik ”Chavismo” telah terbangun di Venezuela.
Gelombang emosi pun mendukung Chavez karena karismanya yang sangat kuat. Chavez pun menginginkan Wakil Presiden Nicolas Maduro menggantikannya jika kondisinya semakin memburuk. Apalagi, sesuai konstitusi Venezuela, Maduro memiliki waktu selama enam bulan selama Chavez masih hidup. Jika pemilu bakal dilaksanakan, Chavez bakal menyerukan kepada pendukungnya untuk memilih Maduro sebagai presiden.
Tapi,Ketua Dewan Nasional Diosdado Cabello-lah menjadi kandidat kuat yang bakal memegang kekuasaan di Venezuela. Dia memiliki kedekatan dengan militer dan badan keamanan. Siapa pun yang memegang kendali militer, dia yang bakal menguasai Venezuela. Dengan demikian,pertarungan setelah Chavez adalah antara Maduro dan Cabello.Kedua memiliki dukungan sayap politik yang berbeda pada kubu kiri.
Patrick Duddy, mantan Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Venezuela, mengungkapkan bahwa Maduro seperti Chavez mengenai pandangan anti-AS-nya meski para pengamat memprediksi Maduro agak sedikit lunak dibandingkan Chavez karena Maduro kerap berhubungan dengan Departemen Luar Negeri AS. Kendati demikian, Chavez tetap mendapatkan dukungan kuat dari dalam negeri.
Dukungan Chavez muncul dari Mahkamah Agung (MA) yang mendukung penundaan pelantikan presiden. Dalam sebuah pernyataan di televisi, ketua hakim MA membacakan keputusan bulat yang disepakati oleh panel tujuh hakim yang menangani isu konstitusi. Dia mengatakan ada perbedaan yang jelas di antara tindakan mengambil sumpah dan permulaan sebuah mandat masa jabatan baru.
MA menyatakan bahwa sumpah jabatan adalah formalitas yang penting, tetapi tidak diperlukan untuk memulai masa jabatan baru.Ketua Hakim MA Luisa Morales menegaskan bahwa upacara sumpah jabatan tanpa diragukan akan terjadi. ”Saat ini kami tidak dapat mengatakan kapan, bagaimana, dan di mana Presiden bakal dilantik,” ujar Morales, dikutip BBC.
Morales mengatakan tidak masuk akal untuk menyatakan perawatan Chavez di Kuba sebagai abstain yang tidak sah. Dia mengatakan bahwa sumpah jabatan bisa dilakukan di kemudian hari sebagaimana yang dimuat dalam konstitusi. Dengan absennya Chavez pada pelantikan, Wakil Presiden Venezuela Nicolas Maduro memimpin pemerintahan secara de facto. Namun, oposisi menyebut hal itu sebagai bentuk pelanggaran konstitusi.
Oposisi menyebut Maduro harus mengundurkan diri kemarin ketika masa pemerintahan telah berakhir. Mereka menegaskan Ketua Dewan Nasional Diosdado Cabello seharusnya mengambil alih pemerintahan dan menyiapkan pemilu dalam kurun waktu 30 hari. Pemimpin oposisi Henrique Capriles mengungkapkan,MA telah dipolitisasi sejak pemerintahan sosialis berkuasa. ”Pengadilan memberikan interpretasi terhadap konstitusi untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi pemerintah,” kata Capriles.
Selain itu, para pemimpin Amerika Latin juga kemarin menggelar kunjungan ke Caracas sebagai bentuk penghormatan kepada Chavez, 58. Presiden Uruguay Jose Mujica kemarin tiba di Venezuela.”Kami menawarkan segala dukungan untuk menyelesaikan ketegangan demi masa depan rakyat Venezuela," kata Mujica.
Selain Mujica, Presiden Bolivia Evo Morales, Presiden Nikarugua Daniel Ortega,Perdana Menteri Haiti Laurent Lamoth, Menteri Luar Negeri Argentina Hector Timerman,dan Menlu Ekuador Ricardo Patino juga dijadwalkan hadir untuk memberikan dukungan ke Chavez. Di Ekuador, Presiden Rafael Correa mengatakan ketidakhadiran pemimpin Venezuela bakal menjadi ”tekanan” bagi Amerika Latin.
Skenario terburuk pun bakal dimainkan ketika Venezuela tanpa kehadiran seorang Chavez. Berdasarkan konstitusi Venezuela, jika Chavez meninggal atau pemerintah menjelaskan bahwa dia tidak mampu menjalankan tugas, Ketua Parlemen harus mengambil alih jabatan presiden dan menggelar pemilu dalam kurun waktu 30 hari. Namun, sistem politik ”Chavismo” telah terbangun di Venezuela.
Gelombang emosi pun mendukung Chavez karena karismanya yang sangat kuat. Chavez pun menginginkan Wakil Presiden Nicolas Maduro menggantikannya jika kondisinya semakin memburuk. Apalagi, sesuai konstitusi Venezuela, Maduro memiliki waktu selama enam bulan selama Chavez masih hidup. Jika pemilu bakal dilaksanakan, Chavez bakal menyerukan kepada pendukungnya untuk memilih Maduro sebagai presiden.
Tapi,Ketua Dewan Nasional Diosdado Cabello-lah menjadi kandidat kuat yang bakal memegang kekuasaan di Venezuela. Dia memiliki kedekatan dengan militer dan badan keamanan. Siapa pun yang memegang kendali militer, dia yang bakal menguasai Venezuela. Dengan demikian,pertarungan setelah Chavez adalah antara Maduro dan Cabello.Kedua memiliki dukungan sayap politik yang berbeda pada kubu kiri.
Patrick Duddy, mantan Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Venezuela, mengungkapkan bahwa Maduro seperti Chavez mengenai pandangan anti-AS-nya meski para pengamat memprediksi Maduro agak sedikit lunak dibandingkan Chavez karena Maduro kerap berhubungan dengan Departemen Luar Negeri AS. Kendati demikian, Chavez tetap mendapatkan dukungan kuat dari dalam negeri.
Dukungan Chavez muncul dari Mahkamah Agung (MA) yang mendukung penundaan pelantikan presiden. Dalam sebuah pernyataan di televisi, ketua hakim MA membacakan keputusan bulat yang disepakati oleh panel tujuh hakim yang menangani isu konstitusi. Dia mengatakan ada perbedaan yang jelas di antara tindakan mengambil sumpah dan permulaan sebuah mandat masa jabatan baru.
MA menyatakan bahwa sumpah jabatan adalah formalitas yang penting, tetapi tidak diperlukan untuk memulai masa jabatan baru.Ketua Hakim MA Luisa Morales menegaskan bahwa upacara sumpah jabatan tanpa diragukan akan terjadi. ”Saat ini kami tidak dapat mengatakan kapan, bagaimana, dan di mana Presiden bakal dilantik,” ujar Morales, dikutip BBC.
Morales mengatakan tidak masuk akal untuk menyatakan perawatan Chavez di Kuba sebagai abstain yang tidak sah. Dia mengatakan bahwa sumpah jabatan bisa dilakukan di kemudian hari sebagaimana yang dimuat dalam konstitusi. Dengan absennya Chavez pada pelantikan, Wakil Presiden Venezuela Nicolas Maduro memimpin pemerintahan secara de facto. Namun, oposisi menyebut hal itu sebagai bentuk pelanggaran konstitusi.
Oposisi menyebut Maduro harus mengundurkan diri kemarin ketika masa pemerintahan telah berakhir. Mereka menegaskan Ketua Dewan Nasional Diosdado Cabello seharusnya mengambil alih pemerintahan dan menyiapkan pemilu dalam kurun waktu 30 hari. Pemimpin oposisi Henrique Capriles mengungkapkan,MA telah dipolitisasi sejak pemerintahan sosialis berkuasa. ”Pengadilan memberikan interpretasi terhadap konstitusi untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi pemerintah,” kata Capriles.
Selain itu, para pemimpin Amerika Latin juga kemarin menggelar kunjungan ke Caracas sebagai bentuk penghormatan kepada Chavez, 58. Presiden Uruguay Jose Mujica kemarin tiba di Venezuela.”Kami menawarkan segala dukungan untuk menyelesaikan ketegangan demi masa depan rakyat Venezuela," kata Mujica.
Selain Mujica, Presiden Bolivia Evo Morales, Presiden Nikarugua Daniel Ortega,Perdana Menteri Haiti Laurent Lamoth, Menteri Luar Negeri Argentina Hector Timerman,dan Menlu Ekuador Ricardo Patino juga dijadwalkan hadir untuk memberikan dukungan ke Chavez. Di Ekuador, Presiden Rafael Correa mengatakan ketidakhadiran pemimpin Venezuela bakal menjadi ”tekanan” bagi Amerika Latin.
(esn)