NATO: Belum ada permintaan intervensi di Mali
A
A
A
Sindonews.com – NATO menyatakan, hingga kini belum ada permintaan atau diskusi tentang aliansi militer untuk membantu pasukan Afrika Barat merebut kembali atas wilayah Mali utara yang dikuasai oleh gerilyawan Islam.
"Belum ada permintaan atau diskusi tentang peran yang mungkin untuk NATO di Mali," kata seorang pejabat NATO yang tidak bersedia disebutkan namanya, Rabu (9/1/2013), seperti dikutip dari Reuters.
Satu hari sebelumnya, Kepala Uni Afrika, Presiden Benin Boni Yayi Thomas mengatakan, NATO harus memainkan peran dan kekuatan di Afrika, seperti yang dilakukan NATO di Afghanistan.
"Saya berpikir, bahwa NATO harus menambahkan kekuatan, agar upaya kami ini bisa menjadi misi internasional," ujar Yayi.
"NATO tidak terlibat dalam krisis ini, tetapi situasi di Mali utara tentu saja menimbulkan keprihatinan yang mendalam bagi kita semua. Ini mengancam keamanan dan stabilitas negara, wilayah, dan seterusnya," kata pejabat NATO.
NATO menyambut resolusi PBB tahun lalu di Mali dan keputusan Uni Eropa untuk merencanakan operasi pelatihan militer bagi pasukan bersenjata Mali. "Kami berharap, bahwa upaya masyarakat internasional akan membantu memulihkan aturan hukum di Mali," tambah pejabat itu.
Mali yang terletak di Afrika Barat, telah bergejolak sejak dua tahun lalu, ketika pemberontak Tuareg merebut kota-kota di utara dan timur negara itu. Hal ini memicu kekhawatiran, bahwa kaum pemberontak bisa menggoyahkan seluruh wilayah.
"Belum ada permintaan atau diskusi tentang peran yang mungkin untuk NATO di Mali," kata seorang pejabat NATO yang tidak bersedia disebutkan namanya, Rabu (9/1/2013), seperti dikutip dari Reuters.
Satu hari sebelumnya, Kepala Uni Afrika, Presiden Benin Boni Yayi Thomas mengatakan, NATO harus memainkan peran dan kekuatan di Afrika, seperti yang dilakukan NATO di Afghanistan.
"Saya berpikir, bahwa NATO harus menambahkan kekuatan, agar upaya kami ini bisa menjadi misi internasional," ujar Yayi.
"NATO tidak terlibat dalam krisis ini, tetapi situasi di Mali utara tentu saja menimbulkan keprihatinan yang mendalam bagi kita semua. Ini mengancam keamanan dan stabilitas negara, wilayah, dan seterusnya," kata pejabat NATO.
NATO menyambut resolusi PBB tahun lalu di Mali dan keputusan Uni Eropa untuk merencanakan operasi pelatihan militer bagi pasukan bersenjata Mali. "Kami berharap, bahwa upaya masyarakat internasional akan membantu memulihkan aturan hukum di Mali," tambah pejabat itu.
Mali yang terletak di Afrika Barat, telah bergejolak sejak dua tahun lalu, ketika pemberontak Tuareg merebut kota-kota di utara dan timur negara itu. Hal ini memicu kekhawatiran, bahwa kaum pemberontak bisa menggoyahkan seluruh wilayah.
(esn)