Kim jong un adalah keturunan pengkhianat
A
A
A
Sindonews.com – Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un diklaim sebagai seorang keturunan pengkhianat. Pasalnya, sang kakek dari keluarga ibunya, Ko Gyon-tek, bekerja untuk Jepang. Klaim itu berdasarkan penemuan sebuah dokumen yang berhasil ditemukani di Tokyo.
Seorang peneliti sekaligus aktivis Hak Asasi Manusia Jepang, Ken Kato mengatakan, Ko Gyon-tek adalah seorang pembuat seragam untuk tentara Jepang di pabrik Hirota, di Kota Osaka, Jepang. Nah, berdasarkan hukum Korut, ia bisa dikatakan sebagai seorang pengkhianat.
"Saya menemukan sebuah dokumen milik kementerian pertahanan di Tokyo. Dalam dokumen tersebut disebutkan, kakek Kim Jong Un bekerja di pabrik jahit Hirota. Pabrik jahit tersebut dijalankan oleh Kementerian atau pihak militer Jepang saat masa perang,"papar Kato seperti diberitakan dalam ABCnet.au, Jumat (11/5/2012).
ABCnews telah mendapatkan salinan dari dokumen yang telah ditemukan oleh Kato. Dokumen ini menjadi sebuah dokumen yang membuktikan tentang sejarah Korut yang dibangun di atas mitos.
"Saya hanya ingin, Kim Jon Un sadar,ia bukanlah bagian dari rakyat kelas atas Korut. Ia berasal dari golongan rendah, kelas yang dimusuhi," tutur Kato. "Jadi, dia harus segera membubarkan kamp-kamp penjara yang memang disediakan khusus bagi musuh negara, dan membebaskan rekan-rekanya," tutur Kato
Berdasarkan hukum yang dibuat oleh kakeknya, Kim Jong Un masih memiliki darah pengkhianat karena ia adalah keturunan pertama. Tapi bukannya dicap sebagai pengkhianat, ia malah diangkat menjadi komandan tertinggi yang memegang kontrol penuh atas Korut.
Sementara itu, dalam sejarah Orwellian Korut, keturunan darah pengkhianat dapat membersihkan diri. Berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan pada 1972, mendiang pemimpin Korut Kim Il Sung, telah mengesahkan sebuah undang-undang. Isinya berbunyi, ’’Siapapun mereka yang telah menjadi musuh negara, status sosial mereka sebagai keturunan pengkhianat dapat dihapuskan setelah keturunan ketiga."
Nah, seseorang di Korut sudah bisa disebut sebagai musuh negara bila memiliki keluarga yang bekerjasama dengan penjajah Jepang atau membantu pihak kapitalis dari Selatan pada saat perang.
Bila menilik sejarah, selama ini, puluhan ribu orang warga Korut dikirim ke Gulag atas kesalahan yang dilakukan oleh nenek moyang mereka. Banyak di antara mereka yang meninggal saat berada di penjara. Gulag adalah sebuah kamp kerja paksa di Korut.
"Bekerjasama dengan Jepang dapat digolongkan sebagai musuh, kelas rendahan di Korut. Dalam banyak kasus mereka dicap sebagai pengkhianat dan dikirim ke kamp-kamp penjara politik (Gulag). Banyak di antara mereka yang berakhir dengan meninggal.’’
Ko Gyon-tek berhasil melarikan diri dari Gulag, ia mulai menjalani kehidupan baru. Di Jepang itulah, istri Ko Gyon-tek melahirkan Ko Young-hee. Ia kemudian tumbuh besar kemudian menjadi penari di Korut. Dia menjadi penari favorit Kim Jong il dan menterinya. Setelah istri pertama Kim Jong il meninggal, ia menikahi Ko Young-hee dan memiliki tiga orang anak. Salah satunya adalah Kim Jong Un.
Seorang peneliti sekaligus aktivis Hak Asasi Manusia Jepang, Ken Kato mengatakan, Ko Gyon-tek adalah seorang pembuat seragam untuk tentara Jepang di pabrik Hirota, di Kota Osaka, Jepang. Nah, berdasarkan hukum Korut, ia bisa dikatakan sebagai seorang pengkhianat.
"Saya menemukan sebuah dokumen milik kementerian pertahanan di Tokyo. Dalam dokumen tersebut disebutkan, kakek Kim Jong Un bekerja di pabrik jahit Hirota. Pabrik jahit tersebut dijalankan oleh Kementerian atau pihak militer Jepang saat masa perang,"papar Kato seperti diberitakan dalam ABCnet.au, Jumat (11/5/2012).
ABCnews telah mendapatkan salinan dari dokumen yang telah ditemukan oleh Kato. Dokumen ini menjadi sebuah dokumen yang membuktikan tentang sejarah Korut yang dibangun di atas mitos.
"Saya hanya ingin, Kim Jon Un sadar,ia bukanlah bagian dari rakyat kelas atas Korut. Ia berasal dari golongan rendah, kelas yang dimusuhi," tutur Kato. "Jadi, dia harus segera membubarkan kamp-kamp penjara yang memang disediakan khusus bagi musuh negara, dan membebaskan rekan-rekanya," tutur Kato
Berdasarkan hukum yang dibuat oleh kakeknya, Kim Jong Un masih memiliki darah pengkhianat karena ia adalah keturunan pertama. Tapi bukannya dicap sebagai pengkhianat, ia malah diangkat menjadi komandan tertinggi yang memegang kontrol penuh atas Korut.
Sementara itu, dalam sejarah Orwellian Korut, keturunan darah pengkhianat dapat membersihkan diri. Berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan pada 1972, mendiang pemimpin Korut Kim Il Sung, telah mengesahkan sebuah undang-undang. Isinya berbunyi, ’’Siapapun mereka yang telah menjadi musuh negara, status sosial mereka sebagai keturunan pengkhianat dapat dihapuskan setelah keturunan ketiga."
Nah, seseorang di Korut sudah bisa disebut sebagai musuh negara bila memiliki keluarga yang bekerjasama dengan penjajah Jepang atau membantu pihak kapitalis dari Selatan pada saat perang.
Bila menilik sejarah, selama ini, puluhan ribu orang warga Korut dikirim ke Gulag atas kesalahan yang dilakukan oleh nenek moyang mereka. Banyak di antara mereka yang meninggal saat berada di penjara. Gulag adalah sebuah kamp kerja paksa di Korut.
"Bekerjasama dengan Jepang dapat digolongkan sebagai musuh, kelas rendahan di Korut. Dalam banyak kasus mereka dicap sebagai pengkhianat dan dikirim ke kamp-kamp penjara politik (Gulag). Banyak di antara mereka yang berakhir dengan meninggal.’’
Ko Gyon-tek berhasil melarikan diri dari Gulag, ia mulai menjalani kehidupan baru. Di Jepang itulah, istri Ko Gyon-tek melahirkan Ko Young-hee. Ia kemudian tumbuh besar kemudian menjadi penari di Korut. Dia menjadi penari favorit Kim Jong il dan menterinya. Setelah istri pertama Kim Jong il meninggal, ia menikahi Ko Young-hee dan memiliki tiga orang anak. Salah satunya adalah Kim Jong Un.
()