10 Negara yang Berisiko Jadi Bom Waktu Demografis
A
A
A
FENOMENA kependudukan di dunia menunjukkan tren banyak negara mengalami penurunan angka kelahiran dan meningkatnya harapan hidup. Banyaknya penduduk berusia tua menyebabkan pengeluaran perawatan kesehatan dan uang pensiun menjadi lebih besar.
Di sisi lain jumlah orang bekerja dan membayar pajak terus menurun. Akibatnya, negara-negara ini berisiko menjadi "bom waktu demografis," krisis yang ditandai sedikitnya orang yang bekerja.
1. China
Tingkat kesuburan penduduk di China terus menurun meskipun ada keputusan pemerintah pada 2016 mengizinkan keluarga memiliki dua anak, bukan satu anak (kebijakan sejak 1979), sehingga pemerintah mendorong lebih banyak angka kelahiran. Beberapa provinsi ingin membayar bonus uang tunai kepada orang tua yang memiliki anak kedua, dan lainnya menyarankan menghilangkan batasan melahirkan sama sekali.
Sementara itu Komisi Kesehatan Nasional dilaporkan telah meminta para peneliti mempelajari apakah keringanan pajak dapat membantu memicu ledakan bayi. Sekitar 25% populasi China diperkirakan berusia 60 tahun atau lebih pada 2030, naik signifikan dibandingkan sekitar 13% penduduk yang menjadi bagian dari kelompok usia itu tahun 2010.
2. Singapura
Tingkat kesuburan Singapura 0,83 adalah yang terendah di dunia. Laporan United Overseas Bank 2017 yang berbasis di Singapura menunjukkan bahwa negara ini berada di jalur sama dengan Jepang. Pada 2017, untuk pertama kalinya dalam sejarah Singapura modern, persentase orang yang berusia 65 tahun atau lebih adalah sama dengan bagian penduduk yang berusia di bawah 15 tahun.
Meskipun tenaga kerja Singapura menua dan proporsi kaum muda menurun, laporan itu menunjukkan bahwa penurunan ekonomi Singapura mungkin masih dapat dibalik. Laporan ini merekomendasikan agar pemerintah Singapura merekrut lebih banyak pekerja imigran - sesuatu yang tidak difokuskan Jepang.
3. Inggris
The Times melaporkan tingkat kelahiran di Inggris telah jatuh ke level terendah dalam belasan tahun. Pada saat yang sama, jumlah penduduk Inggris usia 65 atau lebih tua meningkat karena perawatan kesehatan lebih baik dan standar hidup lebih tinggi. Referendum Inggris untuk keluar dari Uni Eropa telah menyebabkan penurunan jumlah imigran, umumnya berusia muda dan mengarah ke populasi semakin tua.
Menurut The Guardian, jumlah orang lanjut usia tanpa perawatan sosial mengalami kenaikan. Sekitar 1,4 juta penduduk berusia di atas 65 tahun tidak menerima bantuan untuk bangun atau mandi.
4. Jepang
Para peneliti khawatir tentang bom waktu demografis di Jepang, di mana jumlah kelahiran terendah pernah tercatat di negara ini tahun 2017. Pemerintah Perdana Menteri Shinzo Abe telah mengambil langkah-langkah mendorong perempuan Jepang untuk memiliki anak.
Menurut CNN, para pejabat telah menawarkan pembayaran tunai dan insentif lainnya. Tingkat kesuburan negara ini telah naik sedikit, paling baru mencapai 1,44 yang sebanding dengan tahun 1990-an. Tidak seperti negara lain dengan tingkat kesuburan sama rendahnya, di Jepang belum terlihat gelombang imigran signifikan.
Jumlah pekerja yang rendah di negara ini mengurangi jumlah uang pajak yang digunakan untuk layanan pensiun dan perawatan kesehatan bagi penduduk lanjut usia, yang jumlahnya semakin bertambah. Beberapa wilayah I Jepang sudah menunjukkan tanda-tanda bom waktu demografis, populasi semakin menipis dengan penduduk lanjut usia besar.
5. Korea Selatan
Tingkat kesuburan di Korea Selatan pada 2018 tercatat 1,26 anak per wanita – angka yang dinilai terlalu rendah untuk mempertahankan populasi yang stabil. Karena itu Pemerintah Korea Selatan telah menawarkan insentif tunai kepada orang-orang yang memiliki lebih dari satu anak.
Di tengah menurunnya tingkat kesuburan, beberapa warga mengatakan mereka tidak memiliki anak karena kurangnya stabilitas keuangan. Baik pemerintah dan beberapa perusahaan swasta memberikan insentif bagi para ayah mengambil cuti dalam upaya membalikkan efek potensi bom waktu demografis.
Para ahli demografi mengatakan rendahnya tingkat kesuburan Korea Selatan dipicu wanita yang memiliki anak di usia semakin tua (rata-rata wanita yang memiliki anak pertama berusia lebih dari 31 tahun).
6. Latvia
Sejak Latvia bergabung dengan Uni Eropa pada 2004, hampir 20% dari populasi negara tersebut telah pergi mencari pekerjaan di negara lain seperti Jerman dan Inggris. Populasi Latvia, yang dilaporkan hampir 2 juta tahun 2017, diperkirakan turun menjadi 1,52 juta pada 2050.Latvia adalah satu dari 10 negara dengan populasi menyusut tercepat di dunia. Selain Latvia dan Bulgaria, populasi sejumlah negara Eropa Timur seperti Ukraina, Kroasia, Rumania, Moldova, Lithuania, Polandia, Serbia, dan Hongaria diperkirakan turun 15% pada 2050.
7. Bulgaria
Bloomberg melaporkan, populasi Bulgaria, anggota termiskin Uni Eropa, akan segera menjadi terrendah setelah Perang Dunia II. Populasi Bulgaria menyusut lebih cepat daripada negara lain di dunia; diperkirakan akan mencapai hanya 5,4 juta pada 2050, turun dari 7 juta di tahun 2017. Selain itu, negara ini telah melihat peningkatan dalam emigrasi karena warga negara mencari peluang kerja di tempat lain. Tingkat kesuburan Bulgaria hanya 1,46 anak per wanita.
8. Italia
Sebanyak 464.000 anak-anak dengan rekor terendah lahir di Italia tahun 2017, dan usia rata-rata warga negara tersebut telah melampaui 45 tahun untuk pertama kalinya. Jumlah imigran ke Italia meningkat tahun 2017 dan jumlah orang Italia yang meninggalkan negara itu menurun.
Tetapi tidak ada tren yang membalikkan jalur Italia menuju bom waktu demografis. Banyak orang Italia ingin memiliki dua anak atau lebih, namun karena sulitnya lapangan pekerjaan menjadi faktor utama batalnya niatan memiliki lebih banyak anak tersebut karena hal itu terkait dengan masa depan anak-anaknya.
9. Spanyol
Jumlah kematian di Spanyol telah melampaui jumlah kelahiran selama bertahun-tahun. Wanita Spanyol cenderung melahirkan di kemudian hari daripada kebanyakan wanita negara Eropa lain dan orang Spanyol juga hidup lebih lama daripada orang lain di Uni Eropa.
Rata-rata, wanita di Spanyol memiliki 1,5 anak. Meskipun populasi Spanyol meningkat pada 2017 untuk tahun kedua berturut-turut, perubahan itu sebagian disebabkan oleh kenaikan kedatangan migran.
Di wilayah Aragon, timur laut Spanyol, satu desa sudah menunjukkan seperti apa bom waktu demografis itu. Satu-satunya penghuni yang tersisa di wilayah itu adalah dua orang berusia 80-an.
10. Amerika Serikat
Tingkat kesuburan di Amerika Serikat turun ke level terendah sepanjang 2017. Harapan hidup rata-rata orang AS adalah 78,7 tahun. Banyak ahli mengatakan resesi ekonomi 2008 dan biaya kuliah tinggi berkontribusi terhadap tren ini.
Namun, menurut survei 2018 di The New York Times, salah satu kekhawatiran orang dewasa memiliki anak adalah karena faktor tingginya biaya pengasuhan anak. Biaya rata-rata pengasuhan anak penuh waktu melebihi USD10.000 per tahun.
Angka kelahiran AS tetap di bawah "tingkat penggantian" sejak 1970-an, yang berarti tidak cukup banyak anak lahir untuk mempertahankan populasi yang stabil. Rasio penduduk pensiunan dengan pekerja juga terus meningkat, meskipun jumlah pekerja imigran juga meningkat.
Sumber: www.businessinsider.com
Di sisi lain jumlah orang bekerja dan membayar pajak terus menurun. Akibatnya, negara-negara ini berisiko menjadi "bom waktu demografis," krisis yang ditandai sedikitnya orang yang bekerja.
1. China
Tingkat kesuburan penduduk di China terus menurun meskipun ada keputusan pemerintah pada 2016 mengizinkan keluarga memiliki dua anak, bukan satu anak (kebijakan sejak 1979), sehingga pemerintah mendorong lebih banyak angka kelahiran. Beberapa provinsi ingin membayar bonus uang tunai kepada orang tua yang memiliki anak kedua, dan lainnya menyarankan menghilangkan batasan melahirkan sama sekali.
Sementara itu Komisi Kesehatan Nasional dilaporkan telah meminta para peneliti mempelajari apakah keringanan pajak dapat membantu memicu ledakan bayi. Sekitar 25% populasi China diperkirakan berusia 60 tahun atau lebih pada 2030, naik signifikan dibandingkan sekitar 13% penduduk yang menjadi bagian dari kelompok usia itu tahun 2010.
2. Singapura
Tingkat kesuburan Singapura 0,83 adalah yang terendah di dunia. Laporan United Overseas Bank 2017 yang berbasis di Singapura menunjukkan bahwa negara ini berada di jalur sama dengan Jepang. Pada 2017, untuk pertama kalinya dalam sejarah Singapura modern, persentase orang yang berusia 65 tahun atau lebih adalah sama dengan bagian penduduk yang berusia di bawah 15 tahun.
Meskipun tenaga kerja Singapura menua dan proporsi kaum muda menurun, laporan itu menunjukkan bahwa penurunan ekonomi Singapura mungkin masih dapat dibalik. Laporan ini merekomendasikan agar pemerintah Singapura merekrut lebih banyak pekerja imigran - sesuatu yang tidak difokuskan Jepang.
3. Inggris
The Times melaporkan tingkat kelahiran di Inggris telah jatuh ke level terendah dalam belasan tahun. Pada saat yang sama, jumlah penduduk Inggris usia 65 atau lebih tua meningkat karena perawatan kesehatan lebih baik dan standar hidup lebih tinggi. Referendum Inggris untuk keluar dari Uni Eropa telah menyebabkan penurunan jumlah imigran, umumnya berusia muda dan mengarah ke populasi semakin tua.
Menurut The Guardian, jumlah orang lanjut usia tanpa perawatan sosial mengalami kenaikan. Sekitar 1,4 juta penduduk berusia di atas 65 tahun tidak menerima bantuan untuk bangun atau mandi.
4. Jepang
Para peneliti khawatir tentang bom waktu demografis di Jepang, di mana jumlah kelahiran terendah pernah tercatat di negara ini tahun 2017. Pemerintah Perdana Menteri Shinzo Abe telah mengambil langkah-langkah mendorong perempuan Jepang untuk memiliki anak.
Menurut CNN, para pejabat telah menawarkan pembayaran tunai dan insentif lainnya. Tingkat kesuburan negara ini telah naik sedikit, paling baru mencapai 1,44 yang sebanding dengan tahun 1990-an. Tidak seperti negara lain dengan tingkat kesuburan sama rendahnya, di Jepang belum terlihat gelombang imigran signifikan.
Jumlah pekerja yang rendah di negara ini mengurangi jumlah uang pajak yang digunakan untuk layanan pensiun dan perawatan kesehatan bagi penduduk lanjut usia, yang jumlahnya semakin bertambah. Beberapa wilayah I Jepang sudah menunjukkan tanda-tanda bom waktu demografis, populasi semakin menipis dengan penduduk lanjut usia besar.
5. Korea Selatan
Tingkat kesuburan di Korea Selatan pada 2018 tercatat 1,26 anak per wanita – angka yang dinilai terlalu rendah untuk mempertahankan populasi yang stabil. Karena itu Pemerintah Korea Selatan telah menawarkan insentif tunai kepada orang-orang yang memiliki lebih dari satu anak.
Di tengah menurunnya tingkat kesuburan, beberapa warga mengatakan mereka tidak memiliki anak karena kurangnya stabilitas keuangan. Baik pemerintah dan beberapa perusahaan swasta memberikan insentif bagi para ayah mengambil cuti dalam upaya membalikkan efek potensi bom waktu demografis.
Para ahli demografi mengatakan rendahnya tingkat kesuburan Korea Selatan dipicu wanita yang memiliki anak di usia semakin tua (rata-rata wanita yang memiliki anak pertama berusia lebih dari 31 tahun).
6. Latvia
Sejak Latvia bergabung dengan Uni Eropa pada 2004, hampir 20% dari populasi negara tersebut telah pergi mencari pekerjaan di negara lain seperti Jerman dan Inggris. Populasi Latvia, yang dilaporkan hampir 2 juta tahun 2017, diperkirakan turun menjadi 1,52 juta pada 2050.Latvia adalah satu dari 10 negara dengan populasi menyusut tercepat di dunia. Selain Latvia dan Bulgaria, populasi sejumlah negara Eropa Timur seperti Ukraina, Kroasia, Rumania, Moldova, Lithuania, Polandia, Serbia, dan Hongaria diperkirakan turun 15% pada 2050.
7. Bulgaria
Bloomberg melaporkan, populasi Bulgaria, anggota termiskin Uni Eropa, akan segera menjadi terrendah setelah Perang Dunia II. Populasi Bulgaria menyusut lebih cepat daripada negara lain di dunia; diperkirakan akan mencapai hanya 5,4 juta pada 2050, turun dari 7 juta di tahun 2017. Selain itu, negara ini telah melihat peningkatan dalam emigrasi karena warga negara mencari peluang kerja di tempat lain. Tingkat kesuburan Bulgaria hanya 1,46 anak per wanita.
8. Italia
Sebanyak 464.000 anak-anak dengan rekor terendah lahir di Italia tahun 2017, dan usia rata-rata warga negara tersebut telah melampaui 45 tahun untuk pertama kalinya. Jumlah imigran ke Italia meningkat tahun 2017 dan jumlah orang Italia yang meninggalkan negara itu menurun.
Tetapi tidak ada tren yang membalikkan jalur Italia menuju bom waktu demografis. Banyak orang Italia ingin memiliki dua anak atau lebih, namun karena sulitnya lapangan pekerjaan menjadi faktor utama batalnya niatan memiliki lebih banyak anak tersebut karena hal itu terkait dengan masa depan anak-anaknya.
9. Spanyol
Jumlah kematian di Spanyol telah melampaui jumlah kelahiran selama bertahun-tahun. Wanita Spanyol cenderung melahirkan di kemudian hari daripada kebanyakan wanita negara Eropa lain dan orang Spanyol juga hidup lebih lama daripada orang lain di Uni Eropa.
Rata-rata, wanita di Spanyol memiliki 1,5 anak. Meskipun populasi Spanyol meningkat pada 2017 untuk tahun kedua berturut-turut, perubahan itu sebagian disebabkan oleh kenaikan kedatangan migran.
Di wilayah Aragon, timur laut Spanyol, satu desa sudah menunjukkan seperti apa bom waktu demografis itu. Satu-satunya penghuni yang tersisa di wilayah itu adalah dua orang berusia 80-an.
10. Amerika Serikat
Tingkat kesuburan di Amerika Serikat turun ke level terendah sepanjang 2017. Harapan hidup rata-rata orang AS adalah 78,7 tahun. Banyak ahli mengatakan resesi ekonomi 2008 dan biaya kuliah tinggi berkontribusi terhadap tren ini.
Namun, menurut survei 2018 di The New York Times, salah satu kekhawatiran orang dewasa memiliki anak adalah karena faktor tingginya biaya pengasuhan anak. Biaya rata-rata pengasuhan anak penuh waktu melebihi USD10.000 per tahun.
Angka kelahiran AS tetap di bawah "tingkat penggantian" sejak 1970-an, yang berarti tidak cukup banyak anak lahir untuk mempertahankan populasi yang stabil. Rasio penduduk pensiunan dengan pekerja juga terus meningkat, meskipun jumlah pekerja imigran juga meningkat.
Sumber: www.businessinsider.com
(poe)