IMF Sebut Krisis Pandemi Covid-19 Seperti Perang
A
A
A
WASHINGTON - Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut krisis pandemi Covid-19 terasa seperti perang, dan dalam banyak hal memang demikian. Covid-19 sejauh ini telah menginfeksi lebih dari 900 ribu orang dan menewaskan lebih dari 40 ribu orang.
“Orang-orang sekarat. Profesional medis ada di garis depan. Mereka yang berada di layanan penting, distribusi makanan, pengiriman, dan utilitas publik bekerja lembur untuk mendukung upaya tersebut," kata IMF.
"Kemudian ada tentara tersembunyi, yakni mereka yang memerangi epidemi terkurung di rumah mereka, tidak dapat berkontribusi penuh pada produksi," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Arabiya pada Kamis (2/4/2020).
IMF menyebut, dalam perang, pengeluaran besar-besaran untuk persenjataan merangsang kegiatan ekonomi dan ketentuan khusus memastikan layanan penting. Tapi, jelas IMF, dalam krisis ini, banyak hal yang lebih rumit, tetapi fitur umum adalah peran yang meningkat untuk sektor publik.
Badan itu kemudian mengeluarkan rincian bagaimana pembuat kebijakan perlu bereaksi terhadap virus Corona, menyoroti bahwa ada dua fase kunci untuk pandemi.
Fase 1 terdiri dari perang, di mana langkah-langkah mitigasi dilakukan, seperti penguncian luas yang membatasi orang ke rumah mereka, sangat membatasi kegiatan ekonomi. IMF memperkirakan ini akan berlanjut selama tiga hingga enam bulan.
Fase 2 adalah pemulihan pasca-perang. Di mana, setelah Covid-19 terkendali, apakah itu dengan vaksin, kekebalan tubuh sebagian orang meningkat, atau bentuk penahanan yang kurang signifikan, ekonomi dapat mulai kembali berfungsi normal.
"Keberhasilan langkah pemulihan akan sangat tergantung pada kebijakan yang diambil selama krisis. Pembuat kebijakan perlu memastikan bahwa semua pemain dalam ekonomi selamat dari krisis ekonomi yang disebabkan oleh coronavirus. Ini termasuk pekerja yang mempertahankan pekerjaan mereka, pemilik rumah dan penyewa yang tinggal di rumah mereka, bisnis yang tidak jatuh pailit, dan memelihara jaringan perdagangan dan bisnis," tukasnya.
“Orang-orang sekarat. Profesional medis ada di garis depan. Mereka yang berada di layanan penting, distribusi makanan, pengiriman, dan utilitas publik bekerja lembur untuk mendukung upaya tersebut," kata IMF.
"Kemudian ada tentara tersembunyi, yakni mereka yang memerangi epidemi terkurung di rumah mereka, tidak dapat berkontribusi penuh pada produksi," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Arabiya pada Kamis (2/4/2020).
IMF menyebut, dalam perang, pengeluaran besar-besaran untuk persenjataan merangsang kegiatan ekonomi dan ketentuan khusus memastikan layanan penting. Tapi, jelas IMF, dalam krisis ini, banyak hal yang lebih rumit, tetapi fitur umum adalah peran yang meningkat untuk sektor publik.
Badan itu kemudian mengeluarkan rincian bagaimana pembuat kebijakan perlu bereaksi terhadap virus Corona, menyoroti bahwa ada dua fase kunci untuk pandemi.
Fase 1 terdiri dari perang, di mana langkah-langkah mitigasi dilakukan, seperti penguncian luas yang membatasi orang ke rumah mereka, sangat membatasi kegiatan ekonomi. IMF memperkirakan ini akan berlanjut selama tiga hingga enam bulan.
Fase 2 adalah pemulihan pasca-perang. Di mana, setelah Covid-19 terkendali, apakah itu dengan vaksin, kekebalan tubuh sebagian orang meningkat, atau bentuk penahanan yang kurang signifikan, ekonomi dapat mulai kembali berfungsi normal.
"Keberhasilan langkah pemulihan akan sangat tergantung pada kebijakan yang diambil selama krisis. Pembuat kebijakan perlu memastikan bahwa semua pemain dalam ekonomi selamat dari krisis ekonomi yang disebabkan oleh coronavirus. Ini termasuk pekerja yang mempertahankan pekerjaan mereka, pemilik rumah dan penyewa yang tinggal di rumah mereka, bisnis yang tidak jatuh pailit, dan memelihara jaringan perdagangan dan bisnis," tukasnya.
(esn)