PBB Sebut Wabah Corona Jadi Tantangan Terbesar Usai Perang Dunia II

Kamis, 02 April 2020 - 07:25 WIB
PBB Sebut Wabah Corona Jadi Tantangan Terbesar Usai Perang Dunia II
PBB Sebut Wabah Corona Jadi Tantangan Terbesar Usai Perang Dunia II
A A A
NEW YORK - Berbagai pihak meyakini virus corona (Covid-19) sangat membahayakan. Bahkan, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyebut wabah corona merupakan tantangan terbesar yang pernah dihadapi dunia sejak Perang Dunia II (1939-1945). Dia pun memperingatkan dunia kemungkinan akan mengalami resesi yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Berbicara di Kantor Pusat PBB di New York, Selasa (31/3), Guterres mengatakan potensi dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan akibat wabah Covid-19 sangat besar. “Virus corona jenis baru ini telah menyerang masyarakat, merenggut nyawa mereka, dan mencabut mata pencarian,” tandas Guterres, dikutip BBC.

Negara-negara di seluruh dunia memberlakukan beragam kebijakan, termasuk lockdown, membatasi pergerakan manusia, dan menghentikan sebagian besar roda bisnis untuk meminimalisasi penyebaran Covid-19. Menurut PBB, sekitar 25 juta pekerjaan berpotensi hilang di seluruh dunia akibat virus mirip mahkota itu. “Aliran investasi langsung dunia juga kemungkinan merosot hingga 40%,” ujar Guterres.

Covid-19, tandasnya, merupakan tantangan terberat dan terbesar yang pernah dihadapi dunia sejak pembentukan organisasi internasional ini. “Saya meminta negara industri untuk membantu negara yang mengalami kekurangan,” katanya.

Sampai berita ini diturunkan, jumlah pasien yang positif terinfeksi virus corona (Covid-19) mendekati 860.000 di seluruh dunia, 42.000 di antaranya meninggal dunia. Jumlah korban meninggal di Amerika Serikat (AS) saat ini lebih dari 4.000 orang. (Baca: Penyebaran Corona Tembus Hutan Amazon, Wanita Suku Terinfeksi)

Angkanya lebih tinggi dibandingkan China yang pertama kali terpapar sejak akhir 2019. Universitas Johns Hopkins menyatakan sekitar 865 warga AS meninggal dalam 24 jam terakhir, sedangkan 189.000 orang lainnya dinyatakan positif terkena virus.

Sedikitnya sekitar tiga dari empat warga AS mengarantina diri karena dikhawatirkan tertular setelah berinteraksi dengan pasien positif Covid-19. Sejumlah negara bagian di AS juga memperketat langkah-langkah pengendalian dan pencegahan Covid-19 agar tidak semakin menyebar luas, termasuk physical distancing.

Presiden AS Donald Trump mengimbau warganya untuk mempersiapkan diri menghadapi masa-masa sulit setidaknya selama dua pekan ke depan. Gugus Tugas Covid-19 yang dibentuk Gedung Putih memperkirakan sekitar 240.000 pasien kemungkinan tidak akan dapat diselamatkan karena kondisinya sangat buruk.

Trump juga mendesak warganya untuk tinggal di rumah selama sebulan, kecuali penting atau darurat. Ahli penyakit menular Anthony Fauci mengatakan bahwa otoritas terkait akan melakukan yang terbaik untuk mencegah penyebaran Covid-19. “Kami harus siap-siap. Situasi ini tidak dapat dipandang sebelah mata,” kata Fauci.

Sementara di Spanyol, negara kedua yang mencatatkan kematian terbanyak di Eropa setelah Italia, dilaporkan sebanyak 849 pasien meninggal dalam 24 jam terakhir. Itu menjadi kematian tertinggi di Eropa dalam rentang satu hari. Di Inggris, 1.789 orang meninggal, naik sekitar 381 orang dibandingkan sehari sebelumnya.

Awal pekan ini, Bank Dunia memperingatkan ekonomi global berpeluang mengalami cacat yang tidak mungkin dapat dihindari. Negara yang menggantungkan pendapatannya dari industri yang rentan terdampak penyakit menular seperti pariwisata, perhotelan, dan penerbangan juga memiliki risiko yang lebih tinggi.

China Mulai Normal

Tingkat penyebaran Covid-19 di Wuhan, China, pusat wabah virus, justru telah melambat, bahkan mencapai titik nol pada akhir bulan lalu. Dengan perkembangan yang positif, pemerintah China memperlonggar peraturan lockdown di wilayah itu. Wuhan diisolasi dari wilayah lain dan luar negeri setidaknya sejak 22 Januari silam.

Sampai kemarin, kota berpenduduk 11 juta jiwa itu tercatat menyumbangkan sekitar 60% dari total pasien Covid-19 di China yang mencapai 81.517 orang. Hampir sekitar 90% pasien sudah sembuh, sisanya masih dirawat atau meninggal dunia. Di satu sisi, warga lokal senang; tapi di sisi lain, mereka sedih. (Baca juga: Dokter Whistle blower di Wuhan Hilang Setelah Berbicara dengan Media)

“Saya ketakutan dengan wabah virus ini,” kata Fang, seorang pedagang buah-buahan di pasar tradisional Wuhan, kepada Reuters. Pasar tempat Fang bekerja diyakini sebagai titik awal virus berpindah dari hewan liar ke dalam tubuh manusia. Atas laporan itu, pasar yang sudah berdiri bertahun-tahun tersebut ditutup.

Fang mengatakan lockdown telah berhasil mengendalikan dan mencegah virus menyebar lebih luas. Namun, dia juga kehilangan pendapatan selama tiga bulan. Seperti dilansir Reuters, sebuah pusat grosir buah-buahan besar yang berdekatan dengan pasar telah menelan kerugian hingga 100.000 yuan (Rp230 juta). (Muh Shamil)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5495 seconds (0.1#10.140)