Prancis: Cara UE Hadapi Covid-19 Tentukan Kredibilitasnya

Senin, 30 Maret 2020 - 01:48 WIB
Prancis: Cara UE Hadapi Covid-19 Tentukan Kredibilitasnya
Prancis: Cara UE Hadapi Covid-19 Tentukan Kredibilitasnya
A A A
PARIS - Prancis mengatakan bagaimana Uni Eropa (UE) menanggapi pandemi virus Corona baru, Covid-19 akan menentukan kredibilitasnya di masa depan. Pernyataan ini datang setelah UE pada pekan lalu gagal menyetujui langkah-langkah untuk meredam dampak ekonomi dari Covid-19.

UE sedang berjuang untuk menghasilkan tanggapan terkoordinasi terhadap penyebaran Covid-19. Ini adalah ujian terbaru terhadap solidaritas UE setelah diguncang oleh Brexit, krisis migrasi 2015-2016 dan krisis utang zona euro.

"Jika Eropa hanya pasar tunggal ketika waktu sedang baik, maka itu tidak masuk akal," kata Menteri Urusan Eropa Prancis, Amelie de Montchalin dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Senin (30/3/2020).

Perpecahan di tubuh UE dibiarkan begitu saja setelah para pemimpin UE menemui jalan buntu pada atas cara untuk meminimalkan dampak ekonomi dan mempersiapkan pemulihan ekonomi pada akhirnya.

Jerman dan Belanda dengan kuat menentang dorongan oleh Italia, Spanyol, Portugal dan Perancis untuk menerbitkan obligasi bersama untuk membantu membiayai stimulus ekonomi. Ada juga pertikaian tentang pembagian peralatan medis dan kontrol perbatasan.

De Montchalin mengatakan, tidak akan ada rebound ekonomi di Jerman dan Belanda jika seluruh Eropa tetap mengalami kesulitan. Dia menuturkan, krisis Covid-19 menimbulkan pertanyaan eksistensial untuk Erop.

"Eropa kita adalah tindakan, solidaritas, dan jika negara-negara tertentu melihat sebaliknya, maka pertanyaan tentang tempat mereka akan muncul dengan sendirinya, seperti apa yang akan dilakukan oleh serikat pekerja sebagai kelompok 27," ucaonya.

Namun, ia mengutip keputusan Jerman dan yang lain untuk menerima pasien Covid-19 asal Prancis yang sakit kritis dan mengurangi tekanan pada sistem perawatan kesehatan Prancis sebagai bukti bahwa solidaritas antara negara anggota tetap ada.
"Partai populis Eropa akan menjadi pemenang jika para pemimpin UE gagal untuk bertindak bersama selama krisis besar," tukasnya.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5829 seconds (0.1#10.140)