Jumlah Kasus Corona Sesungguhnya di Italia Diperkirakan 640.000 Orang
A
A
A
ROMA - Jumlah kasus virus corona sesungguhnya di Italia diperkirakan 10 kali lebih banyak dari data resmi yang dirilis pemerintah. Itu artinya diduga ada 640.000 kasus corona di Italia.
Kepala Badan Proteksi Sipil Italia Angelo Borrelli mengungkapkan perkiraan itu pada Selasa (24/3).
Data resmi menunjukkan 6.077 orang tewas akibat corona, menjadikan Italia sebagai negara terparah di dunia. Jumlah korban tewas di Italia itu hampir dua kali lipat dari korban tewas di China yang menjadi asal virus tersebut.
Meski demikian, tes untuk virus itu masih terbatas pada orang yang meminta perawatan rumah sakit. Itu artinya, ribuan kasus lainnya jelas tak terdeteksi atau tak masuk dalam data resmi.
“Rasio satu kasus tersertifikasi banding 10 kasus sesungguhnya itu kredibel,” ungkap Borrelli pada surat kabar La Repubblica.
Dia yakin sebanyak 640.000 orang diperkirakan telah terinfeksi virus corona di Italia.
Dia menyatakan kesulitan terbesar yang dihadapi Italia adalah keterbatasan masker dan ventilator. Masalah itu telah dirasakan sejak wabah itu pertama kali muncul di Lombardy pada 21 Februari.
Italia berupaya mengimpor persediaan dari luar negeri tapi negara-negara seperti India, Romania, Rusia dan Turki telah menghentikan penjualan produk tersebut. “Kami menghubungi sejumlah kedutaan besar, tapi saya khawatir tak ada lagi masker yang akan tiba dari luar negeri,” tutur dia.
Wabah itu tampaknya membuat ekonomi Italia semakin terpuruk, dengan sebagian besar bisnis tutup.
Pemerintah Italia menginginkan dana bailout dari Uni Eropa untuk membantu mengatasi krisis tersebut.
Saat ini Mekanisme Stabilitas Eropa (ESM) dapat membantu negara anggota zona euro yang bersedia menyesuaikan kebijakan ekonominya untuk mengatasi masalah yang terjadi.
Namun Deputi Menteri Ekonomi Italia Antonio Misiani menyatakan status darurat virus corona menciptakan pembatasan berlebihan yang semakin mempersulit ekonomi.
“Satu-satunya syarat yang dapat diterima adalah menggunakan sumber daya ESM untuk mengelola darurat kesehatan dan ekonomi,” ujar Misiani.
Kepala Badan Proteksi Sipil Italia Angelo Borrelli mengungkapkan perkiraan itu pada Selasa (24/3).
Data resmi menunjukkan 6.077 orang tewas akibat corona, menjadikan Italia sebagai negara terparah di dunia. Jumlah korban tewas di Italia itu hampir dua kali lipat dari korban tewas di China yang menjadi asal virus tersebut.
Meski demikian, tes untuk virus itu masih terbatas pada orang yang meminta perawatan rumah sakit. Itu artinya, ribuan kasus lainnya jelas tak terdeteksi atau tak masuk dalam data resmi.
“Rasio satu kasus tersertifikasi banding 10 kasus sesungguhnya itu kredibel,” ungkap Borrelli pada surat kabar La Repubblica.
Dia yakin sebanyak 640.000 orang diperkirakan telah terinfeksi virus corona di Italia.
Dia menyatakan kesulitan terbesar yang dihadapi Italia adalah keterbatasan masker dan ventilator. Masalah itu telah dirasakan sejak wabah itu pertama kali muncul di Lombardy pada 21 Februari.
Italia berupaya mengimpor persediaan dari luar negeri tapi negara-negara seperti India, Romania, Rusia dan Turki telah menghentikan penjualan produk tersebut. “Kami menghubungi sejumlah kedutaan besar, tapi saya khawatir tak ada lagi masker yang akan tiba dari luar negeri,” tutur dia.
Wabah itu tampaknya membuat ekonomi Italia semakin terpuruk, dengan sebagian besar bisnis tutup.
Pemerintah Italia menginginkan dana bailout dari Uni Eropa untuk membantu mengatasi krisis tersebut.
Saat ini Mekanisme Stabilitas Eropa (ESM) dapat membantu negara anggota zona euro yang bersedia menyesuaikan kebijakan ekonominya untuk mengatasi masalah yang terjadi.
Namun Deputi Menteri Ekonomi Italia Antonio Misiani menyatakan status darurat virus corona menciptakan pembatasan berlebihan yang semakin mempersulit ekonomi.
“Satu-satunya syarat yang dapat diterima adalah menggunakan sumber daya ESM untuk mengelola darurat kesehatan dan ekonomi,” ujar Misiani.
(sfn)