COVID-19 Bikin Salah Satu Rumah Bordil Terbesar Dunia Mati Suri

Selasa, 24 Maret 2020 - 16:18 WIB
COVID-19 Bikin Salah...
COVID-19 Bikin Salah Satu Rumah Bordil Terbesar Dunia Mati Suri
A A A
DHAKA - Salah rumah bordil terbesar di dunia yang berada di Bangladesh mati suri setelah dilarang menerima pelanggan untuk mencegah penyebaran virus corona baru, COVID-19.

Para pekerja seks di rumah bordil tersebut meminta pemerintah Bangladesh untuk mengucurkan dana darurat demi menyambung hidup mereka. Larangan menerima pelanggan yang tiba-tiba membuat mereka tidak siap.

Ada lebih dari 1.500 pekerja seks bermarkas di rumah bordil Daulatdia, sekitar 100 km (60 mil) barat Dhaka. Itu merupakan salah satu dari sekitar 12 rumah bordil legal di negara Asia Selatan tersebut. Biasanya, rumah bordil tersebut menerima sekitar 5.000 pelanggan setiap hari.

Pemerintah Bangladesh pada Jumat pekan lalu mengumumkan penutupan rumah bordil sampai setidaknya 5 April. Namun, pemerintah berjanji untuk memberikan semua pekerja seks paket 30 kg beras dan uang USD25.

Pejabat pemerintah Rubayet Hayat, pejabat eksekutif di sub-distrik Goalanda, tempat rumah bordil itu berada, mengatakan bantuan itu diharapkan tiba akhir pekan ini.

Tetapi para perempuan yang bekerja di rumah bordil Daulatdia meminta bantuan segera. Mereka mengeluh tidak punya uang lagi guna membayar makanan untuk diri mereka sendiri atau anak-anak mereka karena penutupan bordil yang tiba-tiba.

“Jika kita diberitahu sebelumnya, kita bisa mencoba menabung sebanyak mungkin. Sekarang banyak dari kita harus mengambil pinjaman agar tidak kelaparan," kata Kalpona, seorang pekerja seks berusia 30 tahun, yang telah tinggal di rumah bordil selama hampir dua dekade.

"Saat ini, kita membutuhkan bantuan pemerintah sesegera mungkin," ujarnya, seperti dikutip Reuters, Selasa (24/3/2020). Dia menolak untuk memberikan nama lengkapnya karena takut akan pembalasan.

Pekerjaan seperti itu legal di Bangladesh meskipun dianggap tidak bermoral oleh banyak orang di negara berpenduduk mayoritas Muslim tersebut.

Negara dengan penduduk sekitar 160 juta orang itu sejauh ini melaporkan tiga kematian akibat COVID-19 dengan setidaknya 33 kasus yang dikonfirmasi.

Rumah bordil Daulatdia sudah ada selama lebih dari satu abad meskipun pindah ke lokasi saat ini di dekat stasiun feri pada tahun 1988 setelah kebakaran menghancurkan bangunan lama. Keompok amal menyatakan banyak pekerja seks di rumah bordil itu yang di bawah umur.

Ataur Rahman Manju, koordinator kelompok hak asasi manusia Mukti Mahila Samity yang mendukung pekerja seks, mengatakan sebagian besar pekerja seks hidup dengan "tangan-ke-mulut", di mana hanya sekitar satu dari sembilan yang memiliki kemampuan menabung dan makan sendiri.

Menurut Manju, rata-rata pekerja seks mendapatkan antara USD12 hingga USD 24 sehari.

"Para pekerja dalam permintaan tinggi, sekitar 100 atau 200 (orang) dari mereka, mungkin dapat bertahan selama sebulan seperti ini, tetapi untuk sisa 1.500 (orang) situasinya benar-benar sulit. Mereka segera membutuhkan makanan," kata Manju kepada Thomson Reuters Foundation melalui telepon.

Lily, 35, seorang pekerja seks, mengatakan dia tidak dapat mengirim uang kepada putranya yang berusia 8 tahun yang tinggal bersama keluarga di luar rumah pelacuran. Dia khawatir anaknya tidak diberi makan dengan benar.

Ketika bantuan pemerintah telah dijanjikan, Kalpona tidak yakin itu akan membantu mereka dalam jangka panjang. "Bahkan jika pembatasan (larangan menerima pelanggan) dicabut bulan depan, saya tidak berpikir orang akan datang ke rumah bordil untuk waktu yang lama karena penyakit (COVID-19)," katanya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3034 seconds (0.1#10.140)