Lawan Pandemi COVID-19, Seluruh Inggris Lockdown 3 Minggu

Selasa, 24 Maret 2020 - 07:29 WIB
Lawan Pandemi COVID-19,...
Lawan Pandemi COVID-19, Seluruh Inggris Lockdown 3 Minggu
A A A
LONDON - Perdana Menteri (PM) Boris Johnson memerintahkan seluruh wilayah Inggris di-lockdown atau diisolasi ketat selama tiga minggu ke depan untuk menghentikan penyebaran virus corona baru, COVID-19. Perintah ini diumumkan hari Senin.

Toko-toko dan layanan tidak penting diperintahkan ditutup. PM Johnson juga melarang pertemuan lebih dari dua orang.

"Tetap di rumah," kata PM Johnson dalam pidato yang disiarkan televisi kepada masyarakat Inggris. Langkah lockdown yang belum pernah terjadi sebelumnya ini diambil setelah jumlah korban meninggal di negara itu meningkat menjadi 335 orang.

Pengumuman Johnson muncul setelah kemarahan pemerintah bahwa rekomendasi tentang mengurangi kontak sosial (social distancing) untuk meminimalkan penularan virus dari kontak dekat diabaikan publik. (Baca: Update COVID-19 Dunia 24 Maret: 16.491 Orang Meninggal, 6.077 di Italia )

Kerumunan orang masih terlihat menikmati matahari akhir pekan musim semi di taman-taman dan pedesaan di seluruh negeri, yang mendorong seruan untuk tindakan yang lebih keras untuk dikenakan.

"Dari malam ini (Senin) saya harus memberikan instruksi sederhana kepada rakyat Inggris, Anda harus tinggal di rumah," kata Johnson.

"Karena hal penting yang harus kita lakukan adalah menghentikan penyebaran penyakit antar-rumah tangga," katanya lagi, seperti dikutip AFP, Selasa (24/3/2020).

Di bawah langkah-langkah baru, Johnson mengatakan pergi keluar untuk berbelanja kebutuhan pokok masih diperbolehkan, seperti halnya berolahraga, membeli kebutuhan medis, dan perjalanan ke dan dari tempat kerja.

Tetapi toko-toko yang menjual barang-barang seperti pakaian atau elektronik serta perpustakaan, taman bermain dan tempat-tempat ibadah akan ditutup. Larangan pertemuan massal diperluas termasuk pernikahan dan pembaptisan. Namun, untuk pemakaman masih diperbolehkan.

Taman akan tetap terbuka, tetapi Johnson memperingatkan; "Jika Anda tidak mengikuti aturan, polisi akan memiliki kekuatan untuk menegakkannya, termasuk melalui denda dan membubarkan pertemuan."

Dia menyebut pandemi COVID-19 sebagai ancaman terbesar yang dihadapi Inggris selama beberapa dekade. Dia mengatakan Layanan Kesehatan Nasional (NHS) yang dikelola pemerintah tidak akan mampu mengatasi jika laju penularan berlanjut.

"Saya mendesak Anda pada saat darurat nasional ini untuk tinggal di rumah, melindungi NHS kami dan menyelamatkan nyawa," katanya. "Pembatasan akan dalam peninjauan konstan," imbuh dia.

"Kami akan melihat lagi dalam tiga minggu, dan menenangkannya jika bukti menunjukkan bahwa kami mampu," katanya.

"Tapi saat ini tidak ada pilihan yang mudah. ​​Jalan di depan itu sulit, dan masih benar bahwa banyak nyawa akan hilang dengan sedih."

Inggris mencatat kematian pertamanya dalam wabah COVID-19 pada 5 Maret tetapi telah dikritik karena pendekatan "sentuhan-ringan" untuk menahan penyebaran wabah dibandingkan dengan langkah-langkah yang lebih ketat di negara lain.

Angka-angka terbaru menunjukkan Inggris sekarang memiliki 6.650 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, dengan peringatan bahwa wabah di negara itu bisa seperti yang terjadi di Italia.

Italia menderita paling banyak kematian akibat virus corona baru di seluruh dunia, dengan 6.077 kematian dari 63.927 orang yang dinyatakan terinfeksi. Jumlah pasien yang disembuhkan 7.432 orang.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1855 seconds (0.1#10.140)