Strategi Putin Diklaim Sukses Tangkal Sebaran Virus Corona di Rusia

Senin, 23 Maret 2020 - 09:01 WIB
Strategi Putin Diklaim...
Strategi Putin Diklaim Sukses Tangkal Sebaran Virus Corona di Rusia
A A A
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin pekan ini menyatakan negaranya mampu menghentikan upaya penyebaran virus corona atau Covid-19. Dia pun mengklaim situasinya pun terkendali. Itu disebabkan Rusia melakukan langkah pencegahan dan upaya agresif untuk menjaga orang tetap sehat dan tidak menjadi korban penyebaran virus corona.

Berdasarkan informasi yang diungkapkan para pejabat Rusia, strategi Presiden Putin tersebut terbukti bekerja efektif. Jumlah kasus infeksi virus corona terbukti rendah di negara tersebut. Padahal, Rusia memiliki perbatasan yang panjang dengan China dan pertama kali teridentifikasi pasien terinfeksi virus corona pada Januari silam. Rusia menutup semua perbatasan sepanjang 2.600 mil dengan China pada 30 Januari. Mereka juga mendirikan zona karantina. Itu berkontribusi besar dalam menunda penyebaran wabah. Rusia juga memberlakukan pengetatan aktivitas sosial dan ekonomi untuk membatasi penyebaran virus corona.

Jumlah kasus virus corona di Rusia hanya 306 pasien, dan sebagian korban berada di Moskow serta satu orang meninggal dunia. Padahal, Rusia merupakan negara dengan penduduk 146 juta. Jika dibandingkan dengan Luxembourg yang berpopulasi mencapai 628.000, jumlah pasien yang terinfeksi virus corona sudah mencapai 670 dengan delapan pasien meninggal dunia. (Baca: Covid-19 Dapat Timbulkan Efek Psikologis Jangka Panjang)

“Direktur Jenderal WHO (Badan Kesehatan Dunia) mengatakan, tes, tes, tes,” ujar Melita Vujnovic, perwakilan WHO di Rusia, kepada CNN. “Rusia telah melakukan literasi tentang korona sejak akhir Januari lalu,” ujarnya.

Vujnovic mengungkapkan, Rusia telah melakukan serangkaian tes virus corona. “Pengujian dan identifikasi kasus, pelacakan kontak, isolasi, dan semua langkah yang diajukan dan rekomendasi WHO dilaksanakan dengan baik dan tepat waktu,” katanya. Dia mengungkapkan, jaga jarak atau social distancing merupakan komponen kedua yang seharusnya dimulai sejak awal.

Rospotrebnadzor, lembaga pemantau konsumen milik pemerintah Rusia, mengumumkan mereka telah melaksanakan lebih dari 156.000 uji virus corona. Jika dibandingkan dengan Pusat Kontrol Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), baru melaksanakan uji korona pada masyarakat pada awal Maret. Rusia sudah melaksanakan uji korona secara massal pada awal Februari lalu, termasuk di bandara, dengan fokus wisatawan dari Iran, China, dan Korea Selatan.

Namun, tidak bisa dikatakan tanpa celah pertahanan Rusia dalam menghadapi virus corona. Rusia tidak melakukan pemeriksaan temperatur dan karantina dua pekan kepada wisatawan dari Italia atau negara Eropa lainnya. Ternyata, sebagian kasus virus korona di Rusia diakibatkan berinteraksi dengan warga Italia.

Faktor sosial juga berpengaruh dalam memperlambat virus corona. Rusia dikenal dengan skeptisme publik yang tinggi dan itu menjadi legasi dari masa lalu Uni Soviet. Rusia memang memiliki catatan buruk dalam transparansi.

Badan Keamanan Federal Rusia pada awal Maret lalu menghapus 20.000 informasi tentang kasus virus corona yang viral di internet. Selain itu, pengguna Facebook dan Instagram di Rusia juga mulai waspada tentang virus corona.

Berita tentang kekurangan peralatan perlindungan juga dipengaruhi skeptisme. Beberapa pakar juga sempat meragukan sistem pengujian di Rusia karena bergantung pada satu laboratorium. Laporan PCR. News menunjukkan sistem pengujian virus corona yang dikeluarkan Vector di Novosibirsk memiliki sensitivitas yang rendah dibandingkan produk lainnya.

David Berov, pasien pertama virus corona di Moskow, mengatakan tes kedua menunjukkan negatif, tetapi pertama dan ketiga dinyatakan positif. “Virus tidak muncul di darah, tetapi ada di ludah,” kata Berov pada akun Instagram pada 5 Maret lalu. (Baca juga: Bantu Perangi Corona, Rusia Kirim Alat Medis ke RS Persahabatan)

Sementara itu, Anastasia Vasilyeva, dokter dan pemimpin Aliansi Dokter, mengungkapkan otoritas Rusia menutupi jumlah kasus virus corona dengan menggunakan penyakit pneumonia dan infeksi pernafasan akut sebagai diagnosisnya. “Kamu melihat mereka (pemerintah) mengatakan pasien pertama virus corona meninggal karena trombosis atau pembekuan darah,” papar Vasilyeva.

Tapi, para pejabat Moskow membantah tuduhan tersebut. Vujnovic mengungkapkan, dirinya tidak percaya ketika ada yang disembunyikan karena tidak ada peningkatan kasus seperti pada banyak negara.

Putin mengungkapkan, pemerintah mungkin tidak mendapatkan gambaran luas tentang penyebaran virus corona, tetapi tidak menutupi jumlah. “Pemerintah tidak memiliki informasi total karena orang bisa saja tidak melapor dan mereka tidak mengetahui jika sakit,” ujarnya. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8196 seconds (0.1#10.140)