AS Ingin Iran Sangat Menderita dengan Jatuhkan Sanksi Saat Pandemi Covid-19

Senin, 23 Maret 2020 - 03:54 WIB
AS Ingin Iran Sangat Menderita dengan Jatuhkan Sanksi Saat Pandemi Covid-19
AS Ingin Iran Sangat Menderita dengan Jatuhkan Sanksi Saat Pandemi Covid-19
A A A
TEHERAN - Mohammad Marandi, seorang ahli studi Amerika dan literatur postkolonial yang mengajar di Universitas Teheran, mengatakan Amerika Serikat (AS) tampaknya ingin memaksimalkan penderitaan masyarakat Iran, dengan menjatuhkan sanksi baru di tengah pandemi Covid-19. Pada pertengahan Maret, AS kembali menjatuhkan sanksi kepada sejumlah entitas Iran.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo pada hari Selasa (17/3/2020), mengumumkan pengenaan sanksi terhadap sembilan entitas karena melakukan bisnis dengan tiga orang di industri minyak Iran, yang juga dikenai sanksi. Pada hari yang sama, Departemen Perdagangan AS menambahkan 18 perusahaan dan lima ilmuwan Iran ke "Daftar Entitas", di mana orang AS dilarang melakukan bisnis dengan mereka tanpa lisensi khusus.

Sementara itu, ada lebih dari 17.000 kasus Covid-19 di Iran, dengan lebih dari 1.000 orang meningga dunia, menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins. Teheran telah mendesak AS serta PBB, Dana Moneter Internasional (IMF) dan lembaga-lembaga dunia lainnya untuk menurunkan sanksi ekonomi dan mengirim bantuan darurat, tetapi Washington tetap bersikap keras kepala, menolak bantuan, kecuali Iran membebaskan warga Amerika yang dipenjara.

“Di masa lalu, kampanye tekanan maksimum ini telah menewaskan warga Iran yang membutuhkan obat-obatan tertentu, dan obat-obatan itu tidak tersedia karena Iran tidak dapat menggunakan sistem perbankan global. Dan, oleh karena itu, kadang-kadang obat tiba terlambat atau bahan yang diperlukan untuk memproduksi obat-obatan di Iran yang datang terlambat dan dengan demikian menyebabkan hilangnya nyawa, ” ucap Marandi, seperti dilansir Sputnik.

"Sanksi tersebut merupakan upaya untuk mengintensifkan tekanan pada saat Iran menghadapi tantangan besar melalui Covid-19. Kepercayaan di sini adalah bahwa AS ingin virus Corona menyebar sebanyak mungkin di Iran dan membuat sistem perawatan kesehatan dan rumah sakit di negara itu kewalahan oleh pasien, untuk memaksimalkan penderitaan sehingga mereka bisa mendapatkan konsesi dari Iran," sambungnya.

Dia mengatakan, selain biadab dan tidak manusiawi, ini adalah salah satu masalah utama yang bahkan tidak dipertimbangkan oleh Amerika adalah bahwa virus ini tidak mengenal perbatasan. Jika Iran gagal dalam perang melawan virus, jelasnya, maka itu sangat berbahaya bagi seluruh komunitas internasional.

Dia lalu mencatat bahwa sanksi mengganggu bagian penting dari rantai pasokan untuk obat-obatan dan peralatan yang diproduksi secara lokal.

“China, sejauh ini, telah memberikan lebih banyak bantuan ke Iran daripada negara lain. Selama pecahnya Covid-19 di China, meskipun ada sanksi, Iran adalah salah satu negara pertama yang memberikan bantuan kepada China, dan China membalas budi, secara besar, saya harus mengatakan dan itu telah membantu," ujarnya.

Namun, dia mencatat pasti ada kekurangan, akan terus ada kekurangan. Dan, Iran percaya Amerika menggunakan ini untuk keuntungan mereka. Orang-orang Amerika, ucapnya, ingin melihat sebanyak mungkin orang Iran terbunuh dan sebanyak mungkin orang Iran terinfeksi sebanyak mungkin untuk melemahkan kedaulatan Iran.

"Bagi orang Iran, ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan, dan itu adalah sesuatu yang hampir belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia," ungkapnya.

Marandi kemudian mengecam media Barat sebagai sangat tidak bermoral karena mencoba untuk memproyeksikan gambar kekacauan dan ketakutan di dalam Iran ke seluruh dunia. Dia mengidentifikasinya sebagai bagian dari kampanye yang lebih luas ini untuk melukai rakyat Iran.

“Iran sangat tenang. Kami belum melihat jenis aksi yang telah kami lihat di Eropa dan AS, orang-orang bergegas berbelanja dan mengambil apa pun yang tersedia. Supermarket lokal yang dekat rumah saya memiliki semua yang saya butuhkan. Masalahnya adalah dengan rumah sakit. Rumah sakit membutuhkan banyak peralatan dan banyak obat-obatan dan sejumlah besar alat tes untuk dapat mengatasi situasi saat ini," katanya.

Dia menambahkan bahwa pejabat Iran percaya bahwa tingkat infeksi di kawasan ini jauh lebih tinggi daripada yang diumumkan pemerintah, karena banyak dari mereka tidak memiliki sistem perawatan kesehatan yang cukup kuat untuk secara memadai dan akurat mendeteksi semua kasus Covid-19.

"Jadi bukan hanya Iran yang berjuang karena sanksi AS, tetapi juga karena kemiskinan umum yang ada di kawasan itu, yang telah menciptakan tantangan yang lebih besar bagi negara ini," tukasnya.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6276 seconds (0.1#10.140)