Korut Tembakkan 2 Rudal Balistik, Ketiga Kali Sepanjang Maret
A
A
A
SEOUL - Korea Utara (Korut) menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke arah Laut Jepang pada Sabtu (21/3/2020). Manuver misil rezim Kim Jong-un ini merupakan yang ketiga kalinya sepanjang bulan Maret.
Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan yang memantau aktivitas militer Korea Utara mengonfirmasi penembakan dua misil tersebut. Menurut JCS, kedua rudal balistik jarak pendek tersebut ditembakkan dari Provinsi Pyongan Utara.
"Pagi ini, militer Korea Selatan 'menangkap' dua proyektil yang diyakini sebagai rudal balistik jarak pendek yang diluncurkan dari wilayah Pulau Utara Pyongan di atas Laut Timur," kata JCS, seperti dikutip kantor berita Yonhap.
Laporan JCS itu muncul setelah Korea Utara melakukan serangkaian latihan militer bulan ini.
Pada 9 Maret, Korut yang bernama resmi Democratic People's Republic of Korea (DPRK) menembakkan tiga rudal tak dikenal ke laut Jepang, yang menurut JCS kemungkinan bagian dari latihan militer, dan mereka menentang perjanjian militer antar-Korea. Tiga proyektil diluncurkan dari kota timur Sondok di Provinsi Hamgyong Selatan.
Pemerintah Jepang mencurigai bahwa proyektil yang diluncurkan oleh Pyongyang pada 9 Maret adalah rudal balistik.
Pada 2 Maret, Korea Utara meluncurkan dua proyektil tak dikenal ke Laut Jepang dari wilayah dekat kota Wonsan. Ini adalah pertama kalinya DPRK menembakkan rudal pada 2020. Tahun lalu, peluncuran terakhir proyektil jarak pendek ke Laut Jepang dilakukan oleh Pyongyang pada bulan November.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un sebelumnya mengumumkan dalam pesan Hari Tahun Baru-nya bahwa DPRK akan menunjukkan "senjata strategis baru" dalam waktu dekat. Menurut Yonhap, senjata yang dimaksud itu kemungkinan jenis rudal balistik antarbenua (ICBM) canggih atau pun rudal balistik yang diluncurkan kapal selam (SLBM).
Kim saat itu juga mengatakan Pyongyang tidak akan menerapkan larangan uji coba senjata nuklir sampai Amerika Serikat menawarkan beberapa konsesi dalam negosiasi nuklir antara Washington dan Pyongyang yang telah terhenti selama beberapa waktu.
Pesan Kim Jong-un muncul ketika Amerika Serikat mengabaikan tenggat akhir tahun yang ditetapkan olehnya untuk membuat proposal baru yang akan mencabut sanksi ekonomi pada DPRK.
Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan yang memantau aktivitas militer Korea Utara mengonfirmasi penembakan dua misil tersebut. Menurut JCS, kedua rudal balistik jarak pendek tersebut ditembakkan dari Provinsi Pyongan Utara.
"Pagi ini, militer Korea Selatan 'menangkap' dua proyektil yang diyakini sebagai rudal balistik jarak pendek yang diluncurkan dari wilayah Pulau Utara Pyongan di atas Laut Timur," kata JCS, seperti dikutip kantor berita Yonhap.
Laporan JCS itu muncul setelah Korea Utara melakukan serangkaian latihan militer bulan ini.
Pada 9 Maret, Korut yang bernama resmi Democratic People's Republic of Korea (DPRK) menembakkan tiga rudal tak dikenal ke laut Jepang, yang menurut JCS kemungkinan bagian dari latihan militer, dan mereka menentang perjanjian militer antar-Korea. Tiga proyektil diluncurkan dari kota timur Sondok di Provinsi Hamgyong Selatan.
Pemerintah Jepang mencurigai bahwa proyektil yang diluncurkan oleh Pyongyang pada 9 Maret adalah rudal balistik.
Pada 2 Maret, Korea Utara meluncurkan dua proyektil tak dikenal ke Laut Jepang dari wilayah dekat kota Wonsan. Ini adalah pertama kalinya DPRK menembakkan rudal pada 2020. Tahun lalu, peluncuran terakhir proyektil jarak pendek ke Laut Jepang dilakukan oleh Pyongyang pada bulan November.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un sebelumnya mengumumkan dalam pesan Hari Tahun Baru-nya bahwa DPRK akan menunjukkan "senjata strategis baru" dalam waktu dekat. Menurut Yonhap, senjata yang dimaksud itu kemungkinan jenis rudal balistik antarbenua (ICBM) canggih atau pun rudal balistik yang diluncurkan kapal selam (SLBM).
Kim saat itu juga mengatakan Pyongyang tidak akan menerapkan larangan uji coba senjata nuklir sampai Amerika Serikat menawarkan beberapa konsesi dalam negosiasi nuklir antara Washington dan Pyongyang yang telah terhenti selama beberapa waktu.
Pesan Kim Jong-un muncul ketika Amerika Serikat mengabaikan tenggat akhir tahun yang ditetapkan olehnya untuk membuat proposal baru yang akan mencabut sanksi ekonomi pada DPRK.
(mas)