WHO Desak Negara Timur Tengah Lebih Terbuka Soal Data Infeksi Covid-19
A
A
A
KAIRO - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak pemerintah negara-negara di Timur Tengah untuk lebih terbuka soal informasi tentang infeksi virus Corona baru, Covid-19. WHO mengatakan, keterbukaan dibutuhkan untuk bisa secara efektif memerangi pandemi global.
"Kami hanya dapat mengendalikan penyakit ini jika kami memiliki akses ke informasi yang memungkinkan kami untuk memahami dinamikanya di kawasan ini," ucap Direktur Mediterania Timur WHO, Ahmed al-Mandhari.
"Kami memiliki peluang untuk menahan pandemi ini di wilayah kami," sambungnya saat menggelar konferensi pers di Kairo, Mesir, seperti dilansir Al Arabiya pada Kamis (19/3/2020).
Kasus Covid-19 yang terkonfirmasi telah mencapai lebih dari 18 ribu di seluruh Timur Tengah, dengan lebih dari 1.000 kematian yang tercatat di tujuh negara, sebagian besar di Iran.
Jean Jabbour, Direktur WHO di Mesir, menjelaskan bagaimana dua kematian di sebuah desa di gubernur Daqahliya, 150 kilometer utara Kairo di Delta Nil, mendorong pihak berwenang Mesir untuk dengan cepat menempatkan 300 keluarga dalam isolasi minggu ini.
“Pada awalnya, ketika mereka mulai mengontrak kasus-kasus pertama di desa dan meninggal, (itu) adalah (karena) pertemuan dalam pernikahan. Segera kementerian mengambil langkah-langkah dalam menahan dan mengkarantina orang-orang di dalam desa, yang berjumlah sekitar 19 ribu jiwa. Desa itu memiliki "rasa Italia"," ujarnya.
Italia sendiri saat inin telah menjadi pusat pandemi di Eropa, dengan lebih dari 2.500 orang meninggal akibat virus ini. Menteri kesehatan Mesir, Hala Zayed awal pekan ini mengatakan bahwa prosedur pembersihan sedang dilakukan untuk mencegah infeksi lebih lanjut.
"Sekarang kami memiliki lebih banyak keluarga di bawah karantina dan tindakan-tindakan sangat ketat di daerah itu untuk menghindari penyebaran ke komunitas lain," kata Jabbour.
"Kami hanya dapat mengendalikan penyakit ini jika kami memiliki akses ke informasi yang memungkinkan kami untuk memahami dinamikanya di kawasan ini," ucap Direktur Mediterania Timur WHO, Ahmed al-Mandhari.
"Kami memiliki peluang untuk menahan pandemi ini di wilayah kami," sambungnya saat menggelar konferensi pers di Kairo, Mesir, seperti dilansir Al Arabiya pada Kamis (19/3/2020).
Kasus Covid-19 yang terkonfirmasi telah mencapai lebih dari 18 ribu di seluruh Timur Tengah, dengan lebih dari 1.000 kematian yang tercatat di tujuh negara, sebagian besar di Iran.
Jean Jabbour, Direktur WHO di Mesir, menjelaskan bagaimana dua kematian di sebuah desa di gubernur Daqahliya, 150 kilometer utara Kairo di Delta Nil, mendorong pihak berwenang Mesir untuk dengan cepat menempatkan 300 keluarga dalam isolasi minggu ini.
“Pada awalnya, ketika mereka mulai mengontrak kasus-kasus pertama di desa dan meninggal, (itu) adalah (karena) pertemuan dalam pernikahan. Segera kementerian mengambil langkah-langkah dalam menahan dan mengkarantina orang-orang di dalam desa, yang berjumlah sekitar 19 ribu jiwa. Desa itu memiliki "rasa Italia"," ujarnya.
Italia sendiri saat inin telah menjadi pusat pandemi di Eropa, dengan lebih dari 2.500 orang meninggal akibat virus ini. Menteri kesehatan Mesir, Hala Zayed awal pekan ini mengatakan bahwa prosedur pembersihan sedang dilakukan untuk mencegah infeksi lebih lanjut.
"Sekarang kami memiliki lebih banyak keluarga di bawah karantina dan tindakan-tindakan sangat ketat di daerah itu untuk menghindari penyebaran ke komunitas lain," kata Jabbour.
(esn)