Korban Meninggal Akibat Virus Corona di Eropa Lebih Banyak dari Asia
A
A
A
PARIS - Angka kematian akibat virus Corona di Eropa telah melebihi seluruh Asia, berdasarkan penghitungan kantor berita AFP. Ini menandakan bahwa pandemi itu bisa melonjak tak terkendali di Barat ketika China akhirnya berhasil mengendalikan virus itu.
Seperti dikutip Russia Today dari AFP, Rabu (18/3/2020), jumlah kematian akibat virus Corona di Eropa mencapai 3.421. Jumlah ini mengkangkangi jumlah kematian 3.384 yang tercatat di Asia, tempat virus itu pertama kali menyebar. Sedangkan korban tewas secara global telah melampaui angka 8.000.
Tolok ukur yang mengkhawatirkan datang ketika data dari Universitas Johns Hopkins mengatakan ada 200.000 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi di seluruh dunia. Jumlah infeksi yang dikonfirmasi telah berlipat ganda secara global hanya dalam 12 hari.
Penyakit ini sangat mematikan di Italia, yang memiliki jumlah kasus terdiagnosis tertinggi kedua di dunia. Negara ini memiliki lebih dari 30.000 kasus infeksi yang diketahui dan lebih dari 2.500 kematian.
Media lokal melaporkan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte sedang mempertimbangkan untuk memperpanjang penguncian atau lockdown di seluruh negeri yang sedang berlangsung hingga 3 April, ketika pemerintah berjuang untuk menghentikan penyebaran penyakit mematikan itu.
Sebelumnya para pemimpin Uni Eropa sepakat untuk menutup perbatasan eksternal blok itu selama 30 hari untuk memerangi virus yang menyebar dengan cepat. Langkah itu datang setelah banyak negara anggota telah menutup perbatasan mereka sendiri untuk melakukan perjalanan dari negara-negara yang dilanda bencana.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen juga mengakui bahwa para pemimpin politik Eropa telah "meremehkan" ancaman dari apa yang telah berubah menjadi pandemi global.
Seperti dikutip Russia Today dari AFP, Rabu (18/3/2020), jumlah kematian akibat virus Corona di Eropa mencapai 3.421. Jumlah ini mengkangkangi jumlah kematian 3.384 yang tercatat di Asia, tempat virus itu pertama kali menyebar. Sedangkan korban tewas secara global telah melampaui angka 8.000.
Tolok ukur yang mengkhawatirkan datang ketika data dari Universitas Johns Hopkins mengatakan ada 200.000 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi di seluruh dunia. Jumlah infeksi yang dikonfirmasi telah berlipat ganda secara global hanya dalam 12 hari.
Penyakit ini sangat mematikan di Italia, yang memiliki jumlah kasus terdiagnosis tertinggi kedua di dunia. Negara ini memiliki lebih dari 30.000 kasus infeksi yang diketahui dan lebih dari 2.500 kematian.
Media lokal melaporkan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte sedang mempertimbangkan untuk memperpanjang penguncian atau lockdown di seluruh negeri yang sedang berlangsung hingga 3 April, ketika pemerintah berjuang untuk menghentikan penyebaran penyakit mematikan itu.
Sebelumnya para pemimpin Uni Eropa sepakat untuk menutup perbatasan eksternal blok itu selama 30 hari untuk memerangi virus yang menyebar dengan cepat. Langkah itu datang setelah banyak negara anggota telah menutup perbatasan mereka sendiri untuk melakukan perjalanan dari negara-negara yang dilanda bencana.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen juga mengakui bahwa para pemimpin politik Eropa telah "meremehkan" ancaman dari apa yang telah berubah menjadi pandemi global.
(ian)