Pakar-pakar Barat Ulas Wudu Umat Islam Ketika Virus Corona Menyebar
A
A
A
WASHINGTON - Media dan para pakar akademik Barat mengulas praktik wudu umat Islam ketika virus corona jenis baru, COVID-19, menyebar ke seluruh dunia. Meski menganggap wudu yang diajarkan Nabi Muhammad bukan praktik higienis, namun mereka menggarisbawahi bahwa cara bersuci itu sebagai praktik kebersihan yang baik.
Ulasan tersebut muncul di The Conservation, sebuah sumber berita, analisis, dan komentar independen dari para pakar akademik. The Washington Post dan AP juga ikut melansirnya, Senin (16/3/2020).
Dokumentasi Netflix baru-baru ini berjudul "Pandemic: How to Prevent an Outbreak (Pandemi: Cara Mencegah Wabah)" juga menggambarkan bagaimana ritual bersuci umat Islam, yang dikenal sebagai wudu, dapat membantu menyebarkan pesan kebersihan yang baik.
Dokumentasi itu berfokus pada Syra Madad, seorang spesialis kesehatan masyarakat Muslim di sebuah rumah sakit New York, yang mengambil waktu istirahat untuk salat di Islamic Center of New York University. Sebelum memasuki ruang salat, Madad berhenti untuk melakukan wudu, yang mencuci mulut, wajah serta kakinya.
Hukum Islam mengharuskan penganutnya untuk membersihkan tubuh secara ritual sebelum salat. "Sebagai seorang sarjana studi Islam yang meneliti praktik ritual di kalangan umat Islam, saya telah menemukan bahwa praktik ini mengandung manfaat spiritual dan fisik," kata Rose S. Aslan, pakar dari California Lutheran University. Akademisi perempuan ini aktif mengajar tentang agama-agama global, tradisi Ibrahim dan Islam.
Ritual Bersuci
Nabi Muhammad memberikan petunjuk terperinci bagi umat Islam tentang cara menjalani kehidupan mereka, termasuk cara salat, berpuasa, dan tetap suci secara ritual. Panduan ini tersedia dalam kumpulan dalil yang disebut Hadis.
Menurut hukum Islam, ada hadas (kondisi tidak suci) besar dan kecil. Hadas ringan meliputi buang air kecil, buang air besar dan tidur, di antara yang lainnya. Seseorang yang beragama Islam wajib wudu untuk menghilangkan hadas kecil sebelum menunaikan ibadah salat.
Wudu harus dilakukan, seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, dalam urutan tertentu sebelum salat yang berlangsung lima kali sehari. Sebelum setiap salat, umat Islam selalu wudu dengan urutan membersihkan tangan pertama kali, kemudian mulut, hidung, wajah, rambut dan telinga, dan akhirnya pergelangan kaki dan kaki mereka.
Ketika bersuci dan air yang diperlukan tidak tersedia, umat Islam diperbolehkan untuk secara simbolis "membersihkan" tangan dan wajah mereka dengan debu atau kadang-kadang pasir atau bahan alami lainnya. Ritual ini dinamakan tayamum.
Mempersiapkan salat dengan mencuci tubuh seseorang menggunakan air dapat menjadi tindakan spiritual yang mendalam bagi umat Islam. Sarjana studi Islam Paul Powersargues mengatakan itu bukan "ritualisme kosong", tapi praktik itu membantu individu berpusat pada religiusitas batin.
Demikian pula, seorang sarjana studi Islam lainnya, Marion Katz, yang menjelaskan dalam bukunya “Body of Text” bahwa pentingnya wudu terletak pada pembersihan simbolisnya. Itu tidak selalu membersihkan bagian-bagian tubuh yang secara fisik terpapar polusi.
Mengingat risiko virus corona baru, para pemimpin Muslim di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat, telah menyelaraskan pendapat keagamaan mereka dengan para ahli kesehatan masyarakat.
Lembaga-lembaga Muslim mulai merekomendasikan agar orang-orang memastikan untuk mencuci tangan selama 20 detik dengan sabun sebelum melakukan wudu.
Menekankan bahwa wudu saja tidak dapat mencegah penyebaran virus, lembaga-lembaga Islam lainnya merekomendasikan bahwa masjid-masjid menyediakan sabun dan pembersih tangan tambahan di dekat area cuci.
Mereka telah mengeluarkan keputusan untuk menangguhkan salat Jumat, mendesak umat Islam untuk mencuci tangan dengan sabun secara teratur, tidak menyentuh wajah mereka dan mempraktikkan menjaga jarak sosial.
Ketika orang-orang telah "menguras" pembersih tangan, tisu, perlengkapan kebersihan, sarung tangan dan masker dari rak-rak toko, praktik kebersihan dasar tetap merupakan cara terbaik untuk mencegah penyebaran virus corona baru dan virus lainnya.
Pada saat ini, praktik Islam yang menekankan penyucian tubuh dapat membantu menegaskan kembali pentingnya praktik higienis bersama dengan penggunaan sabun atau pembersih tangan, untuk mengurangi kerentanan seseorang terhadap virus.
Ulasan tersebut muncul di The Conservation, sebuah sumber berita, analisis, dan komentar independen dari para pakar akademik. The Washington Post dan AP juga ikut melansirnya, Senin (16/3/2020).
Dokumentasi Netflix baru-baru ini berjudul "Pandemic: How to Prevent an Outbreak (Pandemi: Cara Mencegah Wabah)" juga menggambarkan bagaimana ritual bersuci umat Islam, yang dikenal sebagai wudu, dapat membantu menyebarkan pesan kebersihan yang baik.
Dokumentasi itu berfokus pada Syra Madad, seorang spesialis kesehatan masyarakat Muslim di sebuah rumah sakit New York, yang mengambil waktu istirahat untuk salat di Islamic Center of New York University. Sebelum memasuki ruang salat, Madad berhenti untuk melakukan wudu, yang mencuci mulut, wajah serta kakinya.
Hukum Islam mengharuskan penganutnya untuk membersihkan tubuh secara ritual sebelum salat. "Sebagai seorang sarjana studi Islam yang meneliti praktik ritual di kalangan umat Islam, saya telah menemukan bahwa praktik ini mengandung manfaat spiritual dan fisik," kata Rose S. Aslan, pakar dari California Lutheran University. Akademisi perempuan ini aktif mengajar tentang agama-agama global, tradisi Ibrahim dan Islam.
Ritual Bersuci
Nabi Muhammad memberikan petunjuk terperinci bagi umat Islam tentang cara menjalani kehidupan mereka, termasuk cara salat, berpuasa, dan tetap suci secara ritual. Panduan ini tersedia dalam kumpulan dalil yang disebut Hadis.
Menurut hukum Islam, ada hadas (kondisi tidak suci) besar dan kecil. Hadas ringan meliputi buang air kecil, buang air besar dan tidur, di antara yang lainnya. Seseorang yang beragama Islam wajib wudu untuk menghilangkan hadas kecil sebelum menunaikan ibadah salat.
Wudu harus dilakukan, seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, dalam urutan tertentu sebelum salat yang berlangsung lima kali sehari. Sebelum setiap salat, umat Islam selalu wudu dengan urutan membersihkan tangan pertama kali, kemudian mulut, hidung, wajah, rambut dan telinga, dan akhirnya pergelangan kaki dan kaki mereka.
Ketika bersuci dan air yang diperlukan tidak tersedia, umat Islam diperbolehkan untuk secara simbolis "membersihkan" tangan dan wajah mereka dengan debu atau kadang-kadang pasir atau bahan alami lainnya. Ritual ini dinamakan tayamum.
Mempersiapkan salat dengan mencuci tubuh seseorang menggunakan air dapat menjadi tindakan spiritual yang mendalam bagi umat Islam. Sarjana studi Islam Paul Powersargues mengatakan itu bukan "ritualisme kosong", tapi praktik itu membantu individu berpusat pada religiusitas batin.
Demikian pula, seorang sarjana studi Islam lainnya, Marion Katz, yang menjelaskan dalam bukunya “Body of Text” bahwa pentingnya wudu terletak pada pembersihan simbolisnya. Itu tidak selalu membersihkan bagian-bagian tubuh yang secara fisik terpapar polusi.
Mengingat risiko virus corona baru, para pemimpin Muslim di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat, telah menyelaraskan pendapat keagamaan mereka dengan para ahli kesehatan masyarakat.
Lembaga-lembaga Muslim mulai merekomendasikan agar orang-orang memastikan untuk mencuci tangan selama 20 detik dengan sabun sebelum melakukan wudu.
Menekankan bahwa wudu saja tidak dapat mencegah penyebaran virus, lembaga-lembaga Islam lainnya merekomendasikan bahwa masjid-masjid menyediakan sabun dan pembersih tangan tambahan di dekat area cuci.
Mereka telah mengeluarkan keputusan untuk menangguhkan salat Jumat, mendesak umat Islam untuk mencuci tangan dengan sabun secara teratur, tidak menyentuh wajah mereka dan mempraktikkan menjaga jarak sosial.
Ketika orang-orang telah "menguras" pembersih tangan, tisu, perlengkapan kebersihan, sarung tangan dan masker dari rak-rak toko, praktik kebersihan dasar tetap merupakan cara terbaik untuk mencegah penyebaran virus corona baru dan virus lainnya.
Pada saat ini, praktik Islam yang menekankan penyucian tubuh dapat membantu menegaskan kembali pentingnya praktik higienis bersama dengan penggunaan sabun atau pembersih tangan, untuk mengurangi kerentanan seseorang terhadap virus.
(mas)