Yunani Pukul Mundur Migran di Perbatasan
A
A
A
KASTANIES - Polisi Yunani menembakkan gas air mata untuk memukul mundur ratusan migran yang melempari mereka dengan batu. Para migran berusaha melintasi perbatasan dari Turki ketika krisis di Suriah bergeser ke ambang pintu Uni Eropa.
Semalam, para demonstran melemparkan potongan-potongan kayu ke polisi di Kastanies. Rekaman video amatir yang direkam oleh seorang polisi di tempat kejadian, menunjukkan polisi menembakkan gas air mata untuk memukul para imigran kembali.
Kastanies berjarak sekitar 900 km sebelah timur laut Athena.
"Kami sedang melakukan upaya besar-besaran untuk menjaga perbatasan kami tertutup dari arus migrasi seperti itu," kata kepala penjaga perbatasan Panagiotis Harelas, memperlihatkan tabung gas air mata kosong yang katanya dilontarkan dari sisi Turki. Mereka memiliki tulisan Turki di atasnya.
Seorang pejabat pemerintah Yunani mengatakan bahwa dalam waktu satu jam, 20 tabung gas air mata genggam dilemparkan dari sisi Turki.
Yunani telah meminta pertemuan darurat para menteri urusan luar negeri UE untuk membahas masalah migran, kata sumber diplomatik.
Yunani lantas menuding Turki mengirim migran ke pos perbatasan dalam "serangan" terorganisir. Yunani pun menegaskan akan mencegah para migran tersebut.
“Mereka (para migran) tidak datang ke sini sendirian. Mereka sedang dikirim dan digunakan oleh tetangga (kita), Turki,” kata Menteri Ketertiban Umum Yunani Michalis Chrysohoidis mengatakan kepada wartawan di dekat kota Kastanies di perbatasan utara Yunani.
"Yunani menghadapi upaya terorganisir, massal dan ilegal untuk melanggar perbatasannya dan itu menahan upaya ini," kata juru bicara pemerintah Stelios Petsas seperti dikutip dari Reuters, Minggu (1/3/2020)
Ia menambahkan bahwa pada Sabtu pagi pihak berwenang telah mencegah lebih dari 4.000 orang memasuki Yunani.
Turki pun membalas tudingan Yunani.
"Lihat siapa yang mengajari kita tentang hukum internasional! Mereka tanpa malu-malu melemparkan bom gas air mata ke ribuan orang tak berdosa yang ditumpuk di gerbang mereka," tweet Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, bersama dengan foto-foto ratusan orang yang duduk di luar pos perbatasan Yunani.
"Kami tidak memiliki kewajiban untuk menghentikan orang-orang meninggalkan negara kami tetapi Yunani memiliki kewajiban untuk memperlakukan mereka sebagai manusia!" cetusnya.
Turki pada hari Kamis lalu mengatakan bahwa mereka akan berhenti menahan ratusan ribu pencari suaka di wilayahnya setelah serangan udara ke Idlib di Suriah menewaskan 33 tentara Turki. (Baca: Perang Idlib Suriah Memanas, 29 Tentara Turki Tewas)
Konvoi migran pun muncul menuju perbatasan darat dan laut Yunani, yang merupakan pintu gerbang bagi ratusan ribu pencari suaka ke Eropa pada 2015 dan 2016. (Baca: Murka Karena Tentaranya Tewas, Turki Biarkan Pengungsi ke Eropa)
Uni Eropa (UE) mengatakan mendukung Yunani - dan tetangganya Bulgaria, yang juga berbagi perbatasan dengan Turki - dalam melindungi perbatasan blok itu, tetapi juga berusaha untuk menenangkan Ankara.
Mereka menyatakan belasungkawa kepada Turki atas serangan di Idlib yang mematikan dalam sebuah pernyataan dan mengatakan blok itu siap untuk meningkatkan dukungan kemanusiaan.
Hampir 1 juta pengungsi dan migran menyeberang dari Turki ke pulau-pulau Yunani pada 2015, tetapi rute itu ditutup setelah pakta UE-Turki pada Maret 2016. Berdasarkan kesepakatan itu, Ankara telah setuju untuk membantu membendung aliran migran yang menyeberang ke Eropa sebagai imbalannya untuk miliaran euro dalam bantuan UE.
"UE secara aktif terlibat untuk menegakkan (pakta migrasi) UE-Turki dan mendukung Yunani dan Bulgaria untuk melindungi perbatasan eksternal UE," ucap Presiden Dewan Eropa Charles Michel, yang mengetuai 27 pemimpin negara anggota blok, setelah pembicaraan telepon dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan.
Ketua Komisi Eksekutif UE, Ursula von der Leyen, mengatakan UE siap melibatkan agen perbatasannya Frontex untuk membantu mengendalikan perbatasan darat.
Erdogan pada hari Sabtu mengatakan sekitar 18.000 migran telah menyeberang dari Turki ke Eropa. Berbicara di Istanbul, ia tidak memberikan bukti untuk jumlah tersebut tetapi mengatakan akan meningkat.
Bulgaria mengatakan belum melihat aliran masuk migran.
Sebelumnya, seorang saksi mata Reuters mengatakan ada sekitar 500 orang antara pos perbatasan Yunani dan Turki, dan lebih dari itu di sisi Turki, ratusan lainnya.
Organisasi Internasional untuk Migrasi menempatkan jumlah orang di sepanjang perbatasan Yunani-Turki pada anggka 13 ribu. Saat matahari terbenam, katanya, bus-bus di kota-kota Turki masih dipenuhi orang-orang yang menuju ke wilayah perbatasan.
Semalam, para demonstran melemparkan potongan-potongan kayu ke polisi di Kastanies. Rekaman video amatir yang direkam oleh seorang polisi di tempat kejadian, menunjukkan polisi menembakkan gas air mata untuk memukul para imigran kembali.
Kastanies berjarak sekitar 900 km sebelah timur laut Athena.
"Kami sedang melakukan upaya besar-besaran untuk menjaga perbatasan kami tertutup dari arus migrasi seperti itu," kata kepala penjaga perbatasan Panagiotis Harelas, memperlihatkan tabung gas air mata kosong yang katanya dilontarkan dari sisi Turki. Mereka memiliki tulisan Turki di atasnya.
Seorang pejabat pemerintah Yunani mengatakan bahwa dalam waktu satu jam, 20 tabung gas air mata genggam dilemparkan dari sisi Turki.
Yunani telah meminta pertemuan darurat para menteri urusan luar negeri UE untuk membahas masalah migran, kata sumber diplomatik.
Yunani lantas menuding Turki mengirim migran ke pos perbatasan dalam "serangan" terorganisir. Yunani pun menegaskan akan mencegah para migran tersebut.
“Mereka (para migran) tidak datang ke sini sendirian. Mereka sedang dikirim dan digunakan oleh tetangga (kita), Turki,” kata Menteri Ketertiban Umum Yunani Michalis Chrysohoidis mengatakan kepada wartawan di dekat kota Kastanies di perbatasan utara Yunani.
"Yunani menghadapi upaya terorganisir, massal dan ilegal untuk melanggar perbatasannya dan itu menahan upaya ini," kata juru bicara pemerintah Stelios Petsas seperti dikutip dari Reuters, Minggu (1/3/2020)
Ia menambahkan bahwa pada Sabtu pagi pihak berwenang telah mencegah lebih dari 4.000 orang memasuki Yunani.
Turki pun membalas tudingan Yunani.
"Lihat siapa yang mengajari kita tentang hukum internasional! Mereka tanpa malu-malu melemparkan bom gas air mata ke ribuan orang tak berdosa yang ditumpuk di gerbang mereka," tweet Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, bersama dengan foto-foto ratusan orang yang duduk di luar pos perbatasan Yunani.
"Kami tidak memiliki kewajiban untuk menghentikan orang-orang meninggalkan negara kami tetapi Yunani memiliki kewajiban untuk memperlakukan mereka sebagai manusia!" cetusnya.
Turki pada hari Kamis lalu mengatakan bahwa mereka akan berhenti menahan ratusan ribu pencari suaka di wilayahnya setelah serangan udara ke Idlib di Suriah menewaskan 33 tentara Turki. (Baca: Perang Idlib Suriah Memanas, 29 Tentara Turki Tewas)
Konvoi migran pun muncul menuju perbatasan darat dan laut Yunani, yang merupakan pintu gerbang bagi ratusan ribu pencari suaka ke Eropa pada 2015 dan 2016. (Baca: Murka Karena Tentaranya Tewas, Turki Biarkan Pengungsi ke Eropa)
Uni Eropa (UE) mengatakan mendukung Yunani - dan tetangganya Bulgaria, yang juga berbagi perbatasan dengan Turki - dalam melindungi perbatasan blok itu, tetapi juga berusaha untuk menenangkan Ankara.
Mereka menyatakan belasungkawa kepada Turki atas serangan di Idlib yang mematikan dalam sebuah pernyataan dan mengatakan blok itu siap untuk meningkatkan dukungan kemanusiaan.
Hampir 1 juta pengungsi dan migran menyeberang dari Turki ke pulau-pulau Yunani pada 2015, tetapi rute itu ditutup setelah pakta UE-Turki pada Maret 2016. Berdasarkan kesepakatan itu, Ankara telah setuju untuk membantu membendung aliran migran yang menyeberang ke Eropa sebagai imbalannya untuk miliaran euro dalam bantuan UE.
"UE secara aktif terlibat untuk menegakkan (pakta migrasi) UE-Turki dan mendukung Yunani dan Bulgaria untuk melindungi perbatasan eksternal UE," ucap Presiden Dewan Eropa Charles Michel, yang mengetuai 27 pemimpin negara anggota blok, setelah pembicaraan telepon dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan.
Ketua Komisi Eksekutif UE, Ursula von der Leyen, mengatakan UE siap melibatkan agen perbatasannya Frontex untuk membantu mengendalikan perbatasan darat.
Erdogan pada hari Sabtu mengatakan sekitar 18.000 migran telah menyeberang dari Turki ke Eropa. Berbicara di Istanbul, ia tidak memberikan bukti untuk jumlah tersebut tetapi mengatakan akan meningkat.
Bulgaria mengatakan belum melihat aliran masuk migran.
Sebelumnya, seorang saksi mata Reuters mengatakan ada sekitar 500 orang antara pos perbatasan Yunani dan Turki, dan lebih dari itu di sisi Turki, ratusan lainnya.
Organisasi Internasional untuk Migrasi menempatkan jumlah orang di sepanjang perbatasan Yunani-Turki pada anggka 13 ribu. Saat matahari terbenam, katanya, bus-bus di kota-kota Turki masih dipenuhi orang-orang yang menuju ke wilayah perbatasan.
(ian)